Home / Romansa / Dinodai Suami (Gagal Cerai) / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Dinodai Suami (Gagal Cerai): Chapter 1 - Chapter 10

54 Chapters

Ternoda (Malam Pertama)

"Aduh!" pekikku kala seseorang mendorong tubuh ini hingga terjerembab masuk ke sebuah kamar hotel. "Sial!" umpatku mencoba bangkit setelah terjatuh. Namun, sama sekali tak pernah aku sangka. Sebuah tangan menyentuh pundak. Terasa hangat dan itu membuatku merinding. Seketika tangan ini ditarik begitu saja olehnya. "Arshaka!" Aku terbelalak saat tahu siapa pria yang kini menarik tubuhku hingga kami terjatuh di atas tempat tidur yang sama. Apalagi, kini tangannya telah mengunci tubuhku hingga kesulitan bergerak. Aku merasa ada yang tidak beres dengannya. Mungkinkah dia minum obat perangsang? Apakah kami dijebak? Tetapi siapa yang menjebak? Aku berusaha mendorong tubuhnya, tetapi gagal dan tetap berada di bawah kukungannya, tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan, kini ia malah semakin berbuat nekat. *** Aku adalah istri Arshaka Abraham. Pernikahan terjadi karena aku dijadikan jaminan oleh Bibiku demi kelanjutan perusahaan almarhum mama dan papa. Dengan alasan itu, aku dipaksa
Read more

Siapa Dia?

"Ada apa? Jangan ganggu aku! Telepon besok saja!" "Nilam, kamu kenapa? Suaramu meninggi? Ada masalah?" tanya Mami mertuaku. Ah sial memang! Aku pikir tadi orang kantor. Malu sendiri kalau begini. Terdengar sangat tidak sopan. "Aduh maaf, aku baru saja bangun tidur, Mam. Ada apa?" tanyaku berubah ramah. Tentu aku tidak mungkin bilang jika semalam aku dan Saka baru saja melakukan malam pertama karena dijebak oleh Bibi. Terdengar mustahil dan akan membuat Mami mengira jika aku sengaja menjebak demi menghindari perceraian. "Oh begitu. Besok datang kemari. Kita bahas soal pernikahan kalian, sesuai dengan kontrak," ujarnya sebelum mengakhiri panggilan. "Baik, Mam." Selesai menelpon. Aku masuk ke dalam kamar. Mematikan telepon agar bisa beristirahat dengan tenang. Bibi berkali-kali mengetuk pintu. Aku tak peduli. Dasar wanita ular. Gara-gara dia aku kehilangan keperawanan bersama suamiku sendiri. Nasib! Waktu sudah sore. Seharian aku belum makan sama sekali. Lapar. Tentu. Gegas aku
Read more

Gawat Nih

Aku masih bergeming, tidak menjawab ataupun menoleh. "Hei, mau aku antar pulang?" tawarnya lagi dan kini tangannya menyentuh pundakku. Terpaksa aku menoleh. Awalnya aku pikir dia adalah Saka. Ternyata bukan. Lalu siapa dia? Aku tidak kenal. "Em ...." "Aku Aditya Zavir, kamu lupa ya." Pria itu tersenyum setelah menyebut namanya, sedangkan aku malah bengong. "Nilam Cahaya, aku Aditya Zavir. Si boneng," imbuhnya karena aku masih shock. Bagaimana tidak kaget coba. Wajahnya sangat jauh berbeda. Tampan. Sekitar 10 12 sama Saka. Kalau Saka, dia memang tampan dan rupawan. Sayangnya dia pria dingin dan angkuh. Kalau Aditya, dia memang baik. "Aduh lama nggak ketemu, Dit. Maaf," balasku canggung. "Nggak apa-apa, ayo aku antar pulang." Tanpa menunggu persetujuan. Aditya menggandeng tanganku masuk ke dalam mobilnya. Pria itu mengantarkan aku pulang. "Nanti mobilnya biar diambil bengkel. Besok pagi akan diantarkan ke rumah oleh karyawanku," ujarnya setelah kami masuk ke dalam mobil. "Te
Read more

Hampir Saja

POV Arshaka Malam ini aku merasakan ada yang aneh pada diriku setelah minum segelas bir dari pelayan hotel. Tak biasanya aku merasa pusing dan tubuh terasa panas. Tiba-tiba saja muncul suatu perasaan yang tidak biasa pada diriku. Kebetulan saat aku sudah tidak tahan, ada seorang wanita duduk di lantai. Aku langsung memegang pundaknya dan menarik tubuhnya. Tak peduli dari mana dia dan siapa dia. Bagiku, malam ini aku bisa menyalurkan keinginanku. "Diam!" sentakku saat dia berusaha berontak. "Kau di sini! Itu artinya kau siap dengan resikonya. Nikmati saja! Bukankah ini sudah menjadi pekerjaanmu!" Aku tak peduli dengan rintihannya. Namun, anehnya, dia sama sekali tidak menangis. Hanya berusaha berontak dan menolak. Tapi baguslah, aku tak perlu mendengar suara tangisnya. *** Ketika mata mengerjap, sosok wanita itu sudah berdiri di hadapanku dengan mengendap-endap. Entah apa yang akan dia lakukan. Aku langsung menyentak dan memberikan bayaran baginya. Namun anehnya, kartu yang aku
Read more

Malam Sial

Seketika aku pun panik. Saka datang. Lalu bagaimana jika dia tahu bahwa yang kemarin malam bersamanya di hotel adalah aku, istrinya. Sedangkan dia menganggapku wanita rendahan. Pasti dia akan semakin jijik jika tahu itu aku. Saat aku mendengar suara langkah kaki Mami menaiki tangga. Gegas aku berpamitan pada pelayan agar tidak bertemu dengan Saka. Bisa semakin terhina jika dia tahu aku lah wanita yang malam kemarin tidur dengannya. Sebelum hal itu terjadi. Menghindar dari Saka sepertinya lebih baik. Toh semua surat sudah aku tanda tangani. Jadi, tidak ada lagi urusan antara aku dan juga keluarga Abraham. Aku berjalan mengendap-endap dari pintu belakang. Sialnya, aku malah memakai mobil sport. Kepergianku pasti terdengar oleh kuping Saka. Dari kaca spion, aku melihat Saka memperhatikan mobilku dari balkon kamarnya. Untung saja aku memakai kacamata hitam saat masuk dan keluar rumah. Jika pun dia melihat cctv, aku bisa aman. Idih, kepedean sekali aku nih. Mana mungkin Saka bakalan
Read more

Surat Apa?

Mataku terus memindai setiap sudut ruangan. Namun, tidak aku temukan sosok Saka sama sekali. Ah, bukankah tadi dia pamit ke toilet. Apa aku cari ke toilet aja ya?Ide gil4. Nanti kalau beneran itu dia. Bisa makin bahaya dong."Ehem." Suara deheman muncul di belakangku."Nilam Cahaya, apa kabarnya?" tanyanya sok ramah."Masih sendiri aja, nggak laku ya," cibirnya. Mulutnya masih pedas seperti dulu. Emang dasar julid!"Nggak, dia adalah tunanganku sekarang. Kenapa?" Aditya muncul untuk membela. Sejak dulu, dialah orang yang selalu membelaku dari Si mulut julid itu."Kamu ... kayak kenal deh. Tapi siapa?" Putri mulai mengingat Aditya."Aditya Zavir," sahut Aditya dan Putri pun kaget."Aditya yang ....""Iya Aditya yang giginya tonggos, yang dulu sering kamu hin4 itu. Lelaki yang tidak akan laku karena memiliki gigi tonggos," tegas Aditya membuat mulut Putri seketika terkatup."Cie cie." Vika muncul secara tiba-tiba. Memang titisan demit deh kayaknya tuh anak. Eh, tapi ngomong-ngomong d
Read more

Terjebak

"Apa? Tanda tangan surat? Ok, aku akan segera ke sana."Tanda tangan surat apa? Kok aku jadi kepo gini sih."Aku harus pulang, kata kakakku aku harus tanda tangan surat pengalihan perusahaan.""Loh katanya dia ....""Dia sudah mendapatkan warisan dari Opa, makanya perusahaan yang dia pegang selama ini diberikan padaku sesuai dengan perjanjian. Siapa saja yang mau menikah, maka dia akan mendapatkan perusahaan pusat dan cabangnya akan dibagi aku dengan adikku," jelasnya, sedangkan aku masih bingung, tapi juga ikut bersyukur."Terus perusahaan barunya?" tanyaku berharap jika bukan kakak Aditya yang memegang."Tetap kakakku yang pegang, dia yang pandai mengembangkan perusahaan. Diantara kami bertiga, hanya dia yang pandai mengambil keputusan," jawab Aditya yang menjadikan harapanku sia-sia.Pasti kakak tiri Aditya tegas. Dia dipercaya oleh papinya. Saat membayangkan wajah kakak tiri Aditya, kenapa wajah Saka yang ada dalam pikiranku. Dari sifat dan watak yang diceritakan oleh Aditya, Sak
Read more

Akan Aku Wujudkan Keinginan Opa

POV ArshakaSetibanya di ruang keluarga. Aku tidak menemukan istriku. Sepertinya dia kabur saat aku sedang menaiki tangga. Sebab, terdengar suara deru mobil keluar dari depan rumah ketika aku tiba di ruang keluarga.Gegas aku berlari ke arah balkon. Aku sangat penasaran dengan wajah dari istriku itu. Dan sayangnya, aku tetap saja tidak bisa melihat wajahnya sama sekali.Kaca mobil tertutup rapat, sehingga menyulitkan aku untuk melihatnya. Bikin aku semakin penasaran saja."Dia sudah tanda tangan kontraknya dan juga surat cerai!" seru Mami hingga terdengar dari arah balkon."Baguslah kalau begitu. Itu artinya aku akan segera menjadi pemegang perusahan utama," jawabku keluar dari kamar yang dulu sering aku tempati, tetapi tidak dengan sekarang.Mami hanya terdiam. Tidak menyahut apalagi membalas. Terlihat aneh sih, tapi biarlah. Lebih baik aku istirahat saja. Mumpung hari ini aku free. Sekali-kali tidur di siang hari kayaknya enak juga.Aku kembali masuk ke dalam kamar. Rapi dan masih s
Read more

Salah Sasaran

Seketika aku menelan saliva dengan kasar mendengar suara Saka dari seberang telepon. Ya Tuhan, apa malam ini Saka akan ....Kejadian malam kemarin saja masih membekas dalam ingatan. Dan ini ... membayangkan saja aku sudah merasa takut. Apalagi suara Saka terdengar sangat menakutkan.Mendengar suara Saka membuatku bergidik ngeri. Apalagi suara itu sama persis saat Saka berbisik tepat di belakang telingaku seraya mencvmbu.Apa jangan-jangan dia emang kecandvan obat seperti itu? Kok ngeri sekali bayanginnya.Ibarat kata, sekali mencoba kok jadi tuman."Mari, Non, saya antar," ucap seorang pria berbadan kekar yang disebut Rul.Entah namanya siapa, mungkin Ruli, Amrullah, atau bisa jadi Ruliyah."Kemana?" tanyaku khawatir.Sebab, sambungan telepon juga belum terputus, sedangkan Saka sudah terdiam.Mami mengambil ponsel dari tanganku dengan cekatan."Segera ajak dia ke apartemen Saka!" Perintahnya terdengar gusar.Semakin mencekam saja keadaannya. Apa yang akan Saka lakukan nanti?Terus gim
Read more

Mau Apa Lagi Dia?

Suara itu mengagetkanku. Lelaki yang sama di hotel dan mengejarku itu kembali hadir. Mau apa lagi dia?Tanpa peduli apa pun. Aku langsung berlari menuju lift dan segera menutup sebelum pria itu ikut masuk.Nggak di sini, nggak di sana. Aku sudah seperti tersangka m4ling saja. Dikejar dan dikejar.Huft! Akhirnya aku tiba di mobil Vika. Wanita itu sudah menunggu sejak tadi. Sampai-sampai dia ketiduran di mobil."Minggir, biar aku aja yang nyetir!"Wanita itu mengerjapkan mata. Mau marah tapi nggak jadi karena lelaki itu berteriak."Berhenti!""Siapa sih dia?" tanya Vika yang ternyata masih mengenakan gaun yang sama ketika reunian. Begitu juga denganku. Ya, kalau aku kan karena sibuk berlari saat dikejar."Anak buah Saka," jawabku menambah kecepatan agar jauh dari pantauannya."What?" Mata yang tadinya masih mengantuk, kini terbuka lebar."Anak buah Saka? Ngapain dia ngejar kamu?" sambungnya.Aku mengendikkan bahu. Sebab, aku sendiri juga tidak tahu alasan apa Saka memerintah anak buahny
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status