Home / Romansa / ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN : Chapter 41 - Chapter 50

80 Chapters

41. HARI YANG MENYENANGKAN

Tengah hari bolong, sehabis makan siang. Dika dan Eka sudah berada di rumah. Keduanya berjalan beriringan sambil mengumbar senyum satu sama lain. "Assalamualaikum," ucap keduanya serentak sembari bergandengan tangan tak mau lepas."Waalaikumsalam," balas Bi Endang, mempercepat langkahnya, yang memang sedang berada di ruang tamu."Ibu dan Bapak sudah pulang? Bagaimana, kuliahnya, Bu? Lancar?" tanya Bi Endang penasaran.Hal wajar bagi keduanya, pertanyaan tersebut. Sebab Bi Endang sudah seperti keluarga sendiri di rumah ini."Alhamdulillah, lancar, Bi," jawab Eka penuh senyuman, sedikit melirik sang suami, yang juga menatapnya disertai anggukan kepala.Senyuman lembut itu, seolah tidak pernah hilang dari pria tiga puluh tahun itu. Eka adalah wanita paling beruntung karena setiap hari disuguhkan hal-hal sederhana, tapi sangat berkesan."Alhamdulillah, Bu. Saya senang mendengarnya. Pasti seru ya, Bu? Bisa ketemu orang-orang baru dan nuansa baru?"Pertanyaan itu, langsung mendapat angguka
Read more

42. KEMBALI KE DESA

Sementara itu, di tempat terpisah. Masih di hari yang sama. Arkana baru saja sampai di Bandung, kota kelahirannya. Ar keluar dari mobil, sengaja ia memarkir mobilnya di tepi sawah. Kedua matanya terpejam, membentangkan kedua tangannya, kemudian menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan-lahan.Dia sedang merasakan kembali hembusan angin dari tempat kelahirannya. Tidak terasa sudah sepuluh tahun ia meninggal tanah kelahirannya guna mengembangkan diri di negeri ini orang."Heummm ... Aku merindukan angin ini," gumamnya lirih dan membiarkan hembusan angin menembus setiap pori-pori kulitnya. Cuaca hari ini sangat mendukung. Tidak terlalu panas, tapi tidak mendung juga. Memang paling enak untuk bersantai di pinggir sawah sambil menikmati pemandangan hamparan hijau pesawahan."Aa."Tiba-tiba, terdengar suara sapaan, yang sontak membuat Ar langsung menoleh."Heum ..." Kalimatnya tercekat di ujung tenggorokan. Ia langsung mengenali sosok gadis yang entah sejak kapan berada di san
Read more

43. MIAT UNTUK MELAMAR

Sebuah foto, yang memakai bingkai sebagai penghiasnya, terpasang epik di sudut ruangan ini. Ar terus memandangi potret dirinya yang masih terlihat bocah itu.Ya, foto tersebut diambil saat ia baru saja lulus sekolah menengah pertama (SMP). Sebenarnya, bukan sosok dirinya yang menjadi perhatian, melainkan gadis mungil yang berdiri di sampingnya. Ia berangkul bahu gadis itu dan tertawa bersama.Sebuah memori lama, seketika mencuat kembali. Ada kisah menarik dan sangat indah di balik foto tersebut. Dirinya masih mengenakan seragam putih biru dan ada bekas coretan di seragamnya, akibat kelulusan yang dirayakan bersama teman-teman kala itu.Ar, tidak membayangkan kejadian saat ia dan beberapa teman saling melempar cat semprot dan blao, saat itu. Dia sedang mengingat kembali kalimat yang sempat ia ucapkan sebelum foto itu diambil.••••'Aku mencintaimu, Yu. Mau kan kamu menjadi jodohku kelak.' Ar menggenggam salah atau tangan gadis mungil yang usianya terpaut satu tahun itu. 'Aa serius, m
Read more

44. KENAKALAN OM DIKA

"Dek, bangun," ucap Dika lembut.Muach.Sambil mengecup bibir ranum sang istri tercinta. Eka pun mengerang dan membuka matanya perlahan-lahan. Terlihat secara samar-samar olehnya, wajah tampan yang menjadi idola emak-emak itu. "Sayang, bangun yuk! Sholat subuh berjamaah," tambahnya membujuk sembari menyibak helayan rambut Eka ke belakang telinga.Eka mengubah posisi tidurnya, menjadi telentang. Dipandanginya cukup lama wajah tampan sang suami tercinta. "Kenapa, liatin kayak gitu? Ada yang berubah ya dari saya? Kelihatan tua ya?" tanya Dika menelisik lebih jauh arti dari tatapan teduh, wanita yang hadir dalam kehidupannya sebagai istri itu. "Aku lagi mikir, Om.""Mikir apa, Dek? Jangan mikirin yang macem-macem. Masih pagi. Enggak baik.""Siapa yang mikir macem-macem?" kilah Eka masih berada di posisinya tanpa sedikitpun memalingkan tatapannya."Lalu, apa yang kamu pikirkan sekarang?" Dika menggenggam tangan sang istri, sedangkan tangan yang satunya membelai pipinya lembut."Kenapa,
Read more

45. ANCAMAN BARU

[Jadi, kapan Kak Ar kembali?] tanya Eka, yang sedang melakukan video call dengan Arkana. Sedangkan Dika berada tepat di samping sang istri.[Sore nanti, aku sudah di Tangerang.] Ar tersenyum lebar kepada Eka dan Dika.[Jangan lupa ajak dia, juga. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Sudah lama juga, kami tidak saling sapa. Saat kami berjumpa nanti. Aku bakalan kasih wejangan ke dia, untuk sabar menghadapi kakak yang bawel dan cerewet.] Eka balik menggoda dan Dika tersenyum tipis, menertawai celotehan sang istri. [Hust, nanti saja. Sekarang izin dulu ke Ayah.] Ar melirik Dika yang sedang tertawa itu. [Ok. Ok. Lalu, di mana Teh Ayu sekarang?][Di mars ...] jawabnya terkesan ngegas.[Ya! Di rumahnya lah. Belum saatnya dia ada di sini.] tambahnya sedikit cemberut, yang sebenarnya bukan kesal karena pertanyaan Eka, melainkan ia belum mendapatkan kabar tentang sang kekasih sepagian ini. [Ya, udah si, enggak usah ngegas. Aku kan cuma tanya aja. Jawabannya enggak usah pake emosi
Read more

46. PANIKNYA MAHARDIKA

Dika sudah berada di dalam ruangannya. Bersama Robi dan Lia. Keduanya berdiri berbarengan di depan meja kerja Dika. "Di mana berkas kontrak kerja sama itu?" Dika sedang mencari-cari, sesuatu yang seharusnya berada di atas meja kerjanya.Dari nada suaranya, sepertinya benda tersebut sangat penting. Robi dan Lia saling berpandangan, "seharusnya ada di situ, Pak," kata Lia kemudian."Mungkin Pak Dika lupa menaruhnya di mana," timpal Robi sangat hati-hati. "Tidak ada! Kalian lihat sendiri. Kalau berkas itu ada di atas meja ini, seharusnya terlihat, tapi ini tidak ada!" Nada suara Dika sedikit meninggi."Saya yakin menaruh berkas itu di sini!" tegasnya lagi. Terlihat guratan kegelisahan di wajah tampan pria tiga puluh tahun itu. Dika mengangkat satu persatu berkas yang ada di meja, bisa jadi yang ia cari tertindih. Namun, benda tersebut tidak ditemukan. "Mengapa berkasnya tidak ada!" tegas Dika sangat serius. Dia berkacak pinggang dan sebelah tangannya memijat keningnya. "Di mana say
Read more

47. DI KANTOR OM DIKA

Mobil pun terparkir tepat di depan kantor. Tak berselang lama, Dika pun muncul, berlari sambil menggenggam ponselnya.Dika langsung mengulas senyuman lebar, tepat saat pandangannya berhasil menangkap manik hazel sang istri.Buru-buru di berlari menghampiri. "Kamu baik-baik saja kan, Dek? Pak Rudi tidak membuatmu repot kan?" cecarnya yang tidak bisa menyembunyikan kecemasannya."Iya, Om. Aku baik. Ini berkas yang aku Om mau." Eka langsung menyerahkan map dengan cover berwarna hijau itu.Dika mengambilnya cepat. Segera ia memeriksa isi berkas tersebut secara bertahap.Setelah memastikan semuanya aman, barulah ia bisa bernapas lega. Selanjutnya Dika menarik tangan Eka, membawanya masuk dalam pelukannya."Terima kasih, Dek. Berkat kamu, perusahaan tidak akan merugi," ucapnya penuh rasa syukur dan haru.Eka mempererat pelukan itu, "Bi Endang yang menemukan berkas itu. Seharusnya Om berterima kasih kepada Bi Endang. Aku hanya menyampaikan berkas ini kepada Om."Dika melepaskan pelukannya. K
Read more

48. KEKACAUAN DI KANTOR

Eka dan wanita yang akrab dipanggil Bu Nur itu, sudah berada di dapur. Ya, ruangan yang biasa digunakan karyawan untuk membuat kopi atau sekedar masak mie instan.Eka sedang mengelap meja. Bayangkan, istrinya bos lagi ngelap meja? Mau ditaruh di mana muka suaminya? Dika pemilik perusahaan. Putra tunggal keluarga Wijaya. Secara tidak langsung, Eka memiliki pengaruh besar juga di perusahaan. Apa kata orang ketika tahu istri dari pengusaha sukses, sedang mengelap meja? Apa tidak jatuh wibawanya?Ya, tentu jatuhlah, bagi mereka yang berpikir kasta berada di atas segalanya. Akan tetapi, berbeda dengan Eka. Gadis mungil itu, tidak terlalu memedulikan status atau lainnya. Niatnya murni ingin membantu.Sementara Bu Nur, sedang mencuci gelas bekas bikin kopi yang tergeletak di atas wastafel. Setelah selesai mencuci, ia pun berbalik badan dan mendapati Eka yang sedang duduk sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Sepertinya dia sangat kelelahan dan kegerahan setelah merapikan meja dan kursi. Sem
Read more

49. KEDATANGAN MAHARDIKA

"Cukup!" teriak seseorang.Mereka yang ada di sana pun, serentak menoleh ke sumber suara. Nyatanya. Seruan itu, mampu mengubah suasana yang semula memanas, kini menjadi hening tanpa nada. "Apa yang sedang terjadi di sini?" Sepasang mata menatap lurus Bi Nur yang tersungkur di lantai, akibat didorong oleh Hanny tadi.Sedangkan Bu Nur pun, terpaku di sana. Ia juga menatap sosok yang baru datang itu. "Bu Aninditan!" sebut Lia, yang berhasil memecah keheningan di sana. Setelah mendapatkan kembali kesadarannya, barulah Lia mengenali sosok wanita di atas kursi roda itu. Ya, gadis cantik, dengan rambut tergerai indah bergelombang. Duduk di kursi roda. Ia menggunakan kedua tangannya untuk menggerakkan kursi rodanya supaya jalan.Hanny yang tidak tahu sosok wanita bernama Anindita itu, tiba-tiba merasa panik bukan main. Sebab, ia baru saja bersikap kasar pada seseorang. Semoga saja wanita itu tidak melihat kejadian tadi. Dilihat dari ujung rambut hingga kaki. Hanny, bisa menebak bahwasanya
Read more

50. MARAHNYA EKA

PLAAAKKKKKK!"Itu cukup untuk kamu, yang dengan beraninya menggoda suami orang!" marah Eka, setelah memberikan tamparan keras di wajah Hanny. Suaranya melengking mengisi ruangan tersebut, yang hanya ada dirinya, Mahardika dan Hanny.Saking kencangnya tamparan itu, Hanny sampai tersungkur di lantai dan memegangi pipinya. "Perempuan seperti kamu tuh, enggak pantas kerja di perusahaan besar! Kalau niatmu bekerja hanya demi bisa menggoda pria kaya. Mending kamu jadi wanita penghibur aja deh! Di sana ada banyak pria hidung belang yang rela mengeluarkan uang supaya bisa memuaskan nafsunya!" geramnya sambil menunjuk wajah Hanny penuh kemarahan.Eka yang selama ini bersikap imut-imut, manja dan ngambek, tidak diduga-duga bisa mengeluarkan kata-kata kasar seperti sekarang. Detik ini, dia benar-benar seperti singa yang mengamuk ketika hewan buruannya direbut orang. Ya. Istri mana yang tidak marah, ketika mendapati ada wanita lain yang berusaha untuk menggoda suaminya? Hal wajar, bilamana Eka
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status