"Dok, gimana putri saya?" tanya Bu Rasti begitu dokter selesai memeriksa Dewi."Sepertinya Bu Dewi kelelahan atau terlalu banyak pikiran, Bu, sehingga mengalami pendarahan. Tapi, beruntung janin Bu Dewi baik-baik saja."Penjelasan dokter sontak membuat Dewi terperangah. "Janin? Jadi saya ... hamil?"Dokter Hanung yang sebelumnya menghadap Bu Rasti langsung kembali menoleh ke arah Dewi. "Benar, Bu. Apa Bu Dewi belum mengetahuinya?"Dewi menggeleng lemah. Baginya saat ini bukan saat yang tepat untuk hamil. Apalagi hamil anak dari laki-laki seperti Gibran. "Enggak, enggak, ini enggak boleh terjadi," gumam Dewi."Dokter!" seru Dewi dengan panik."Iya, Bu?""Bisakah kandungan saya digugurkan saja sekarang?""Loh, Bu?""Wi!" tegur Bu Rasti sembari menggelengkan kepalanya dengan tegas."Dokter, kalau sudah selesai memeriksa putri saya, biarkan kami berbicara berdua!" pinta Bu Rasti."Baik, Bu. Setelah ini silakan diurus administrasinya, karena Bu Dewi harus rawat inap beberapa hari terlebih
Read more