"Kenapa wajah kamu sedih banget?" Nasya merangkul Airin yang duduk memeluk kakinya. Gadis itu sudah duduk satu jam di lantai kamarnya, menangis meratapi hidupnya. "Bokap sama nyokap mau cerai!" Nasya terdiam. Dia bingung mau jawab apa. Hanya bisa memeluk sahabatnya itu. Pantas saja sudah dua hari Airin tidak muncul di kampus. Nasya sudah coba menghubungi juga tidak ada respon. "Kamu mau apa? Kita keluar yuk, aku traktir eskrim." Airin tersenyum, meski tipis. Sahabatnya itu selalu paham akan dirinya. Airin tidak suka banyak pertanyaan saat dia sedang ada masalah. Cukup mendengar dan berusaha membuatnya mengalihkan pikiran, itu sudah cukup. "Tampaknya, wisuda bulan depan, aku akan sendiri. Papi sama Mami gak bisa datang," ucap Airin diiringi senyum getir. "Gak papa, ada aku, papi, mami, bang Raka, bang Radit, ada om Chris juga." Nasya memeluk Airin erat, kini justru dia yang ikut menangis bersama Airin. Kasihan sahabatnya itu. Bergelimang harta oleh orang tua, tapi kurang perhati
Last Updated : 2024-06-20 Read more