Bre tersenyum sambil menyentuh pipi pria kecil di depannya. Mak Ramlah yang memperhatikan, tersentuh perasaannya hingga ke relung hati. Dia orang yang termasuk tahu kisah manis percintaan Bre dan Livia semenjak duduk di bangku kuliah."Sudah mandi kan tadi?""Udah, Om.""Hmm, wangi." Bre mencium pipi Alvian. Bau khas anak-anak merasuk lewat indera penciumannya. "Om ke dalam dulu, ya!""Iya.""Saya masuk dulu, Mak," pamit Bre seraya berdiri."Njih. Monggo, Mas Bre."Bre membuka pintu kaca dan disambut oleh Pras yang kebetulan berada di sana. Asisten Alan langsung mengajaknya ke ruang meeting. Di sana sudah ada Pak Rosyam, Alan, dan Adi.Tiga tahun menjalani kerjasama seperti ini, membuat Bre terbiasa. Meski sayatan dalam dada tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ia mengimbangi Alan yang sangat profesional. Belajar mengesampingkan ego dan berkomitmen dengan pekerjaan."Alvi, jangan masuk ke situ, Sayang. Papa lagi meeting."Bre lamat-lamat mendengar suara lirih Livia yang bicara deng
Baca selengkapnya