All Chapters of Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

62 Chapters

31. Sebulan Setelah Menikah

Yasa melangkah masuk ke ruang kerja Shalimah dan mengiringi kedatangannya dengan salam. “Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam,” sambut Shalimah lembut, sambil mencium punggung tangan Yasa dengan penuh kasih.Di belakangnya, Disti menatap sejenak, lalu ragu-ragu mengikuti gerakan Shalimah. “Waalaikumsalam,” ucapnya pelan sambil menunduk dan mencium punggung tangan Yasa dengan canggung. Sudah beberapa hari ia melakukannya, tapi tetap saja Disti merasa kikuk. Hubungan mereka terasa tak nyata, seakan pernikahan ini hanyalah formalitas tanpa makna yang dalam.“Maaf, aku agak telat. Tadi harus menyelesaikan urusan kantor dulu sebelum menjemput Juna,” jelas Yasa, nadanya terdengar penuh tanggung jawab.Disti menahan napas, merasa tak nyaman dengan penjelasan Yasa yang seharusnya ditujukan pada Shalimah, istri pertamanya. Ketika Yasa mengarahkannya pada Disti, seolah ada garis yang dilangkahi, membuatnya merasa salah tempat. Namun, sebelum ia tenggelam dalam pikirannya, Yasa beralih pada Shalima
Read more

32. Dipaksa David

Disti berdiri terpaku, membeku di bawah derasnya hujan yang menghantam tanpa ampun. Di hadapannya, David berdiri tegap, wajahnya serius dan dingin seperti es, tanpa sedikit pun tersirat kelembutan. Mata pria berwajah oriental itu menatap Disti lekat-lekat, penuh obsesi yang mencekam."Pak David? Apa yang Bapak lakukan di sini?!" tanya Disti nyaris berteriak, suaranya tercekik oleh kecemasan.David tidak menjawab. Ia hanya mendekat tanpa melepaskan pandangan yang tajam dan penuh maksud dari wajah Disti. Tangannya yang kuat mencengkram lengan Disti dengan erat dan membuat ibu muda tersebut meringis kesakitan. Hujan semakin deras, orang-orang yang tadi berlalu lalang kini berteduh di bawah atap terdekat, meninggalkan jalanan yang semakin sepi.“Kita bicara di dalam mobilku,” katanya, suaranya rendah tapi memaksa. “Kamu tidak mau basah-basahan, ‘kan?”Disti memandangnya tak percaya. Hatinya berkecamuk, antara marah dan takut, tetapi cengkeraman David semakin kuat, memaksanya untuk menurut
Read more

33. Aku Mencintaimu

"Kamu baik-baik saja, Dis?" Tatapan prihatin Yasa menjelajahi wajah pucat Disti dari balik kemudi.Napas Disti pendek dan suaranya tersekat di tenggorokan. Hatinya kembali dirobek-robek oleh tindakan dan ucapan David tadi. Air matanya terus meleleh menahan semua kata yang ingin diucapkan hingga ia hanya mampu mengangguk.Yasa mengusap lengan Disti untuk menenangkannya. Lagi-lagi rasa bersalah kembali menyengatnya. Reaktor dari semua aksi David terhadap Disti adalah cerita masa lalunya dengan David yang tidak pernah menemukan solusi. Tidak seharusnya Disti yang menjadi korban.Kilat tajam terpancar dari mata Yasa saat ia menyusun rencana untuk mengatasi situasi yang tidak kondusif. Ia terus memutar otak mencari penyelesaian. Sesekali ia mengerutkan dahi lalu menggeleng dan mengembus napas kasar."Kenapa Pak David melakukan semua itu padaku, Mas? Apa salahku?" tanya Disti dengan suara bergetar dan dibarengi isakan.Pertanyaan Disti menikam dada Yasa dan membuat paru-parunya mengerut. Me
Read more

34. Malam Pertama

Rasa yang lebih dingin mengalir ke seluruh tubuh Disti hingga membekukan tangannya yang menggenggam erat lengan kemeja basah Yasa. Kakinya mati rasa ketika semua berangsur normal dan tampak lebih nyata. Detak jantung yang tidak terkendali membungkam mulutnya ketika keberadaan Yasa tidak menyisakan jarak di antara keduanya.Perang batin mulai berkecamuk. Apakah ia harus berlari setelah menyadari semua itu nyata atau ....Dengan kendali kuat yang nyaris tak tertahankan, Yasa membingkai wajah Disti. Seluruh perhatiannya terpusat pada wajah seputih kapas perempuan itu. Tatapannya menjelajahi setiap inchi wajah cantik tersebut hingga tiba di bibir Disti yang sedikit bergetar menahan rasa dingin dan rasa lain yang berkecamuk. Yasa tidak berkata apa-apa. Lidah Disti juga kelu. Keheningan yang tercipta mempertegas sensasi panas yang mulai membakar. Tekanan posesif tangan Yasa di kedua sisi wajah Disti membuat jantung Disti berdebar-debar dan gugup. Sekilas, Disti melihat keputusan tegas dala
Read more

35. Sedikit Egois, Boleh?

Bergelut dengan rasa takut akan terbongkarnya peristiwa menakjubkan bersama Yasa semalam, Disti menyilangkan tangan di depan dada. Ia hanya menatap tumpukan kain kebaya yang seharusnya sedang ia jahit saat itu. Semalam begitu indah dan menantang, meskipun berakhir dengan ratapan. Selintas ingatan mengisi pikirannya. Ia bersyukur, Shalimah mengantarkan ibunya dan Arjuna beberapa puluh menit setelah Yasa meninggalkan rumahnya. Apa yang harus ia katakan pada Shalimah jika Shalimah mengetahui Yasa tidur dengannya? Oksigen tidak lagi terhirup dengan semestinya lantaran terhalang beban yang mendesak dan memenuhi dada Disti. Pikirannya melayang-layang mengaburkan seluruh konsentrasi wanita itu."Aku lihat dari tadi Mbak Disti melamun saja? Apa sedang tidak enak badan?" Pertanyaan Ina dengan aksen jawanya yang kental membuyarkan lamunan Disti."Oh, mm... Iya. Sebenarnya tidak, Bu Ina. Aku hanya sedang memikirkan kuliahku. Eh, tapi sedikit nyut-nyutan juga sih kepalaku," balas Disti gugup dan
Read more

36. Peduli Padamu

Yasa melihat sekilas ke arah Disti. Sorot matanya masih tidak berubah sejak beberapa menit yang lalu. Kilat kemarahan masih ada di sana dan Disti bisa melihatnya dengan jelas. Segelintir penyesalan bergulir di hati Disti. Jika saja sikapnya tidak sekeras tadi, menolak ajakan Yasa untuk menemui dokter, situasi yang tidak mengenakkan itu tidak akan terjadi."Aku pergi dulu, Shali. Assalamualaikum," pamit Yasa yang disambut kecupan ringan Shalimah di punggung tangannya."Waalaikumsalam. Hati-hati ya, Mas," jawab Shalimah.Kalimat biasa yang bermakna luar biasa itu membuat Yasa tersenyum. Mengabaikan Disti yang masih mematung memperhatikannya dan juga Shalimah, Yasa mengecup kening Shalimah dengan mesra. Disti tidak sempat memalingkan tatapannya lantaran pemandangan romantis itu berlangsung begitu cepat. Rasa perih menyayat hatinya seiring senyuman terkembang di wajah Yasa dan Shalimah sesaat kemudian. Disti merasakan dadanya begitu sesak hingga ia ingin menekannya. Wanita berwajah sendu
Read more

37. Teguran Ibu Mertua

Pagi itu, Disti merasa jauh lebih baik. Wajahnya tampak cerah, seperti mentari yang baru saja menyapa bumi. Demam dan sakit kepala yang kemarin membuatnya lemah kini telah hilang. Ia merasa segar, seolah energi baru mengalir dalam tubuhnya. Jatuh cinta memang dahsyat, pikirnya sambil tersenyum sendiri. Efeknya bisa menyembuhkan rasa sakit lebih cepat daripada obat apa pun.Disti sadar, ia hanya memiliki setengah hati Yasa, dan mungkin itu bodoh, tapi ia ikhlas menerimanya. Meskipun tahu pernikahannya dengan Yasa sebatas formalitas, meskipun sadar bahwa Shalimah-lah cinta sejati pria itu, Disti tak bisa menahan perasaannya. Terkadang ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa kamu bisa begitu mudah jatuh cinta pada Yasa? Apakah karena wajah Yasa mengingatkannya pada Varen atau ada alasan lain yang belum ia temukan?Lamunannya buyar ketika suara bel yang nyaring menggema dari arah pintu depan. Disti tersentak, hatinya bersorak riang. Mungkin itu Yasa yang datang untuk mengantarkan A
Read more

38. Menahan Rasa

Di dalam rumah, Disti langsung menuju kamarnya. Tanpa sadar, ia menatap bayangan dirinya di cermin. Wajah yang kusut dan sembab, mata yang sembab karena menangis, semua itu membuatnya terlihat seperti orang asing bagi dirinya sendiri.“Mungkin benar aku memang hanya penggoda,” bisiknya pada bayangannya sendiri. “Aku datang di saat hubungan Yasa dan Shalimah berada di titik lemah.”Sekarang Disti tahu alasan sebenarnya Yasa mempertahankan pernikahan mereka. Itu bukan karena cinta, bukan karena ingin melindunginya, melainkan karena sesuatu yang Laila ungkapkan padanya tadi. Disti merasa telah dimanfaatkan. Ketulusannya mencintai Yasa hanya dianggap sebelah mata, sementara pria itu mempertahankannya untuk alasan yang tak pernah ia duga.Air mata semakin deras mengalir di pipinya. Rasa perih dan sakit menggantikan perasaan bahagia yang sempat ia rasakan pagi ini. Disti terisak, suaranya tertahan dalam kesunyian kamar, seolah tak ada tempat untuk mencurahkan semua luka di hatinya.Tiba-tib
Read more

39. Merasa Dipermainkan

Dari sudut lain, Yasa tersenyum bangga menyaksikan kedua istrinya saling memberikan perhatian. Tidak berselang lama, ia berpamitan untuk melanjutkan aktivitas rutinnya sebagai Pejabat Eksekutif Tertinggi di perusahaan milik keluarganya.Disti dan Shalimah masih berdiri bersebelahan setelah mereka melepas kepergian Yasa. Rona bahagia terpancar di wajah Shalimah, sedangkan Disti masih diliputi perasaan yang tidak menentu.Ucapan Laila beberapa jam yang lalu bagai virus yang melumpuhkan sistem kerja hati Disti. Hatinya seolah kebas dan masih terbalut perih setiap kali semua ucapan Ibu mertuanya itu terngiang di telinganya."Dis, setelah makan siang kamu bisa menemaniku tidak?" tanya Shalimah sebelum Disti bertolak ke ruang produksi."Menemani ke mana, Mbak?"Shalimah merangkul Disti. Ia tersenyum dan berkata dengan sedikit berbisik. "Aku mau menemui terapis. Kemarin aku sudah bicara dengan Mama Laila dan Mama Laila menyarankan agar aku menemui terapis pilihannya. Selama ini aku selalu ke
Read more

40. Ke Pesta Bersama

Jika Yasa mencintainya, seharusnya Yasa menceritakan semua yang sudah terjadi di antara mereka pada Shalimah, pikir Disti di antara isak tangisnya. Namun, sesaat kemudian ia menyadari bahwa ia sendiri yang menginginkan hal itu. Yasa tidak salah. Ya Allah, haruskah aku mengatakan pada Mbak Shalimah bahwa aku dan Mas Yasa sudah …? Disti menekan dada dengan tangan, sementara air mata masih membasahi wajahnya. Puas menangis selama beberapa menit di toilet, Disti segera membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari kran wastafel dan memulas kembali wajahnya dengan bedak serta lipstick. Dengan keterpaksaan yang menyiksa, siang itu Disti menemani Shalimah menemui seorang dokter. Keinginannya untuk berterus terang tentang perasaannya terhadap Yasa dibungkam oleh ketidaktegaan pada Shalimah yang tengah berjuang untuk menata kembali pernikahannya dengan suami mereka.Tiga minggu terakhir, Shalimah dan Yasa telah rajin mengikuti konseling pernikahan dan konsultasi ke dokter ahli. Perubahan po
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status