Home / Pernikahan / OKE, MARI BERCERAI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of OKE, MARI BERCERAI : Chapter 21 - Chapter 30

74 Chapters

Gagal

"Apa mungkin bukan Gibran yang memalsukan data dan identitas itu, Wi?" tanya Wina."Tau!" ketus Dewi."Bisa aja, kan, dari pihak Rindu?""Bisa jadi, tapi yang jelas data dan identitasku udah dipalsukan. Kamu bisa bayangin enggak, sih, gimana rasanya jadi aku? Aku enggak cuma dikhianati loh, Win, tapi aku udah dianggap mati! Mati!""Iya, sih, aku tahu kesalahan Gibran udah fatal.""Makanya itu, udah enggak usah berusaha nyari pembenaran buat dia. Mau dia yang malsuin atau siapapun, tetap dia yang pakai data palsu itu buat nikah lagi!""Iya, sih." Wina sangat menyayangkan apa yang dilakukan Gibran terhadap Dewi. Ia juga merasa bersalah karena dulu, dirinya paling bersemangat untuk menjodohkan Gibran dan Dewi. Keduanya terlihat saling mengisi di mata Wina. Dewi yang cuek dan ketus bersanding dengan Gibran yang lembut dan perhatian. Bagi Wina mereka berdua itu saling melengkapi. Ternyata Gibran justru menghancurkan segalanya.Setelah mengantar Wina ke rumahnya, Dewi langsung pulang. Badan
Read more

Gaduh

Bu Rasti memeluk Dewi usai mobil Rindu meninggalkan pekarangan rumah Dewi. "Makasih sudah kuat, Nak," ucap Bu Rasti. "Makasih udah buat mereka tidak bisa menguasai rumah ini. Maafin Ibu dulu .... Dulu Ibu tidak bisa bertahan. Dulu Ibu tidak sekuat kamu ....""Ibu enggak perlu minta maaf. Kondisi aku sekarang dengan Ibu dulu jauh berbeda. Aku bersyukur punya Ibu yang kuat. Tanpa Ibu aku enggak akan bisa seperti sekarang ini," ujar Dewi sembari membalas pelukan Bu Rasti."Iya, Nak. Ibu juga sangat bersyukur memiliki kamu. Tanpa kamu, mungkin Ibu tidak akan bisa bertahan hidup sampai detik ini. Ibu kuat untuk putri Ibu, jadi kamu juga harus kuat untuk Ibu, ya?""Iya, Bu. Aku janji bakal buat mereka merasakan apa yang sudah kita rasakan dulu. Mungkin dengan apa yang terjadi pada pernikahan Dewi, Tuhan sedang memberi kesempatan pada Dewi untuk memberi mereka pelajaran.""Ibu bangga sama kamu."Beberapa saat kemudian keduanya saling melerai pelukan."Ya udah, sana kamu mandi terus kita maka
Read more

Serigala Berbulu Domba

"Kenapa kalian enggak tinggal di rumah Mbak Dewi aja? Rumah itu rumah Mas Gibran juga, kalian berhak tinggal di sana!" usul Gina."Sebelum ke sini kami sudah ke sana, Gin. Tapi, kamu tahu sendiri Dewi kayak gimana. Dia malah ancam kami buat dilaporin ke polisi," adu Rindu."Emang enggak waras orang satu itu!" umpat Gina. Ia sudah sangat kesal. Pulang kuliah harusnya ia bisa beristirahat dengan tenang ataupun mengerjakan tugas, tetapi malah harus mengurusi istri dan mertua kakaknya."Jadi enggak apa-apa, kan, sementara kami menempati kamarmu?" bujuk Rindu. "Cuma sementara, Gin. Nanti setelah Mas Gibran carikan kami tempat tinggal, kami langsung pindah, kok."Gina menekuk wajah dan memajukan bibirnya. Ia masih tidak mau mengalah untuk pergi dari kamarnya. "Kenapa kalian enggak nginap di penginapan aja, sih?" "Astaga, Gin. Kami punya keluarga. Kalian keluarga kami, masa kami harus nginap di penginapan kaya orang enggak punya sanak keluarga?""Iya, tapi, kan, rumah kami sempit!" Gina kem
Read more

Hancur

"Mbak Dewi!"Dewi tertegun melihat siapa yang sudah ada di depan rumahnya sepagi ini. Gadis itu mendekat. Kini terlihat jelas wajah kusutnya. Bola matanya terlihat merah dengan tatapan sayu. Seperti orang yang semalaman tidak tidur. Wajah kusut itu ditekuk untuk menutupi rasa canggung, bersalah, dan menyesal atas apa yang telah ia lakukan kemarin."Mbak Dewi ...." Gina merengek manja. "Aku minta maaf atas kejadian kemarin."Dewi menaikkan sebelah alisnya. Tidak biasanya Gina yang berkarakter keras mirip dirinya mau meminta maaf seperti itu."Mbak," ucap Gina lagi. "Aku benar-benar menyesal udah kayak gitu kemarin."Dewi tak langsung menanggapi. Ia bisa menebak, Gina bersikap seperti itu karena Rindu dan Asih. "Mbak ...." Gina semakin mendekat."Kenapa?" tanya Dewi dengan ketus. "Bukannya kamu enggak sudi punya kakak ipar kayak aku?"Gina menggeleng. "Enggak, Mbak. Aku salah. Mbak Dewi yang terbaik. Aku dan Ibu udah tertipu."Dewi menarik sebelah bibirnya. Baginya apa yang dilakukan G
Read more

Saling Lempar

[Sayang, aku sudah bersiap pulang.]Gibran mengirim pesan kepada Dewi. Tanpa memperhatikan apakah pesannya terkirim atau tidak, lelaki berwajah mirip Irwansyah itu langsung memasukkan ponselnya ke tas. Ia tidak tahu kalau Dewi telah memblokir nomornya. Karena Gibran memang sengaja selama dinas di luar kota, ia membiarkan ada jeda antara dirinya dengan Dewi untuk saling berpikir. Jadi, selama beberapa hari ini Gibran sama sekali tidak menghubungi nomor Dewi.Besar harapan Gibran begitu tiba di rumah, suasana sudah tenang dan ia bisa memperbaiki hubungan dengan Dewi. Untuk sementara waktu, Gibran memang mengabaikan semua hal tentang Rindu. Ia tidak mengangkat telepon Rindu ataupun membaca dan membalas pesan istri keduanya itu. Toh, Rindu sudah aman di rumah ibunya.Saat ini di pikiran Gibran hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Dewi. Ia tidak mau melepas berlian demi kerikil yang tidak jelas asalnya. Urusan dengan Rindu akan ia selesaikan nanti setelah masalahnya dengan Dewi beres
Read more

Nasi Telah Menjadi Bubur

Asih merebut surat panggilan polisi itu dari tangan Rindu. Sekilas ia bisa membaca isi surat itu. Setelahnya ia paham harus berbuat apa. "Ayo, kalau mau ke kantor polisi!" ucap Asih dengan berani. "Kami berdua akan buktikan kalau kami tidak tahu apa-apa."Rindu menoleh dan menatap mamanya tidak percaya. "Ta-tapi, Ma ...." Rindu takut kalau akhirnya ia atau mamanya akan terseret menjadi tersangka juga. Dan seumur-umur ia juga belum pernah berurusan dengan polisi."Ya udah, buruan ganti baju!" titah Gibran.Asih menyeret Rindu yang masih tertegun untuk berganti pakaian ke kamar."Ma, Mama yakin lakuin ini?" tanya Rindu ketakutan."Kenapa tidak. Bilang saja sama polisi kalau kita tidak tahu apa-apa. Bilang aja kalau Gibran yang mengurus semua persiapan untuk pernikahan kalian!""Tapi, Ma! Gimana kalau Mas Gibran dipenjara? Aku enggak mau jadi janda!""Tidak kamu tenang aja! Dia pasti membela diri."Setelah berganti pakaian, mereka berdua kembali keluar untuk bersama-sama ke kantor polisi
Read more

Menunggu

Seharian Bu Santi dan Gina menunggu kepulangan Dewi di teras rumah Dewi. Mereka sampai melupakan makan siang demi bisa bertemu dengan Dewi. Namun, sampai azan maghrib berkumandang Dewi tidak juga kunjung pulang."Bu, ayo kita pulang dulu!" ajak Gina yang tidak tega melihat ibunya. Wajahnya pucat, kusut, dan terlihat sekali banyak beban pikiran. Wanita yang duduk di sisinya itu menatap kosong ke arah halaman. Ibu mana yang tidak sedih melihat putra yang seharusnya menjadi kebanggaan dan pelindung menggantikan peran sang ayah malah harus mendekam di penjara. Dan Bu Santi sangat menyesal karena ia ikut berperan atas masuknya Gibran ke penjara. Ia telah ikut mendukung Gibran menikah lagi saat itu. Seandainya waktu bisa diputar, ia pasti akan menjadi orang paling lantang menentang keinginan Gibran dan Rindu untuk menikah. Namun, apa bisa dikata. Nasi telah menjadi bubur. Raut wajah Gibran yang sering terlihat tertekan dan murung semenjak menikah dengan Dewi, membuat Bu Santi tidak berpi
Read more

Konsekuensi

Azan Isya berkumandang, tetapi Dewi belum juga tiba di rumah. Pulang kantor, Dewi memang mengunjungi rumah ibunya dulu. Ia ingin memastikan kalau Mbak Marni benar-benar sudah tiba di rumah ibunya lagi dan semua baik-baik saja. Setelah shalat maghrib dan makan malam, baru Dewi pamit pulang."Benar tidak mau nginap saja, Wi?" tanya Bu Rasti untuk menahan putrinya. Ia tidak tega Dewi di rumah sebesar itu sendirian."Enggak, Bu. Gampang besok aku ke sini lagi.""Ya sudah, hati-hati di jalan, ya! Kalau sudah sampai rumah, langsung kasih kabar Ibu!""Siap!"Setelah mencium tangan dan memeluk ibunya, Dewi kemudian pulang. Sengaja ia mengemudikan mobilnya dengan santai. Ia ingin begitu tiba di rumah langsung mandi, shalat, dan tidur untuk menghalau rasa kesepian yang pasti akan menderanya.Biasanya kalau dia pulang lembur, Gibran akan menyambutnya dengan berbagai cerita. Dulu, Dewi sampai merasa kalau dia yang laki-laki dan Gibran yang perempuan karena memang kondisi mereka berdua seperti itu
Read more

Nelangsa

Tiba di rumah Bu Santi langsung masuk ke kamar. Ia bahkan merasa tidak punya tenaga sekadar untuk mengusir Rindu dan Asih yang sedang asyik menonton televisi di ruang keluarga seolah-olah tidak merasa bersalah sama sekali atas peristiwa yang menimpa Gibran. Energi Bu Santi serasa habis terkuras untuk memikirkan Gibran yang sudah tidak memiliki secuil kesempatan pun untuk kembali bersama Dewi.Seperti zombi dengan tatapan mata kosong, Bu Santi memasuki ruang kamarnya. Penyesalan demi penyesalan layaknya cambuk yang terus menghujam tanpa ampun. Seandainya .... Seandainya .... Dan ribuan kata seandainya lainnya memenuhi kepala Bu Santi sampai rasanya mau meledak. Sampai akhirnya wanita itu ambruk di tempat tidur."Bu, makan dulu, yuk!" ajak Gina yang sejak tadi mengikuti langkah ibunya. "Dari tadi ibu belum makan. Kalau ibu sakit aku gimana?"Namun, Bu Santi hanya menggeleng lemah tanpa mau membuka mata. Rasanya ia ingin segera tidur agar semua yang terjadi hari ini bisa segera ia lupaka
Read more

Habis Kesabaran

Setelah puas menangisi keadaan dan juga ibunya, Gina mencari tahu lewat ponsel pintarnya tentang cara mengompres orang demam. Setelahnya Gina mempraktekkan kepada ibunya. Ia harap panas ibunya bisa turun setelah ia kompres.Semalaman Gina tidak tidur untuk menjaga sang ibu dan juga terus menerus mengompresnya. Hal yang baru pertama kali ia lakukan setelah selama ini semua dilakukan oleh Dewi dan Gibran.Pagi harinya Bu Santi bangun dengan kondisi demamnya sudah mulai turun. Meski suhu tubuhnya masih panas, tetapi tidak sepanas semalam. Sementara Gina ketiduran dengan kepala di bibir ranjang ibunya."Gin, kenapa kamu di sini?" tanya Bu Santi. Ia kemudian meraba keningnya karena merasa ada sesuatu di atasnya. Bu Santi kemudian mengambil kain kompres itu dan merasa sangat terharu dengan apa yang telah dilakukan putrinya."Ibu udah bangun?" tanya Gina sembari mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa berat."Udah, kamu semalaman tidur di sini?"Gina mengangguk. "Badan ibu panas sekal
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status