Home / Pernikahan / Setelah Tiga Tahun Berpisah / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Setelah Tiga Tahun Berpisah : Chapter 81 - Chapter 90

102 Chapters

Tak Mau menyakiti Perempuan

Amira merasa pikirannya dipenuhi kebingungan dan keraguan. Nama 'Raka' terus terngiang-ngiang di telinganya, menimbulkan perasaan tidak nyaman. Bagaimana mungkin Raka, bisa berada di tempat ini? Atau, mungkinkah ada orang lain yang juga bernama Raka, yang kebetulan memiliki kehidupan berbeda? Namun, bayangan wajah Raka yang ia kenal begitu kuat di benaknya. Amira mencoba menepis kekhawatiran itu, tapi hatinya tetap tak tenang. Rasa takut yang ia pendam mulai merayapi pikirannya. "Kalian semua sudah aku ingatkan untuk tidak dzalim sama pedagang kecil seperti ini! Apalagi seorang perempuan, kalian itu lahir dari rahim perempuan. Jika ibu ini ibu kalian, apa bakal tega berbuat kasar seperti tadi. Hah!" "Raka. Itu suara Raka," batin Mira. Amira segera meninggalkan mobilnya yang masih dibenahi oleh montir. Ia segera menuju kerumunan yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Amira segera mempercepat langkahnya. Jantungnya berdegup kencang, tidak menyangka bahwa sosok yang selama ini ia a
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Dokter Cinta

Raka terdiam sejenak, pikirannya melayang jauh ke masa lima tahun silam. Kenangan itu kembali membanjiri benaknya, membawa serta rasa sakit yang pernah ia rasakan. Pengkhianatan yang membuatnya hancur perlahan, merenggut harapannya akan cinta sejati. Sejak saat itu, hatinya tak lagi sama—separuhnya mati rasa, tak mampu merasakan hangatnya perasaan seperti dulu. Cinta, bagi Raka, tak lebih dari luka yang belum sepenuhnya sembuh.Melihat raut wajah Raka yang tiba-tiba berubah muram, Mira merasa tak enak hati. Dia tahu ada sesuatu yang berat menghantui pikirannya, tapi tak ingin memaksanya untuk berbicara. Hening sejenak menyelimuti mereka, hanya suara kendaraan yang melintas di jalanan yang terdengar samar-samar."Kalau kamu tak ingin bercerita, tidak apa-apa kok. Mungkin lain kali aja kalau kamu udah siap," ujar Mira lembut, mencoba memberikan ruang bagi Raka tanpa menekannya.Raka menoleh sekilas, mata mereka bertemu dalam pandangan singkat sebelum dia kembali memalingkan wajahnya dan
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Papa Untuk Celine

Raka mengalihkan pandangannya ke jalanan yang membentang di depannya, tetapi pikirannya masih terpaku pada Mira. Ia tak dapat mengabaikan bagaimana energi positif itu mengalir deras dalam dirinya, menggantikan keputusasaan yang telah lama bersarang. “Sungguh aneh. Apa aku jatuh cinta dengan, Mira?" pikirnya. “Dulu, aku tidak pernah menyangka bisa merasakan ini lagi.” Setiap kali wajah Mira muncul dalam ingatannya, hatinya berdegup lebih kencang. Ia mulai membayangkan momen-momen saat expresi Mira pertama kali melihatnya yang seperti ketakutan, saat Mira kepo dengan aktivitasnya, senyum Mira yang menyejukkan dan wajahnya yang bersemu merah saat malu ataupun salah tingkah.Raka terus melajukan mobilnya, pikirannya melambung jauh, berusaha merencanakan langkah berikutnya. Ia merasa seolah menemukan kembali sisi diri yang hilang—sisi yang berani bermimpi dan berharap. Selama ini, hidupnya diwarnai dengan bayang-bayang masa lalu, tetapi sekarang, pertemuannya dengan Mira seperti cahaya y
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Siapa Sebenarnya Raka?

Raka refleks memeluk tubuh Celine dengan erat karena terharu. "Aku senang menjadi papamu, Celine," ucapnya dengan suara bergetar, mencoba menahan emosi. "Kamu membuat hidup Papa begitu berarti."Celine tersenyum kecil, matanya bersinar penuh kasih dan tangannya menepuk-nepuk punggung Raka dengan lembut. "Dan aku senang punya Papa sepertimu," jawabnya pelan namun penuh ketulusan.Mereka berdua terdiam sejenak dalam pelukan itu, merasakan kehangatan dan cinta yang begitu nyata di antara mereka.Raka baru tersadar jika ia telah memeluk gadis kecil, karena khawatir di lihat orang dan akan di sangka yang tidak-tidak seperti halnya pelecehan, akhirnya ia melepaskan pelukannya pada Celine."Maaf, Cel, tadi Om enggak sengaja peluk kamu," ucap Raka setelah melepas pelukannya."Enggak apa-apa kok, Om," balas Celine sambil tersenyum. "Itu Bunda datang," ujar Celine sambil menunjuk ke arah di mana sebuah mobil baru saja berhenti di luar gerbang. Posisi mobil itu berada di belakang Raka yang saat
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Titik Balik Pak Andi

Pak Andi duduk di salah satu sudut rumah makan yang cukup sepi, menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Jarum jam menunjukkan pukul 3 sore, perutnya terasa lapar, namun pikirannya justru jauh lebih penuh. Saat Laura berpamitan untuk menjual emas palsu pemberiannya, Pak Andi sangat terkejut namun ia pura-pura baik saja. Setelah melihat Laura naik angkot pak Andi yang sudah merasa was-was dan segera menutup toko obat. _Aku harus pergi sebelum Laura kembali dan ngamuk-ngamuk untuk meminta ganti rugi_ gumam pak Andi. Pak Andi segera kembali ke rumah kontrakannya dan membereskan semua barang-barang miliknya. _Sebelum wanita bodoh itu kembali, aku harus udah pergi. Bisa-bisa nanti aku malu jadi tontonan tetangga kalau Laura melabrak ku dan aku di laporkan ke polisi_ gumam Pak Andi. Hatinya tak berhenti mengoceh disela-sela kesibukan membereskan barang. Setelah semua beres lelaki itu segera meninggalkan kontrakannya dengan mengendara sepeda motornya. Karena terburu-buru dan mer
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

Kesempatan Tak Terduga

"Man, ada lowongan pekerjaan enggak di tempatmu kerja. Kalau ada aku mau daftar dong," ujar Andi. "Wah kayaknya enggak ada, Ndi. Bosku udah enggak menerima kartawan lagi keknya," balas Arman. "Tolonglah, Ndi. Kerja apa aja gue mau kok," "Ya udah deh, coba besok ku tanyakan lagi sama bos." "Oke thanks, Bro." "Elo kenapa sih, Ndi, dari tadi kok garuk-garuk anu terus? Apa enggak pernah cebok ya," tuduh Arman yang merasa aneh melihat Andi sejak tadi garuk-garuk di bagian depan celananya. Andi langsung memutar bola matanya, lalu menjawab dengan kesal, "Apaan sih, Man? Ini cuma gatal biasa l enggak usah lebay deh kayak kamu enggak pernah garuk anu aja!" "Iya siapa tau gitu, abis dari tadi enggak henti-hentinya garuk bagian situ Mulu, dicuci sana biar enggak gatal Mulu jangan-jangan ada uler keket gigit burung elo," ujar Arman sambil tertawa keras. "Apaan sih, emang dari tadi gue udah pengen ke kamar mandi kok," balas Andi samembari berlalu ke arah kamar mandi. ** Pagi harinya, Arma
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Nasib Laura

Setelah pergi dari rumah kontrakan pak Andi, Laura berjalan tak tahu arah. Apalagi ia sudah tak memiliki uang, ia terus berjalan mengikuti kakinya melangkah. Hingga malam pun tiba dan tubuhnya sudah terlalu lelah di tambah perutnya keroncongan membuat Laura memutuskan untuk istirahat.Laura menuju sebuah mushola kecil, ia membasuh wajahnya dengan air kran dan meminum airnya langsung dari kran."Hah segarnya," ucap Laura lirih.Setelah dirasa perutnya sudah mendapat ganjalan dari air kran, ia memutuskan untuk tidur di mushola hingga pagi nanti._Pokoknya aku harus semangat, meski tubuh rasanya udah enggak karuan. Apalagi bagian kewanitaanku rasanya gatal terus dan keluar flek jadi lembab bikin enggak nyaman aja_ gumam Laura sebelum dirinya memejamkan mata.Keesokan paginya tepatnya jam 5.00 pagi Laura pergi dari mushola itu. Ia memutuskan untuk mengisi perut dengan sisa uang yang dia punya. Bahkan ia tak segan-segan menawarkan diri untuk melamar pekerjaan pada setiap toko atau pun temp
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

Oohh Ternyata

Setelah percakapan singkat mereka, Dhani membawa Laura menuju ke bagian belakang kafe, tempat di mana tugasnya akan dimulai. Suasana di dapur terlihat sibuk, dengan suara panci, wajan, dan air mengalir berbaur menjadi satu. Aroma makanan yang baru saja dimasak memenuhi ruangan, memberikan kesan bahwa tempat ini memang selalu sibuk. "Nah, Ini adalah area belakang kafe, tempat cuci piring dan dapur. Tugasmu cukup sederhana, tapi tetap penting. Setiap piring, gelas, dan alat makan harus dicuci bersih secepat mungkin, terutama saat kafe sedang ramai. Kita tidak bisa kehabisan peralatan." "Di sini kamu akan bekerja. Kamu tinggal masukkan piring kotor ke wastafel, bersihkan dengan spons, dan bilas menggunakan air panas. Setelah itu, keringkan dan letakkan di rak ini." "Oke, aku mengerti. Ada hal lain yang perlu aku perhatikan?" "Pastikan saja kamu bekerja cepat dan bersih, terutama saat jam sibuk. Kalau kamu kesulitan atau butuh bantuan, jangan ragu untuk panggil aku atau salah satu
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

Sosok Dimas

Amira mendekat ke arah ranjang pasien, ia tak menyangka bisa bertemu Laura dalam kondisi yang mengenaskan. Tubuh Laura terlihat sangat kurus, wajahnya pucat pasi, bahkan ia masih belum sadarkan diri."Dhani..." panggil Laura."Iya, Bu," balas Dhani. Ia segera menghampiri Amira."Sejak kapan Laura bekerja di kafe? Dan dia sakit apa?" tanya Laura penasaran."Sudah satu Minggu, Bu. Kata dokter Laura mengindap kanker, tapi saya juga belum jelas kanker apa itu," balas Dhani menerangkan apa adanya.Amira tak menanggapi lagi, ia menatap mantan sahabatnya itu sejenak lalu berpamitan untuk menemui dokter."Oh ya, Dhan. Sebaiknya kamu kembali ke kantor, biar Laura di jaga perawat saja," ujar Amira."Baik, Bu."****Dreet....Setelah keluar dari ruangan dokter, hanpond Amira berbunyi. Ia segera mengambilnya dari dalam tas."Hallo," sapa Amira setelah tahu siapa yang menelponnya._Mira...!_Amira menjauhkan hanpond dari telinganya sebab suara itu terdengar melengking di telinga._Kamu kemana aja
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Hari- H

Dua minggu telah berlalu, dan hari pernikahan Rista akhirnya tiba. Wanita berumur tiga puluh tiga tahun itu tersenyum menatap bayangannya di cermin besar. Gaun putih yang ia kenakan tampak sempurna di tubuhnya, dan riasan lembut di wajahnya semakin memancarkan aura kebahagiaan. Meskipun usianya sudah menginjak kepala tiga, kecantikannya seolah tak pernah pudar."Ciee, pengantin senyum terus nih. Aku sampai ketularan aura positifnya," canda Amira sambil menyenggol lengan Rista pelan.Rista tertawa kecil, menoleh ke arah sahabatnya itu. "Kamu gimana, Mir? Udah siap belum jadi bridesmaid?"Amira yang berdiri di sampingnya dengan hijab lembut dan gaun seragam, ikut tersenyum. "Tenang aja, Mbak. Kita semua udah siap mengiringi kamu. Hari ini benar-benar hari yang dinantikan."Beberapa teman Rista yang lain, Tika dan Shinta, masuk ke ruangan dengan wajah ceria. Mereka juga mengenakan busana yang seragam dengan Amira, siap untuk menemani Rista dalam momen paling bersejarah dalam hidupnya."R
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status