All Chapters of Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30

123 Chapters

21. Terluka Dalam

"Udah, dong, jangan nangis lagi. Udah sejam kamu nangis. Gak cape, apa?" Airin mengusap punggung Nasya yang masih belum berhenti menangis. Dia sudah menemukan kebenaran, yakin bahwa Gina adalah wanita yang dicintai Dika. "Aku harus apa, Ai?" isaknya terdengar menyayat hati. Mobil Airin sudah penuh dengan tisu bekas air mata dan juga cairan bening dari hidung Nasya. "Cerai!" sambar Airin. Dia ikut emosi pada Dika. Kemesraan yang ditunjukkan Dika pada Gina, dan wajah Dika yang begitu bahagia kala menggendong bayi itu sudah menjelaskan segalanya. "Tapi aku gak mau jadi janda. Banyak orang akan mencibir karena statusku. Pernikahan kami bahkan belum satu tahun, Ai!" Airin bisa memahami perasaan sahabatnya. Tidak ada wanita yang menikah menginginkan perceraian. Kalau bisa menikah sekali seumur hidup. Impian wanita yang sudah menikah umumnya sangat sederhana, punya keluarga kecil yang bahagia. Tapi, apa hendak dikata kalau pasangan sudah tidak menginginkannya lagi? "Zaman sekara
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

22. Dan Terjadi Lagi

Nasya benci dengan perasaannya. Tanpa malu harus mengakui kalau dia merindukan Chris. Perasaan apa coba? Baru tadi pagi janji dalam hati ingin memperbaiki hubungan rumah tangganya dengan Dika, tapi siang ini, mendapati Chris tidak masuk kerja justru membuatnya merasa sepi. Sorenya, Nasya memutuskan langsung pulang ke rumah. Dia merasa tidak bergairah menerima ajakan Airin untuk nongkrong. "Aku pulang, Bu. Loh, lagi sibuk masak?" tanya Nasya mendapati ibu mertuanya sedang ada di dapur. Tampan sudah penuh riasan, dan sanggul di kepala, tapi mengapa justru masuk dapur lagi. "Iya, Sayang. Ibu mau ke pesta sama ayah, tapi baru dapat kabar dari ayah kalau Chris sedang sakit. Jadi sebelum pergi ke pesta, ibu siapkan makanan dulu buat dia, nanti biar diantar sopir." Chris sakit? Pantas saja pria menjengkelkan itu tidak masuk kantor. "Ibu, gimana kalau Nasya aja yang siapkan, ibu bersiap-siap aja ke pesta," usul Nasya. Kasihan juga lihat ibu mertuanya harus bersiap dengan waktu yang m
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

23. Kebenaran yang Menyakitkan

"Aku udah kasih tahu belum kalau nanti malam kita ada undangan makan malam di rumah Gina?" Amarahnya belum usai hingga pagi ini, tapi dia harus mendengar nama wanita yang jadi selingkuhan suamiku. Mungkin karena hati masih panas, hingga telinga Nasya menangkap nama Gina begitu lembut diucapkan Dika, padahal sih, biasa saja. Nasya tidak menjawab, terus menyelesaikan sarapannya. Hatinya begitu hancur dan sedih. Tapi, bukankah dia sudah berniat untuk mempertahankan rumah tangganya? Mengapa harus takut bertemu dengan Gina? Namun, tidak bisa dipungkiri kalau dalam keadaan bingung begini, dia pasti teringat Chris. "Nasya bego, memangnya Chris siapa kamu!" umpatnya dalam hati. "Sayang, kamu dengarkan?" "Dengar, Mas. Tapi, kayaknya aku dak bisa ikut. Mas aja, ya?" Dika berhenti mengoleskan kembali butter ke rotinya dan mendongak pada Nasya. "Jangan begitu, dong, Sayang. Kamu harus ikut. Kamu bilang ingin akrab dengan sahabat-sahabat ku. Lagi pula, kita belum kasih kado sama ana
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

24. Sebaiknya Berpisah!

"Kamu bilang apa, Mas? Anak Papa Dika? Gwen anak kamu?" dada Nasya naik turun, bola mata juga sudah mulai mengabur oleh cairan bening. Jadi, selama ini dugaannya bersama Airin benar. Dika sudah berselingkuh, bukan ... tapi Dika sudah punya hubungan dengan Gina jauh sebelum mereka menikah. Bukan Gina orang ke tiga, tapi dia, bukan Gina pelakor nya, tapi dirinya. Udara terasa sulit untuk diraih, sesak dan tenggorokan terasa tercekat. Nasya mencoba untuk tetap bisa berdiri di depan mereka tanpa jatuh pingsan. Nasya mengsugesti dirinya untuk tetap kuat di depan mereka. "Nasya ..." Dika kaget bukan main begitu pun dengan Gina. Keduanya asyik bermain dengan Gwen tanpa sadar kalau Nasya sudah berdiri di depan pintu kamar. "Nas, kita bisa jelaskan," ucap Gina ikut panik. Wajahnya pucat, seperti pencuri tertangkap basah. "Jelasin apa? Jelasin kalau kalian adalah pasangan bahagia? Jadi, benar ya, Mas. Dugaanku selama ini. Saat kamu bilang ke luar kota, sebenarnya kamu lagi sama wan
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

25. Bujukan Maut

"Nas, ada Dika di bawah," ucap Anisa masuk ke kamar anak gadisnya. Sudah seminggu dia mengurung diri di kamarnya. "Bilang aku gak ada, Mi. Udah mati!" "Hush! Gak boleh begitu. Kamu itu masih istrinya. Lagi pula kalian punya masalah apa, sih?" Nasya diam. Dia malas untuk membahas, lagi pula nanti akan menambah beban pikiran orang tuanya. Tapi, untuk pulang ke rumah mertuanya, dia juga tidak mau. Lagi pula, kenapa setelah seminggu baru Dika muncul dan ingin menjemputnya? Ogah! "Nasya, dengar gak mami ngomong?" "Dengar, Mi. Belum budek juga, tapi Nasya memang gak mau ketemu Dika dulu." "Kasihan, loh dia. Mami lihat wajahnya pucat dan tubuhnya tampak kurus. Katanya udah empat hari di rawat di rumah sakit, ini aja baru keluar dari rumah sakit, terus kemari." Mendengar penjelasan ibunya, Nasya jadi ikut khawatir. Pantas saja, Dika tidak kunjung datang, ternyata pria itu masuk rumah sakit. Ah, nanti dia bohong. Sudah sulit bagi Nasya untuk percaya apapun yang dikatakan Dika.
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

26. Kenyataan Menyakitkan

Semakin lama memikirkan, Nasya sampai dibatas kesimpulannya. Dia akan memaafkan Dika dan memberikan satu kesempatan lagi. Bagaimanapun, mungkin hanya karena begitu cemburu hingga membuat emosi Nasya meledak. Kini, yang jadi pegangan Nasya, jika Dika berkata tidak ada hubungan spesial dengan Gina, maka dia akan percaya. "Udah rapi aja, mau kemana?" Tanya Anisa masuk.ke dalam kamar, memperhatikan putrinya yang sudah tampil cantik. "Mau ketemu Dika. Mami, kalau sampai sore aku gak pulang, berarti udah balik ke rumah ibu." Anisa senang mendengarnya. Nasya akhirnya mau membuka pintu maaf untuk Dika dan menjaga keutuhan rumah tangga mereka. "Putri mami memang baik hati dan pemaaf. Nasya-nya mami sudah dewasa. Mami bangga sama kamu," ucap Anisa memeluk Nasya dan mengakhiri dengan kecupan di kening. Nasya tidak memberitahu pada Dika kalau dia akan datang ke kantornya. Nasya ingin memberi kejutan. Pagi-pagi sekali, dia sudah masak dan menyiapkan makan siang untuk Dika. Nasya sudah
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

27. Haruskah Bercerai

Nasya memasuki pagar dengan langkah malas. Langit sudah gelap, dan dia baru saja tiba di rumah. Kalau kata hatinya ditanya, dia tidak ingin pulang, tapi harus kemana lagi dia pergi? Berjam-jam lamanya Nasya menyendiri memikirkan permohonan Dika dan Bima, tapi masih belum bisa memutuskan. Sendiri di taman kota, menangis, merenungi nasibnya. Haruskah bercerai?"Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" batinnya merasa bingung. Tapi, bukankah semua yang terjadi adalah kehendak sang pencipta? Jadi, apapun yang terjadi kini dalam hidupnya, juga sudah menjadi kehendak sang kuasa? Terlalu berat beban pikirannya, ditanggung oleh anak manja seperti Nasya. Selama ini pergumulan hidupnya selalu diselesaikan oleh orang tuanya. Kini, jangankan minta tolong, untuk menceritakan yang sebenarnya saja dia enggan. "Ka- kamu pulang, Nas?" suara Anisa melemah. Nasya bisa menebak alasannya. Ibunya pikir kalau Nasya akan pulang ke rumah mertuanya. Siang tadi saat hendak pergi, dia begitu bersemangat se
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

28. Mencoba Memahami

Dika sudah diperbolehkan pulang ke rumah, dan Nasya diminta untuk menemani. Nasya tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin mengabaikan permohonan mertuanya. "Nas, terima kasih sudah mau pulang bersamaku," ujar Dika memandang haru penuh rasa terimakasih. Ia sebenarnya malu, karena sudah mencoba bunuh diri. Sejujurnya, Dika tidak ingin mati, dia sangat mencintai Bima dan anak mereka Gwen, tapi dosa yang besar pada orang tuanya membuat Dika memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dari pada harus mempermalukan orang tuanya. Sang pencipta berkata lain, dia masih diberi kesempatan untuk hidup. Bersyukur lagi, Nasya tetap mau berada di sisinya berstatus sebagai istri. "Fokuslah pada kesembuhan mu, Mas," ucap Nasya dingin. Dia merawat Dika hanya karena masih berstatus suami istri. Lagi pula, Nasya tidak tega mengabaikannya. Selama menjadi suami istri, pria itu memperlakukan dengan lembut. Oh, Tuhan, setelah mengetahui kebenarannya, Nasya baru paham alasan Dika selalu memperhatikan kuli
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

29. Selamanya Sahabat

"Aku kasih waktu enam bulan, Mas. Setelah itu kita bercerai." Itu keputusan final dari Nasya dua hari lalu, saat berbicara empat mata dengan Dika dan juga Bima. Saat itu, Gina datang kembali ke kantor menjemputnya dan membawa bertemu dengan Bima dan Dika. Keduanya sudah menunggu di salah satu restoran. Dika memutuskan untuk mengambil ruang VIP agar pembicara mereka tidak didengar oleh siapapun. "Terima kasih, Nas," ucap Dika penuh haru. Bima juga ikut mengucapkan terima kasihnya. Nasya luluh saat melihat wajah menggemaskan Gwen. Anak itu anteng tidur di stroller nya. Bagaimana jadinya nasih Gwen, kalau kemarin Dika benar-benar meregang nyawa karena percobaan bunuh diri itu. Bayi imut itu juga tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari orang tua yang diinginkan. Gwen yang malang, tapi Nasya berdoa semoga anak itu tumbuh sehat dan bisa membuat orang tuanya bangga. Nasya berusaha berdamai dengan keadaan. Meski belum sepenuhnya ikhlas, setidaknya dia mau mencoba menerima takdirnya da
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

30. Goes to Bandung

"Kamu ngapain nyari abang ke sini?" Radit terpaksa keluar dari ruang meeting saat diberitahu ada keluarga mencarinya.Sedikitpun dia tidak menduga kalau keluarga yang dimaksud adalah Nasya. Sempat jantungnya berdetak kencang, takut kalau terjadi masalah baru di keluarga. Soal Raka dan ayahnya saya belum bisa diselesaikan, jangan sampai terbit masalah batu. "Abang, kok, kayak gak senang lihat aku datang?" Nasya segera berlari ke pelukan Radit. am qSudah lama mereka tidak jumpa. Selama ini Radit tugas di Papua, Kediri dan terakhir paling dekat di Surabaya. Dari Anisa lah, Nasya tahu kalau saat ini sang abang sudah kembali tugas di ibukota. "Mau pelukan sampai kapan, nih?" tanya Radit membelai lembut kepala adiknya. Dia juga rindu pada adik bontotnya itu. "Bang Radit gak kangen ya, sama aku?" Nasya melepas pelukannya dan memilih duduk di sofa. Radit sudah punya jabatan tinggi hingga punya ruang pribadi. "Bukan begitu. Ini kantor dan abang lagi kerja. Kamu ke sini mau ngapain?"
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status