Home / Pernikahan / Setelah Tiga Tahun Berpisah / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Setelah Tiga Tahun Berpisah : Chapter 61 - Chapter 70

102 Chapters

Pak Andi misterius

"Maling, maling, tolong ada maling, Bang!" teriak Laura membuat Pak Andi segera membuka matanya."Maling, dimana malingnya?" Pak Andi kelabakan, ia bergegas melompat dari ranjang. Kedua tangannya sibuk melayang ke udara dan matanya pun awas mencari sesuatu ke sana kemari, persis seperti orang yang mau adu perang."Alat, cepat cari sesuatu buat melumpuhkan malingnya." Pak Andi lari keluar, ia menuju dapur mengambil panci dan wajan."Mana, mana malingnya biar aku pukul pakai senjata ini," kata Pak Andi sambil memamerkan barang yang di bawanya. Ia berdiri di depan pintu kamar mandi, sepertinya nyawa lelaki paruh baya itu belum sepenuhnya terkumpul.Laura segera menghampiri suaminya dan merebut panci tersebut lalu memukulkan pada kepala Pak Andi.Prang...!Prang..!!Prang...!! Prang...!! Bunyi panci saat menyentuh anggota tubuh Pak Andi."Eh apa-apaan, La. Kenapa kamu malah mukuli aku?" Raut wajah Pak Andi seketika berubah menatap Laura dengan kesal."Kan ada maling, Bang," jawab Laura."
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

Bertemu Mantan Mertua

Sore ini, Amira mengunjungi kontrakan miliknya yang terletak di luar kota. Deretan rumah kontrakan sebanyak dua puluh pintu tersebut dihuni oleh kalangan menengah ke bawah, yang sangat membutuhkan tempat tinggal dengan harga terjangkau. Amira, seorang wanita muda yang cerdas dan berani, melihat peluang besar dalam bisnis properti ini beberapa tahun yang lalu.Dengan tekad yang kuat, Amira memulai investasinya di properti. Yang berawal hanya memiliki delapan rumah kontrakan, berkat kerja keras dan strategi bisnis yang tepat, kini usahanya berkembang pesat. Ia memiliki dua puluh pintu kontrakan total semua dua puluh delapan pintu yang semuanya terisi penuh, menghasilkan keuntungan puluhan juta rupiah setiap bulannya. Amira tidak bekerja sendirian. Ia memiliki seorang kepercayaan, Pak Budi, yang mengelola operasional kontrakan dua puluh pintu. Pak Budi, seorang pria paruh baya yang sangat teliti dan berdedikasi, memastikan semua penghuni kontrakan merasa nyaman dan segala urusan adminis
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Maaf yang Terlambat

Bab: **Maaf yang Terlambat**"Alhamdulillah.. Ibu.. senang.. kamu datang.." jawabnya terbata-bata.Amira terkejut melihat Bu Fatma menangis. "Ibu, kenapa menangis?" tanyanya dengan cemas.Bu Fatma terisak, kenangan masa lalu kembali menghantui pikirannya. "Maafkan.. Ibu.. Amira.. Ibu.. dulu.. jahat.. padamu.." katanya dengan suara terputus-putus. Ia merasa malu dan menyesal atas perlakuannya di masa lalu terhadap Amira.Amira menggenggam tangan Bu Fatma lebih erat. "Ibu, tidak apa-apa. Yang penting sekarang Ibu harus fokus untuk sembuh. Saya sudah memaafkan Ibu sejak lama," katanya dengan tulus.Bu Fatma menangis semakin deras. "Terima.. kasih.. Amira.. Ibu.. sangat.. menyesal.." ujarnya.Amira menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri setelah mendengar suara terputus-putus dari Bu Fatma yang terbaring lemah di atas kasur lantai yang sudah tipis. Irfan berdiri di ambang pintu, diam tak berani mengganggu momen antara mantan istrinya dengan ibunya."Ibu... tak perlu minta maaf l
last updateLast Updated : 2024-09-15
Read more

Pertemuan yang Tak Terduga

"Mobilnya aman sekarang. Terima kasih bantuannya," katanya dengan suara yang lebih tenang. Saat pria itu tersenyum, Amira melihat sesuatu yang mengejutkan. Di balik tampangnya yang kasar dan seram, ternyata pria itu sangat tampan di matanya. Senyumnya memancarkan pesona yang tak terduga, membuat Amira sedikit tergagap."Eh... sama-sama," jawab Amira pelan, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Pria itu mengangguk sekali lagi sebelum berbalik dan berjalan kembali ke mobilnya. Namun, sebelum ia sempat pergi, Amira tergerak untuk bertanya."Maaf... nama Anda siapa?" tanyanya, meski dalam hatinya ia merasa aneh menanyakan hal itu pada seseorang yang baru saja ia temui.Pria itu menoleh, tersenyum tipis. "Nama saya Raka. Terima kasih sekali lagi, Bu...?""Amira," jawab Amira, masih merasa sedikit canggung."Baik, Bu Amira. Senang bertemu Anda. Hati-hati di jalan." Raka melangkah kembali ke mobilnya, meninggalkan Amira yang masih terdiam di dalam mobil dengan pikiran yang melayang-l
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Truth or Dare yang Membara

Setelah kembali bergabung dengan teman-teman, Rista berusaha meredakan debaran jantungnya yang masih terasa usai percakapan dengan Dimas. Namun, suasana reuni semakin riuh ketika Tina dengan semangat mengusulkan permainan legendaris masa SMA mereka, *truth or dare*."Yuk, kita main! Ayo, ini kan tradisi kita setiap reuni!" seru Tina dengan semangat berapi-api sambil meletakkan botol di tengah-tengah lingkaran. Semua orang setuju tanpa banyak pikir, terutama Aldi dan Dina yang terkenal suka menggoda teman-teman mereka dengan pertanyaan-pertanyaan iseng.Rista, yang tadinya berpikir bisa duduk dengan tenang, mulai merasa sedikit cemas. Apalagi setelah Dimas tadi mengatakan bahwa percakapan mereka belum selesai. Namun, tak mungkin ia kabur sekarang—ini permainan tradisi reuni mereka, dan ia tak mau terlihat pengecut.Botol mulai diputar oleh Tina, dan tawa serta sorakan menggema setiap kali botol berhenti pada seseorang. Pertanyaan-pertanyaan konyol dan tantangan berani mulai membuat sua
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Semangat Baru Irfan

**Bab: Semangat Baru Irfan**Dua hari telah berlalu Irfan sudah mendapatkan ruko yang disewanya. Proses pencarian pun dibantu oleh Mira. Tempatnya cukup strategis, berada di pusat keramaian dan cocok untuk usaha yang ia impikan."Pilihan yang pas banget ya, Bang. Tempatnya ramai, pasti banyak anak-anak lewat sini," kata Mira sambil memandangi ruko yang baru disewa Irfan."Iya, Mir. Aku juga enggak nyangka bisa dapet lokasi sebagus ini," balas Irfan dengan senyum lega.Setelah mendapatkan ruko, Irfan mulai bergerak cepat. Dia berbelanja di kota, mengunjungi pusat grosir mainan terbesar sesuai rekomendasi Mira. Di sana, ia menemukan berbagai jenis mainan dengan harga yang sangat murah. Toko itu ibarat surga bagi para pedagang mainan kecil seperti dirinya."Bang, lihat ini! Harganya cuma 5 ribu. Kalau kamu jual di sana, bisa sampai 15 atau 20 ribu, lho!" seru Mira, sambil menunjukkan mainan mobil-mobilan kecil."Iya, ini gila banget murahnya. Aku ambil banyak aja deh," ujar Irfan sambil
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Keinginan yang Terkikis

Seharian Laura dan Pak Andi menjaga toko, kini jam sudah menunjuk di angka 17.00. Mereka bersiap untuk kembali ke rumah, pak Andi sedang merapikan dagangannya sebelum mengunci seluruh etalase."La, yuk kita buruan pulang. Mendungnya makin gelap aja," ujar Pak Andi.Laura langsung menghampiri suaminya, ia melihat pak Andi membawa kantong keresek lalu bertanya, "Bang, bawa apaan?""Ini obat sari rapet, biar rasanya semakin menggigit. Nanti sampai rumah kamu langsung minum obat ini ya," bisik pak Andi di telinga Laura."Ada-ada aja kamu, Bang. Ya udah yuk kita pulang sekarang," balas Laura.Laura berjalan keluar teras sedangkan suaminya menutup gerbang, setelah itu mereka pulang bersama dengan mengendarai sepeda motor.Sesampai di rumah Laura langsung menimba air untuk mandi mereka berdua. Setelah itu ia menghangatkan lauk sayur SOP untuk makan malam bersama."La, masakanmu enak juga, ternyata kamu pinter masak ya," puji Pak Andi saat mereka makan bersama."Iya dong, Bang. Besok mau di m
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Keinginan yang Terkikis

Seharian Laura dan Pak Andi menjaga toko, kini jam sudah menunjuk di angka 17.00. Mereka bersiap untuk kembali ke rumah, pak Andi sedang merapikan dagangannya sebelum mengunci seluruh etalase."La, yuk kita buruan pulang. Mendungnya makin gelap aja," ujar Pak Andi.Laura langsung menghampiri suaminya, ia melihat pak Andi membawa kantong keresek lalu bertanya, "Bang, bawa apaan?""Ini obat sari rapet, biar rasanya semakin menggigit. Nanti sampai rumah kamu langsung minum obat ini ya," bisik pak Andi di telinga Laura."Ada-ada aja kamu, Bang. Ya udah yuk kita pulang sekarang," balas Laura.Laura berjalan keluar teras sedangkan suaminya menutup gerbang, setelah itu mereka pulang bersama dengan mengendarai sepeda motor.Sesampai di rumah Laura langsung menimba air untuk mandi mereka berdua. Setelah itu ia menghangatkan lauk sayur SOP untuk makan malam bersama."La, masakanmu enak juga, ternyata kamu pinter masak ya," puji Pak Andi saat mereka makan bersama."Iya dong, Bang. Besok mau di m
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Keinginan yang Terkikis

Seharian Laura dan Pak Andi menjaga toko, kini jam sudah menunjuk di angka 17.00. Mereka bersiap untuk kembali ke rumah, pak Andi sedang merapikan dagangannya sebelum mengunci seluruh etalase."La, yuk kita buruan pulang. Mendungnya makin gelap aja," ujar Pak Andi.Laura langsung menghampiri suaminya, ia melihat pak Andi membawa kantong keresek lalu bertanya, "Bang, bawa apaan?""Ini obat sari rapet, biar rasanya semakin menggigit. Nanti sampai rumah kamu langsung minum obat ini ya," bisik pak Andi di telinga Laura."Ada-ada aja kamu, Bang. Ya udah yuk kita pulang sekarang," balas Laura.Laura berjalan keluar teras sedangkan suaminya menutup gerbang, setelah itu mereka pulang bersama dengan mengendarai sepeda motor.Sesampai di rumah Laura langsung menimba air untuk mandi mereka berdua. Setelah itu ia menghangatkan lauk sayur SOP untuk makan malam bersama."La, masakanmu enak juga, ternyata kamu pinter masak ya," puji Pak Andi saat mereka makan bersama."Iya dong, Bang. Besok mau di m
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Designer Cantik itu Amira

Amira menatap hasil jahitan gaun malam yang baru saja diselesaikan oleh salah satu pekerjanya. Jemarinya yang halus menyusuri jahitan, memastikan setiap detail rapi dan sempurna."Bagus, ini sesuai standar kita," ucapnya tegas namun lembut, memberikan persetujuan kepada tim penjahit.Saat itu, seorang pria dengan penampilan mencolok masuk ke dalam butik. Rambutnya tersisir rapi, pakaian formal yang mewah, dan senyum yang penuh percaya diri mengiringi langkahnya. Dari gaya jalannya saja, Amira sudah bisa membaca karakter pria itu. Tipe playboy yang gemar menggoda perempuan.Pria itu mendekat dengan langkah mantap, matanya menyapu butik hingga akhirnya tertuju pada Amira."Wow, butik ini benar-benar mencerminkan pemiliknya," ujarnya dengan nada yang jelas penuh pujian. "Cantik dan elegan. Sama seperti yang berdiri di hadapan saya."Amira yang sudah terbiasa menghadapi berbagai macam orang, tetap tenang dan tersenyum tipis. "Terima kasih. Anda butuh bantuan memilih baju?" tanyanya sopan
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status