Semua Bab Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku: Bab 191 - Bab 200

233 Bab

Nenek Yang Melakukannya

"Antarkan aku kembali ke istana!" Alice memerintahkan supir. "Tidak, aku akan membawamu kembali ke Albain!" "Baiklah, jika begitu_" "HENTIKAN! BAIKLAH!" Gavin panik, ketika Alice membuka pintu mobil secara tiba-tiba dan hendak melompat keluar mobil. "Putar arah, antarkan Putri Mahkota kembali ke istana." Gavin menyerah, lagipula dia tidak bisa memaksa Alice untuk percaya kepadanya. Dia harus mencari bukti dan mencari tahu dari Brigitta, apa yang sebenarnya terjadi. Di dalam mobil terasa hening, baik Alice maupun Gavin tidak saling berbicara hingga mereka akhirnya tiba di istana Yustan. Alice turun dari mobil, langkahnya tergesa-gesa. Dia segera pergi dan memasuki istana tanpa menoleh lagi ke arah mobil yang ditumpangi Gavin. Alice segera pergi ke kamarnya. Dia merasa sangat pusing dan mual. Alice masuk ke kamar mandi. "Alice_ kamu sudah pulang?" Sera masuk ke dalam kamar Alice. Sera mengikuti Alice, sejak dia melihatnya datang dan memasuki pintu masuk istana. "Alice?
Baca selengkapnya

Kanker Stadium Akhir

"Nenek! Nenek!" Elisa memegang pipi Isabela dan menepuk-nepuk pundaknya. "Alice, suruh pelayan memanggil dokter keluarga! Cepatlah!" Dalam kepanikan, Alice, Sera dan Elisa berusaha mengangkat tubuh Isabela dan meletakkannya ke tempat tidur di kamar Alice, lalu segera memanggil dakter kerajaan untuk memeriksanya Dokter kerajaan datang, dan memeriksa Isabela. Bahkan dari raut wajah sang dokter, sudah dapat tertebak, bahwa ada sesuatu yang serius pada penyakit Isabela. "Dokter, bagaimana keadaan ibuku?" Sera segera menghampiri dokter kerajaan yang menangani Isabela. "Apa yang mulia ratu belum pernah mengatakan tentang sakitnya kepada Anda ataupun anggota keluarga yang lain?" dokter tampak bertanya dengan berhati-hati kepada Sera, Alice dan Elisa. "Tidak, Dokter. Ibuku tidak pernah mengatakan apapun." Wajah Sera nampak semakin khawatir setelah mendengar pertanyaan dokter. "Sebenarnya aku tidak berhak mengatakan ini tanpa seijin beliau. Namun, mengingat kondisi kesehatannya yan
Baca selengkapnya

Tolong Turuti Keinginanku Alice

"Emm..." Isabela bangun perlahan dari tempat tidur. Saat kesadarannya telah penuh, matanya melihat dengan jelas ke arah Elisa, Sera dan juga Alice yang berdiri di dekatnya. Sera mendekat dan duduk di dekat Isabela. "Bagaimana keadaan Ibu?" "Apa ini sudah hampir siang hari? Apakah semalaman aku tidur di kamar Alice?" Isabela melihat melewati jendela kamar, matahari hampir berada di atas kepalanya. "Iya, kemarin Ibu pingsan dan tidur di kamar Alice. Bu...mengapa Ibu tidak mengatakan kepada kami tentang penyakitmu? Seharusnya jika Ibu berobat sejak lama, mungkin Ibu akan..." "Oh...Hal itu tidak begitu penting untuk kalian ketahui. Tidak perlu merasa kasihan kepadaku." Isabela kemudian bangun dari tempat tidur dan akan beranjak pergi dari kamar Alice. "Nenek, mau pergi kemana? Sebaiknya Nenek beristirahat dahulu saja." Alice merangkul lengan Isabela. Sayangnya, Isabela menepis rangkulan Alice, "Tidak perlu memperdulikan aku. Jika kamu ingin bersiap pergi kembali ke Albain, maka per
Baca selengkapnya

Asisten Pribadi

Siang hari, tamu yang dinantikan oleh Isabela telah dalam perjalanan menuju ke istana untuk ikut perjamuan makan siang yang diatur oleh Isabela. Isabela memerintahkan pelayan untuk memberitahukan hal itu kepada Sera, Alice dan Elisa, agar mereka juga ikut dalam jamuan makan siang."Alice, Elisa, ayo segera bersiap. Nenek berkata, tamu penting itu sebentar lagi akan datang. Kita harus ikut untuk menyambut mereka." "Ugh, aku perlu waktu sebentar lagi Bu. Ibu dan Elisa silahkan duluan saja. Aku akan segera menyusul setelah merasa lebih baik. Aku masih merasa mual dan ingin muntah." Alice selalu merasakan mual datang secara tiba-tiba. "Baiklah, Alice. Jangan terlalu lama. Ibu dan Elisa menuju ruang makan lebih dulu." Sara dan Elisa beranjak pergi dari kamar Alice. "Iya, Bu. Aku akan segera menyusul." Benar saja, Alice pun terus menerus memuntahkan isi perutnya setelah Elisa dan Sara meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Alice merasa lebih lega. Dia merapikan penampilannya, lalu
Baca selengkapnya

Ini adalah Titahku

"Apa aku boleh duduk di sini? Bolehkah aku meminta waktu untuk berbicara padamu?"Alice yang tengah duduk di taman belakang istana, memandang sinis ke arah suara seseorang yang barusan berbicara padanya."Berbicara dari situ saja! Aku masih dapat mendengarmu." Ujarnya dengan nada ketus."Baiklah, aku akan berbicara dari sini." Ujar Mario dengan kepala yang jauh menunduk, karena Alice sekarang dalam posisi duduk, sedangkan dia berdiri."Alice, aku tidak tahu tentang hal ini. Tiba-tiba saja nyonya Lusy mengajakku ke negara Yustan, katanya ratu Isabela yang mengundang kami kemari. Sungguh, aku tidak menyangka jika akan bertemu denganmu." Mario menjelaskan hal yang sebenarnya."Apapun alasannya, aku tidak akan mau menerima perintah nenek. Aku tidak memerlukan asisten apalagi pengawal. Terutama jika orang itu adalah kamu!""Ya, aku juga menyadari itu. Banyak hal salah di masa lalu yang aku lakukan kepadamu. Aku menyesalinya." Mario tampaknya tulus."Jika begitu, tolaklah permintaan ratu Is
Baca selengkapnya

Rapat Parlemen

"Alice, ada apa? Mengapa wajahmu cemberut seperti itu?" Tanya Elisa yang melihat Alice melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan wajah tertekuk. "Aku benar-benar heran dengan pemikiran nenek. Aku merasa dia sengaja melakukan semua ini, agar aku bisa bersama dengan Mario." "Lalu, apa yang akan kamu perbuat Alice?" "Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap kali aku menyatakan keinginanku yang bertentangan dengannya, nenek pasti akan mengalami serangan sesak napas. Aku hanya tidak tega, karena tubuhnya saat ini mulai melemah karena sakit." "Jadi, kamu memutuskan untuk setuju dengan keputusan nenek, Alice?" tanya Elisa. "Aku tidak bisa terus menerus bertengkar dengan nenek. Dia sungguh keras kepala. Apalagi penyakit nenek sudah semakin parah. Jalan satu-satunya sekarang, adalah segera menyingkirkan Firlo More dan antek-anteknya. Untuk itu, aku harus mengumpulkan bukti-bukti." "Lalu, apa rencanamu selanjutnya, Alice?" Alice mengambil kotak lensa mata berwarna hazel di atas meja
Baca selengkapnya

Peraturan Yang Merugikan

"Aku dengar, hari ini putri mahkota akan menghadiri rapat parlemen. Bagaimana jika dia tidak menyetujui peraturan baru yang telah kita buat ini?" Seorang anggota parlemen merasa khawatir. "Sudahlah, jangan khawatir. Dia toh tidak mengerti apa-apa tentang urusan tambang dan jual beli baja terbaik. Meskipun dia adalah Alpha, memangnya kenapa? Dia hanya mengerti seni berperang dan bertarung." Firlo More percaya, bahwa Alice hanya seorang yang pandai di medan perang saja. Dia masih menganggap Alice berpendidikan rendah. "Hei, dia telah tiba." Alice masuk ke dalam ruang rapat dan Mario mengikutinya tepat di belakangnya. Petugas mengarahkan Alice untuk duduk di kursi yang berada persis di belakang Firlo More. Alice tidak mau duduk di tempat yang disediakan baginya, dia malah duduk di kursi milik Firlo More. "Maaf, Tuan Putri. Kursi ini adalah tempat khusus untuk Perdana Menteri. Putri harus duduk di belakang Perdana Menteri." Petugas itu meminta Alice untuk berpindah posisi. "Ap
Baca selengkapnya

Mencari Bukti

"Antarkan aku ke pusat pengrajin perhiasan di kota, aku ingin menemui Elisa sebentar." Alice memerintahkan kepada supir. Sudah tengah hari ketika Alice dan Mario selesai mengikuti rapat parlemen. Alice saling berkirim pesan kepada Elisa, dan berjanji bertemu di pusat pengrajin perhiasan. "Kalian boleh pulang lebih dulu, aku akan pulang sendiri." Alice memberi perintah kepada supir dan juga Mario. "Maaf Putri. Yang Mulia Ratu berkata, aku tidak boleh meninggalkan Putri sendirian di luar." Supir merasa tidak berdaya untuk mematuhi perintah Alice, karena dia saat ini bertanggung jawab terhadap keselamatan Alice. "Pergilah Alice, kami akan menunggumu di sini. Ambil waktu selama yang kamu inginkan. Jangan khawatirkan kami." Mario memutuskan untuk menunggu Alice di mobil bersama supir. "Baiklah." Alice kemudian pergi keluar dari mobil dan mencari Elisa di pusat pengrajin. Dari kejauhan, Alice melihat Elisa yang kini tengah berdiri di depan sebuah toko pengrajin perhiasan. Alice m
Baca selengkapnya

Dia lah Sang Alpha

"Terimakasih, Tuan-Tuan. Jika bukan karena bantuan kalian, mungkin kami sekeluarga telah dibunuh." Pria yang mereka selamatkan akan berlutut di kaki Alice. "Tuan, tidak perlu seperti itu. Aku hanya kebetulan lewat di sekitar sini." Alice memegang kedua sisi lengan pria itu dan menahannya agar tidak sampai berlutut. "Tidak, Tuan. Anda adalah penyelamat kami." Istri dari pria itu menangis karena bersyukur dan memeluk putra putrinya yang masih berusia 10 tahun dan 7 tahun. "Sebaiknya kalian segera siapkan barang seperlunya, aku akan mengantarkan kalian hingga ke perbatasan Casia dan Yustan. Seseorang akan menjemput kalian. Bersembunyi lah di Casia sementara waktu," ujar Alice. Mereka mempercayai perkataan Alice dan bergegas mempersiapkan barang bawaannya. Lagipula mereka juga sadar, jika mereka tetap tinggal di rumahnya, kemungkinan nyawa mereka akan kembali terancam. Alice mengajak mereka semua masuk ke mobil sederhana ukuran minibus yang disewa olehnya sore ini. "Biarkan ak
Baca selengkapnya

Spesialis Obgyn

"Di sini hanya ada kita berdua, lebih baik lepaskan saja topeng perak mu itu. Apa Kau tidak lelah terus menggunakannya?" Alice juga melepaskan masker yang menutupi separuh wajah bagian bawahnya. "Hmmm, ya. Kau benar." Mario kemudian melepaskan topeng peraknya. Setelah itu keadaan hening sepanjang jalan. Alice merasa malas untuk berbicara pada Mario. Belakangan, entah mengapa, Alice merasa tubuhnya mudah lelah dan dia juga gampang tertidur. Nafsu makan Alice juga berkurang. Jika makan pun, makanan itu akan segera dia muntahkan hanya dalam beberapa menit kemudian. Alice ingin memeriksakan dirinya ke dokter kandungan, namun dia tidak ingin mengambil resiko jika kemudian seseorang mengetahui tentang kehamilannya. Itulah sebabnya, dia belum memeriksakan dirinya hingga sekarang. Alice begitu disibukkan dengan pemikirannya, hingga kemudian tanpa dia sadari, dia jatuh tertidur. Mario mengemudi dengan tenang sepanjang jalan. Hingga selama 4 jam kemudian, mereka telah kembali ke pus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
24
DMCA.com Protection Status