Home / Pernikahan / Setelah Tiga Tahun Berpisah / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Setelah Tiga Tahun Berpisah : Chapter 71 - Chapter 80

102 Chapters

Pertemuan Di Masjid

**Profesionalisme di Atas Segalanya**Setelah kepergian klien yang bawel, suasana butik kembali tenang. Para pekerja tampak lega, meski beberapa dari mereka masih terkesima dengan bagaimana Amira menangani situasi sebelumnya. Mereka tak habis pikir bagaimana Amira bisa tetap tenang di tengah badai emosi yang dihadirkan klien tadi.Amira melanjutkan pekerjaannya tanpa sedikit pun menunjukkan sisa emosi dari insiden barusan. Ia mengambil salah satu sketsa desain baru yang sedang ia kerjakan, lalu berjalan ke meja tempat para penjahit bekerja."Ini konsep untuk klien berikutnya. Pastikan potongan di bagian pinggang lebih rapi, ya," ucap Amira, sambil menunjukkan beberapa bagian penting pada sketsa. Para penjahit mengangguk, memperhatikan setiap detail yang Amira tunjukkan.Salah satu penjahit, Rina, mendekat setelah Amira selesai memberikan instruksi. "Kak Amira, aku benar-benar salut sama kakak tadi. Aku enggak tahu bisa atau enggak kalau aku berada di posisi kakak."Amira tersenyum lem
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Suami Preman yang Sholeh

Amira memandangi Raka yang kini berbalik merapikan kopiah di kepalanya, seakan-akan ingin segera pergi. Tapi, ada sesuatu dalam dirinya yang menahan langkahnya. Sesuatu yang belum selesai terucapkan. Amira menggigit bibirnya, ragu, namun rasa penasaran terus menggelitik hatinya."Raka," panggil Amira pelan. Raka berhenti, menoleh perlahan."Kamu sudah lama... mencari kedamaian itu?" tanyanya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya. Ia ingin tahu lebih banyak, bukan hanya tentang Raka, tapi juga tentang apa yang pria itu sembunyikan di balik sikap dinginnya.Raka tersenyum samar, sebuah senyum yang anehnya terasa pedih. "Lama," jawabnya dengan nada berat. "Terlalu lama. Mungkin sampai aku lupa rasanya."Amira merasakan dadanya sesak mendengar jawaban itu. Ia tak pernah tahu bahwa pria yang selalu tampak tangguh di depannya ternyata menyimpan beban yang begitu berat. Beban yang membuatnya kehilangan arah, bahkan kehilangan rasa damai."Kamu... tahu di mana harus mencarinya?" Amira member
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Kenapa Harus Bertemu Lagi

Pagi hari itu, Amira sudah menyiapkan meja sarapan. Dua anaknya, Celine dan Kenzo, duduk manis di kursi masing-masing. Celine, yang berusia enam tahun, tidak pernah kehabisan cerita, selalu membuat suasana pagi menjadi ramai. Kenzo, yang berusia dua tahun, lebih tenang, menikmati sarapannya tanpa banyak bicara."Bundaa, di kelas aku ada temen baru!" seru Celine dengan semangat sambil memegang sendok kecilnya. Tangannya bergerak cepat menyuap bubur ayam yang ada di depannya. "Namanya Aisyah, dia lucu, loh, Bun!"Amira tersenyum, sesekali memandang Celine yang sibuk bercerita. "Oh, iya? Bagus dong, punya teman baru. Aisyah suka main apa?"Celine berpikir sejenak, matanya berputar ke atas. "Dia suka main boneka sama kayak aku! Kapan-kapan rencananya kita mau tukeran boneka.""Boleh," balas Mira menanggapi."Yeeyy...." Celine bersorak gembira.Sambil mendengarkan cerita Celine, Amira dengan lembut menyuapi Kenzo yang duduk diam di sampingnya. Kenzo tampak menikmati sarapannya, sesekali me
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Misteri Kebaikan Raka

"Masa iya Raka punya uang banyak, kira-kira dari mana ya? Bukannya preman itu biasanya justru memeras anak-anak pengamen. Tapi beda dengan Raka, dia justru ngasih uang. Sebenarnya siapa sih Raka? Aku harus tahu siapa sebenarnya Raka, kenapa dia sangat berbeda dengan preman lain," gumam Mira. Ia akan membuntuti perginya Raka.Amira menjalankan mobilnya mengejar langkah Raka, saat Raka masuk di gang sempit Mira mengumpat karena mobilnya tak bisa masuk. "Ah, kenapa juga harus masuk gang sempit sih! Sial banget kalau harus jalan jauh pasti capek, apalagi aku udah lama enggak jalan kaki jauh!"Mira memarkirkan mobilnya di sembarang tempat, baginya yang penting tidak menghalangi jalan. Ia berjalan mengendap agar tak ketahuan. Ternyata Raka membeli nasi bungkus di pedagang rumahan sebanyak dua kantong kresek dan berjalan lagi hingga akhirnya dia sampai di sebuah rumah. "Kalau di pikir-pikir kenapa ya aku kok ngikutin dia, apa urusannya sama aku. Kayak orang enggak punya kerjaan aja, gila ba
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Bahaya di Balik Kebaikan

Mira terkejut, tubuhnya menegang saat genggaman kasar pria itu semakin kuat di lengannya. Wajah pria tersebut penuh luka bekas perkelahian, dan matanya memancarkan bir4hi yang tajam.“Jangan ganggu aku!” Mira berusaha mengendalikan suaranya meski ada getaran ketakutan di dalamnya.Pria itu menyeringai sinis, mendekatkan wajahnya. "Enggak usah jual mahal, Lo! Lo pikir bakal bisa lepas dari kita. Salah sendiri masuk kawasan kita cantik, elo sama aja udah masuk ke dalam kandang buaya dan harus siap jadi santapan kita-kita."Tawa kelima preman itu menggema di telinga Mira, terdengar begitu ngeri. Mau pasrah dia yang rugi, melawan pun bukan tandingannya. Apalagi lima lawan satu, ia tak yakin bisa melawannya.Pria lain, yang lebih besar dari yang pertama, melangkah mendekat dan menatap Mira dengan dingin. "Kalau nyawa elo masih ingin nempel di badan, layani kita dulu. Seret dia ke markas!"Mira menelan ludah, mencoba untuk tetap tenang. Di tengah kepanikannya, pikirannya berlari liar, menca
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Emas Palsu

Di depan mereka, terlihat sekelompok anak-anak jalanan yang biasa diajar oleh Raka. Wajah-wajah polos mereka dipenuhi senyum lebar, dengan tangan yang masih sibuk bertepuk tangan. Beberapa di antara mereka bahkan bersorak, menyemangati dua orang dewasa yang baru saja melalui perdebatan sengit."Eh, Bang Raka sama siapa? Kalian keren banget!" salah satu anak berseru riang, membuat suasana yang tadinya tegang berubah menjadi lebih ringan."Pertempurannya seru banget tadi!" tambah yang lain sambil tertawa. "Kami nonton dari jauh!"Raka menghela napas, antara lega dan bingung. "Kalian dari mana, nih? Kenapa tiba-tiba muncul begini?" tanyanya, meski senyumnya tak bisa ia sembunyikan. Rasa sayangnya pada anak-anak itu begitu jelas, bahkan di tengah situasi canggung ini.Salah seorang anak yang lebih besar, bernama Tegar, melangkah maju. "Kami tadi lagi di tempat biasa, Bang. Terus dengar ada yang sedang berantem. Jadi, kami ngumpul aja di sini. Kalian berdua hebat, berani ngomong jujur dan
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Kemana Pak Andi

Laura melangkah cepat di trotoar, tangannya gemetar memegang tas kecilnya. Wajahnya memerah, bukan karena matahari yang menyengat, tetapi karena amarah yang terus membara di dalam dadanya. Pikirannya penuh dengan kata-kata makian untuk Pak Andi, lelaki tua yang ia anggap telah menipunya. Bagaimana mungkin cincin dan HP mahal dari mantan suaminya, Irfan, bisa ditukar dengan emas palsu dan handphone murahan?"Dasar licik! Bisa-bisanya aku ketipu lelaki tua itu!" gumamnya marah, seraya mengacungkan tinjunya ke udara seolah Pak Andi ada di depannya.Ia menghentikan sebuah angkot yang kebetulan lewat. Tanpa berpikir panjang, Laura segera melompat masuk, duduk di bangku terdekat sambil mengatupkan bibirnya erat. Otaknya sudah dipenuhi rencana. Sesampainya di toko Pak Andi, ia akan menghajarnya, menuntut haknya kembali. Ia membayangkan wajah Pak Andi yang pura-pura ramah, senyum tipis penuh tipu daya. Tak sampai lima belas menit, angkot berhenti di depan toko Pak Andi. Laura segera turun de
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Andi Kabur

Laura naik angkot menuju kontrakan Pak Andi, di pertigaan masuk gang ia harus berjalan sekitar 700 meter membuat Laura kecapekan apalagi perutnya lapar membuat ia terasa ingin pingsan.Setelah sampai di depan rumah pak Andi ia menggedor-gedor pintu namun tak ada sahutan apapun dari dalam."Andi.. keluar kau dasar penipu! Cepat balikin cincin dan hp aku!""Andi sialan cepat keluar! Licik sekali kau penipu sialan!" Maki Laura.Tiba-tiba ada tetangga kontrakan yang keluar, ia merasa heran melihat Laura yang marah-marah sambil menendangi pintu. Wanita itu menegur Laura, "Ada apa, Mbak? Kenapa teriak-teriak, ganggu anakku tidur. Gara-gara, Mbak, menendangi pintu anakku ke bangun."Maaf, Mbak. Mbak tahu kemana perginya Bang Andi?" tanya Laura.Ia mengatur napasnya yang tersengal-sengal, mencoba meredam amarah dan kelelahan yang mendera. Tangannya masih gemetar akibat menendangi pintu kontrakan, namun kini ia berdiri terpaku, menat
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Siapa Gadis Kecil Itu??

Raka mengendarai mobil buntutnya, ia akan ke rumah singgah dimana anak-anak jalan sudah menunggu kedatangannya. Sejak pagi ia mengatasi masalah keributan di pasar maka hari menjelang siang drinya baru bisa mengunjungi anak-anak.Saat melintas di sekolahan TK dimana ia pernah bertemu dengan Amira, Raka memilih menghentikan mobilnya sejenak."Amira namanya, dia wanita cantik, anggun, mandiri dan yang pasti keibu-ibuan sungguh wanita yang sempurna." Raka jadi mengingat tentang sosok Amira.Segerombolan anak-anak TK keluar dari arena sekolahan dan sudah di tunggu oleh orang tuanya masing-masing.Raka turun dari mobilnya, ia menikmati pemandangan dimana wajah-wajah ceria anak TK. Ia sangat menyukai pemandangan tersebut, seakan-akan dirinya ikut bahagia melihat kebahagiaan mereka. Ia a membayangkan bila dirinya sudah menjadi seorang ayah dan melakukan hal yang sama, menjemput anak-anaknya pulang sekolah.Namun ada seorang anak ya
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Masalah di Jalan

Raka teringat dengan anak-anak jalanan yg sudah menunggunya di rumah markas mereka (rumah gubuk untuk belajar dan berkumpul) dia segera menuju mobil buntutnya dan mengendarainya.Raka memarkirkan mobilnya di pinggir jalan besar karena ia harus berjalan memasuki gang sempit sambil membawa sekantong kresek berisi nasi bungkus.Raka berjalan perlahan memasuki gang sempit itu, aroma khas gang kecil di kota besar menyambutnya. Dinding-dinding lusuh di kiri kanan gang menciptakan bayangan yang menambah keheningan sore itu. Kantong plastik hitam berisi nasi bungkus yang ia bawa sesekali berayun mengikuti langkahnya.Setibanya di markas, sekelompok anak-anak yang sudah menunggu di depan rumah gubuk kecil itu segera menyambutnya dengan wajah ceria, namun tampak jelas rasa lapar di mata mereka."Bang Raka, kenapa lama banget?" tanya salah satu anak, Amir, dengan wajah polosnya.Raka tersenyum tipis, merasa sedikit bersalah karena terlambat. "Maaf, ada urusan sebentar tadi.""Urusan apa, Bang?"
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status