All Chapters of Kakak Cantik, Jadi Mamiku!: Chapter 151 - Chapter 160

330 Chapters

Usaha Mengambil Emily

“Grace.” Emilio mendekati Grace dengan perlahan. Grace memeluk Emily semakin erat. Dia terlihat takut kalau suaminya itu mengambil Emily darinya. “Mau apa? Dia anakku, jangan ambil dia.” Grace mencoba menyembunyikan Emily dari suaminya. Aruna menggenggam erat tangan Ansel. Dia takut kalau Grace melakukan sesuatu ke Emily, apalagi sekarang gadis kecil itu tak bergerak sama sekali membuatnya begitu cemas. “Tidak, aku tidak akan mengambilnya,” ujar Emilio membujuk. Emilio menoleh ke kue yang sudah bercampur lilin, lantas menatap Grace yang sedang membelai Emily. “Dia ulang tahun hari ini, kan?” tanya Emilio mencoba mengalihkan perhatian Grace agar bisa mendekat. “Iya, kamu lihatkan aku menyiapkan kue, balon, juga hadiah untuknya,” jawab Grace mau menanggapi ucapan Emilio. Emilio tersenyum agar Grace merasa tenang. Sikap Grace yang seperti sekarang ini, sama dengan enam tahun lalu setelah satu bulan kehilangan calon anak mereka. “Kuenya cantik, pasti Emi senang, kan?” tanya Emili
Read more

Dia Juga Anakku

“Emi, bangun.” Ansel menepuk pipi Emily untuk membangunkan saat mereka sudah berada di mobil. Emily tak bereaksi sama sekali, membuat Ansel semakin cemas. “Kenapa Emi tidak bangun? Biasanya Emi mudah dibangunkan,” ucap Ansel sambil menatap Aruna dengan kecemasan yang tak bisa disembunyikan dari tatapan matanya. “Kita ke rumah sakit, ada kemungkinan Emi diberi obat tidur. Kamu dengar tadi wanita itu bilang kalau dia membuat Emi tidur karena terus rewel,” balas Aruna yang juga cemas. Ansel pun berpikir demikian. Dia pun meminta Rio untuk mengantar mereka ke rumah sakit tempat Sashi bertugas. Ansel menatap Emily sambil mengusap kening putrinya itu. Dia begitu takut jika terjadi sesuatu dengan Emily. Rio mengemudikan mobil menuju rumah sakit. Saat sampai di sana, Sashi dan perawat sudah menunggu di IGD karena Aruna sudah menghubungi lebih dulu sambil menjelaskan kondisi Emily. “Baringkan di sini,” ucap Sashi saat mereka sampai di ruang IGD. Ansel membaringkan Emily perlahan, lanta
Read more

Masa Lalu Grace

Grace berjalan keluar dari lift. Perutnya terlihat besar karena dia sedang hamil delapan bulan. Grace berjalan sambil sesekali mengusap perut, satu tangan menenteng paper bag berisi kotak makanan untuk suaminya. “Siang, Nona.” Staff Emilio menyapa Grace yang berpapasan dengannya. Grace mengangguk dengan senyum ramah. Dia terus mengayunkan langkah riang, meski perutnya besar dan mudah lelah saat berjalan. Grace sudah sampai di depan pintu ruangan Emilio. Dia tidak mengetuk pintu, tapi langsung membuka pintu itu. Namun, baru saja Grace membuka sedikit pintu ruangan itu, dia berhenti mendorong saat mendengar percakapan suaminya dengan pengacara pribadi Emilio yang tak lain Citra. “Tidak bisa, kamu gugurkan kandungan itu. Grace hampir melahirkan, aku tidak mau jika dia sampai tahu soal hubungan kita.” “Kamu tidak bisa lepas tanggung jawab begitu saja. Kita melakukannya atas kesadaran kita, bagaimana bisa kamu sekarang lepas tanggung jawab!” “Bukankah aku sudah bilang, ini kesalahank
Read more

Ingin Memperbaiki

“Lalu maksudmu sekarang apa? Kamu tahu jelas jika itu salahmu. Kalau kamu bisa menahan perilakumu, kamu juga tidak akan terjebak masalah seperti ini.”Aruna mendengar suara Emilio, hingga dia keluar lantas mendengarkan cerita pria itu.“Kamu tahu istrimu sakit, tapi bagaimana bisa kamu membiarkannya pergi begitu saja sendirian. Bagaimana kalau dia melukai orang lain?” Aruna terus bicara untuk meluapkan kekesalannya.“Kupikir dia sembuh. Dia meminta agar bisa kembali menata hidupnya yang baru. Aku benar-benar tak menyangka kalau Grace ternyata mencari tahu soal Emily,” balas Emilio menjelaskan.“Meski kamu ayah kandungnya, tapi kamu tidak pernah berhak memilikinya,” ucap Ayana.Emilio menatap satu persatu orang di sana. Dia pun mengembuskan napas pelan.“Aku tidak pernah bermaksud mengambil Emi dari kalian. Aku menyadari kesalahanku sejak tahu Citra meninggal, aku tidak mungkin bisa membalikkan semuanya, meski aku sudah berusaha memperbaikinya,” ucap Emilio dengan ekspresi wajah penuh
Read more

Papi adalah Papi Emi

Emily masih berada dalam pelukan Ansel. Dia masih mengumpulkan seluruh kesadarannya karena kepala masih terasa berat.Hingga Emily memandang ke arah pintu, membuat semua orang termasuk Ansel ikut menatap ke pintu.Emilio masuk ke ruangan itu, membuat semua orang langsung menatap tak senang.“Paman itu siapa? Kenapa di sini?” tanya Emily sambil mendongak untuk bisa menatap Ansel.Ansel menurunkan pandangan ke Emily, lantas kembali menatap ke Emilio yang masuk tanpa izin.“Pa … paman ke sini untuk minta maaf,” ujar Emilio sambil melangkah perlahan ke arah semua orang. Dia ingin menyebut dirinya dengan kata papa, tapi Emilio sadar diri jika tak punya hak untuk menyandang sebutan itu.Emily masih bingung. Dia hanya menatap Emilio yang datang mendekat.Ayana meminta suami dan besannya untuk menyingkir, tapi tentunya mereka tetap berada di ruangan itu untuk mengawasi.Aruna berdiri di samping Ansel duduk. Dia memegang pundak suaminya itu agar tak bertindak gegabah karena ada Emily.Emily me
Read more

Itu Takdir

Emilio pulang setelah menemui Emily. Saat sampai di rumah, Grace berada di kamar masih tidur karena pengaruh obat tidur. Emilio mendekat ke ranjang, lantas duduk di samping Grace sambil menggenggam salah satu telapak tangan wanita itu. “Maafkan semua kesalahanku, Grace.” Emilio menunduk hingga keningnya menyentuh genggaman tangannya dengan Grace. Grace ternyata mulai sadar. Dia melihat Emilio yang sedang menunduk sambil menggenggam telapak tangannya. “Di mana putriku?” tanya Grace dengan suara lirih. Emilio langsung mengangkat wajah saat mendengar suara Grace. “Kamu sudah bangun.” Emilio mengusap lembut kening Grace. “Di mana dia? Tadi dia masih di gendonganku,” ujar Grace mencari gadis kecil yang dipeluknya. Emilio menguatkan genggaman tangan mereka sambil menundukkan kepala karena air mata yang hampir luruh. “Dia bukan anak kita, Grace. Putri kita sudah tiada karena kesalahanku. Maafkan aku, Grace.” Sekali lagi Emilio mengakui kesalahannya. Dia tak ingin terus larut di masa
Read more

Permohonan Maaf

“Makan, ya.” Emilio berusaha membujuk agar Grace mau makan karena sejak semalam wanita itu tak mau makan sama sekali. Grace tetap tidak mau makan, tentu saja hal itu membuat Emilio cemas. “Besok, kita kembali ke Milan, ya. Aku lebih tenang di sana bersamamu,” ucap Emilio memberitahu keputusannya untuk kembali ke luar negeri agar Grace bisa berobat dengan tenang. “Aku mau anakku.” Grace menatap penuh kesedihan ke Emilio. “Kita akan mendapatkannya. Kamu bisa memiliki anak yang kamu inginkan, yang butuh orang tua. Apa mau cari sekarang? Kita adopsi anak yang tak punya orang tua agar dia merasakan kasih sayang,” ujar Emilio mencoba bicara pelan-pelan. “Aku mau Emi,” balas Grace dengan bola mata berkaca-kaca lagi. “Grace, Emi sudah memiliki orang tua yang menyayanginya. Jika kita ambil dia dari mereka, aku yakin kalau Emi malah tidak akan bahagia. Bukankah kamu bercita-cita melihat anakmu bahagia, lalu jika Emi menangis, apa kamu tega?” Emilio mencoba mematahkan keinginan Grace untu
Read more

Melepas

Beberapa hari berlalu. Emily kini sedang bermain dengan Aruna dan Ansel di halaman rumah. Mereka benar-benar sudah merasa tenang karena tak ada yang mengusik kehidupan mereka lagi.Emily duduk di tikar sedang menuang teh ke gelas meski sedikit tumpah. Dia bermain seolah sedang piknik bersama kedua keluarganya.“Ini teh buat Mami.” Emily memberikan cangkir untuk Aruna. “Ini buat Papi,” ucap Emily kemudian memberikan ke Ansel.“Terima kasih,” ucap Aruna sambil memulas senyum.Mereka minum teh yang diberikan Emily, juga makan camilan yang ada di sana.Boneka pemberian Grace juga ada di sana, didudukkan di sebuah kursi kecil bersama mereka.Saat mereka sedang bercanda, sebuah mobil terlihat berhenti di depan gerbang rumah itu. Ansel dan Aruna menoleh ke gerbang, hingga mereka melihat Emilio turun dari mobil bersama Grace.Tentu saja Ansel dan Aruna sangat terkejut melihat Emilio di sana. Mereka panik ji
Read more

Akhirnya Lega

“Emi sudah tidur?” tanya Ansel saat Aruna masuk kamar. Aruna menganggukkan kepala, lantas naik ranjang bersama suaminya. “Akhirnya aku bisa tidur nyenyak,” ucap Aruna sambil menarik selimut setinggi dada. Ansel yang masih duduk pun langsung menatap Aruna saat mendengar ucapan istrinya itu. “Memangnya kemarin tidak bisa tidur nyenyak?” Ansel keheranan dengan maksud ucapan Aruna. Aruna menatap suaminya, lantas membalas, “Bagaimana bisa aku tidur nyenyak sedangkan aku selalu memikirkan bagaimana nasib kita kalau tiba-tiba Emi diambil Emilio. Tapi sekarang sudah lega karena akhirnya Emilio tak mau mengambil Emily.” Ansel ikut berbaring mendengar ucapan Aruna. Dia pun memeluk hingga membuat Aruna terkejut. “Tapi sepertinya kamu tetap takkan bisa tidur nyenyak,” ucap Ansel dengan nada candaan. Aruna mengerutkan alis mendengar ucapan Ansel, hingga sadar dengan maksud ucapan suaminya itu. “Ish … jangan macam-macam.” Aruna hendak mundur untuk menjauh, tapi Ansel memeluknya erat. “Pada
Read more

Makan Malam Gagal

Genap dua bulan pernikahan Aruna dan Ansel. Keduanya masih tinggal di rumah Bintang sesuai dengan perjanjian awal mereka.“Nanti malam kita pergi makan berdua,” ajak Ansel saat Aruna sedang merapikan dasinya.“Berdua? Tidak mengajak Emi?” tanya Aruna keheranan.Ansel mengusap rambut Aruna, lantas menjawab, “Ya, hanya berdua. Aku sudah bilang ke Mommy kalau ingin mengajakmu makan berdua, jadi nanti Emi biar bersama Mommy.”Aruna mengangguk-angguk mendengar jawaban Ansel. Mereka pun keluar dari kamar untuk sarapan berdua bersama.“Mami, nanti sore Oma mau ngajak aku ke rumah Oma buyut,” ujar Emily saat bersiap sarapan.“Benarkah?” Aruna seperti terkejut padahal sebenarnya sudah tahu. Dia melirik sang mommy yang menganggukkan kepala.“Jadi anak baik saat di sana, ya.” Ansel mengingatkan meski tahu kalau Emily akan selalu berperilaku baik saat di tempat orang lain.
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
33
DMCA.com Protection Status