Semua Bab Dinodai Suami (Gagal Cerai): Bab 31 - Bab 40

54 Bab

Jebakan

"Dari siapa?" Suara itu membuatku tersentak. Aku menoleh, ada seorang pria tampan dengan wajah yang hampir sama dengan Aditya. Mungkinkah itu Salman?"Pria siapa, Mbak?" tanyanya lagi sedangkan aku masih terbengong dengan tangan sedikit gemetar."Eng ... ini ... anu ....""Ada apa?" Saka pun muncul."Heh Cur*t, beneran kamu yang nyusul aku," imbuh Saka yang sedari awal tidak ingin dijemput oleh adik tiri keduanya itu."Iya, masalah?" tanya Salman balik dan berkacak pinggang."Awas kalau sampai ngebut-ngebut, kubejek-bejek kau!""Serah yang nyetir lah," jawabnya enteng.Kala mereka sedang sibuk berdebat. Aku bergegas menyimpan amplop itu sebelum Saka tahu.Tanpa pamit, aku masuk ke dalam ruangan dan menaruh amplop ke dalam tas. Saat itu juga di luar malah makin berisik."Aku nggak mau pulang ke rumah, Papi. Aku maunya langsung ke apartemen!" Saka terkukuh dengan nada lantang."Tapi kata Mami Chintya, ada hal penting yang mengharuskan kalian pulang ke rumahnya.""Ya apa?" Saka kian ny
Baca selengkapnya

Maafkan Aku

"Mami, Sayang, di luar ada yang ingin bertemu denganmu," jawabnya.Siapa yang ingin bertemu denganku? Apa jangan-jangan ...."Iya, Mam, Nilam akan keluar sebentar lagi!" Aku melepaskan pelukan. Lalu berpamitan pada Saka."Sayang, aku keluar sebentar ya," pamitku."Iya, aku juga mau istirahat. Badan tiba-tiba lelah," balas Saka yang ikut melangkah dan ia pun segera merebahkan tubuhnya."Iya." Aku mengusap kepalanya yang sudah berada di atas bantal.Matanya sayu, terlihat jelas kelelahan di sana. Saka tersenyum hingga lambat laun senyum itu memudar seiring dengan hilangnya kesadaran Saka. Pria itu sudah terlelap. Dia memang mudah sekali tertidur. Suara dengkuran halus mulai terdengar. Padahal baru beberapa menit saja.Gegas aku keluar kamar dan menuruni tangga. Awalnya aku pikir tamu itu adalah Saga. Ternyata itu Vika.Ah, iya aku hampir saja lupa. Ini kan hari Minggu. Pantas dia nggak kerja."Cie, cie," godaku ketika sudah ada di dekat Vika dan Aditya yang sedang duduk berdampingan da
Baca selengkapnya

Jodoh dari Kecil

Season 2Aku melambaikan tangan padanya, sebelum bibiku tersayang itu masuk ke dalam mobil polisi. Menatap kepergiannya meninggalkan rumah ini menuju rumah baru khusus para penjahat.Tenang bibiku tersayang, di sana kamu akan bahagia karena tanpa bekerja sudah bisa makan. Hehehe.Saat ini posisi tangan kiri Saka melingkar pada pinggang dan salah satu tangannya mengusap-usap kepalaku."Aku tidak pernah tahu apa saja yang pernah terjadi denganmu. Namun, mulai detik ini dan selamanya aku akan terus menjagamu."Kecupan hangat ikut mendarat di atas pucuk kepala.Ah, so sweet! Ingin rasanya aku jingkrak-jingkrak. Namun, sadar diri jika aku sedang hamil."Terima kasih," desisku memeluknya dari samping."Jadilah keluarga yang selalu bahagia, harmonis, saling menjaga dan mengasihi." Mami mengusap lenganku dan juga Saka bersamaan."Amin," balas Saka mengaminkan.Beberapa saat kemudian, Saka melihat-lihat isi rumah ini. Sedangkan keluarga lain sudah pulang."Ah, kenapa aku jadi ingin tinggal di
Baca selengkapnya

Masih Misteri

Aku menggeleng karena aku sendiri juga tidak tahu ada apa dan terjadi apa?Semoga saja bukan hal buruk.Ketika Saka masuk terlebih dahulu. Ia langsung menoleh padaku. Hal itu membuatku bertanya.Ada apa?Gegas aku mendekat karena begitu penasaran. Aku pun ikut terkejut saat tahu ada banyak orang di dalam rumah ini. Kayaknya hampir semua keluarga berkumpul deh, termasuk mami Aditya— Nafa."Nah itu sudah pulang," kata Mami langsung berdiri dan menyambut kedatangan aku dan Saka."Ayo buruan duduk dan gabung sama kita."Aku dan Saka pun patuh. Kami duduk berdampingan, tepat di depan Opa."Begini loh, Aditya besok malam mau melamar Arvika Shena, kalian setuju atau tidak? Kalau kami semua sih setuju saja," kata Opa melirik padaku dan Saka secara bergantian."Setuju, Opa," balasku segera yang langsung diikuti oleh Saka."Syukurlah kalau setuju, besok malam keluarga kita datang ke sana untuk melamar dan acara pertunangan akan diadakan Minggu pekan. Lebih cepat lebih baik, bukan, Dit?""Iya, O
Baca selengkapnya

Milik Siapa?

POV ArshakaSejak aku kembali bisa melihat. Hubungan aku dan Nilam juga semakin membaik. Bahkan, tak ada jarak yang membatasi kami lagi. Rumah tanggaku sudah selayaknya rumah tangga yang lainnya. Menjadi suami dan istri seutuhnya.Apalagi kabar kehamilan Nilam. Yang tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku. Harta Opa akan langsung jatuh kepadaku. Namun, bukan itu saja yang membuatku bahagia. Ada yang lebih membahagiakan daripada itu. Ternyata mencintai Nilam memiliki nilai plus tersendiri.Dia itu sem-pur-na! Hanya saja aku baru melihat kesempurnaannya saat ini. Andai sejak awal pernikahan. Mungkin sudah ada anak dalam rumah tangga kami.Selesai pembukaan perban, aku langsung mengajak istriku untuk memeriksakan kandungannya. Rasanya sudah tidak sabar ingin melihat anakku di dalam rahim wanita yang pernah aku nodai itu.Awalnya dia menolak, tetapi aku terus memaksa. Aku juga ingin seperti teman-temanku yang sudah memiliki anak di umur yang sudah menginjak 30 tahun ini. Melihat c
Baca selengkapnya

Kenapa Sesakit Ini

POV ArshakaSetibanya di kantor dan setelah meeting perkenalan itu, aku sudah bersiap untuk membuka. Namun, gagal, Nilam malah menelpon dan memintaku segera pulang. Katanya dia ingin makan rujak. Alhasil aku tak jadi membuka amplop. Sebenarnya apa isi amplop itu?Rasa penasaranku harus kembali tertahan karena istri ngidam. Sebenarnya aku ingin membuka saat di dalam mobil. Namun, aku harus mencari rujak yang dimaksudkan oleh Nilam. Rujak asam, pedas, asin plus, katanya. Aku sendiri bingung nyarinya. Bukankah semua rujak itu sama rasanya. Namun, kata Nilam harus yang asin. Merepotkan saja.Apa aku beli rujak biasa terus dikasih garam tambahan biar asin ya?[Belinya di jalan Pemuda l, Sayang, dekat mall Plaza.] Pesan masuk dari Nilam ketika aku sudah berputar selama dua kali melewati jalan pemuda 2 depan Hotel Aryaduta. Kenapa nggak dari tadi sih. Kalau gini aku harus putar balik menuju jalan Pemuda l. Hadeh, ternyata orang ngidam itu menyusahkan."Pak balik arah, ya, ke jalan Pemuda
Baca selengkapnya

Tetaplah Bersamaku

"Ini dari siapa?" tanyanya dengan wajah merah padam.Seketika aku hanya bisa terdiam. Merangkai kata apa yang tepat untuk menjawab. "Jawab Nilam!" sentaknya dan itu membuatku langsung gemetar hebat. Cincin dan kalung Saka todongkan tepat di depan mataku. Tidak hanya itu, tetapi ia juga mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku jasnya."Dari siapa Nilam? Jawab! Jangan bikin aku meradang!" Napas Saka memburu, dadanya kembang kempis."Da-dari ...." Suaraku tercekat karena ketakutan."Dari Sagara Caesar, bukan? Dia menelepon dan juga mengirim pesan padamu! Ada hubungan apa kamu dengannya?" Mata Saka kian memerah dan tatapan tajam menusuk. Kemudian ia meraih tanganku dan memberikan kalung serta cincin padaku. Menggenggamkan erat kedua benda itu ke dalam tanganku. "Ambil dan segera pakai, atau perlu aku bantu untuk memakainya?" Saka tersenyum kecut.Kepalan tanganku mulai mengendur ketika Saka melepaskan genggama
Baca selengkapnya

Mulut Penuh Dusta

Namun, setibanya di teras, bukan mobil Saka yang aku dapati. Kecewa dengan hasilnya, aku pun kembali masuk. Akan tetapi, langkahku terhenti karena seseorang memanggilku.Siapa dia? Aku tidak kenal."Selamat siang, Nyonya," sapanya "Atas nama Nilam Cahaya?" tanyanya ketika aku sudah berbalik badan."Iya benar, itu saya," jawabku segera."Em ... saya mendapat utusan dari Tuan untuk menjemput Anda," katanya melangkah hingga mengikis jarak di antara kami."Menjemput?" tanyaku bingung. Apa Saka akan memberiku kejutan?"Iya menjemput Anda, mari ikut saya," ajaknya."Sebentar, Mas, saya ambil tas dan hp dulu," kataku tetapi dia menolak."Tidak usah bawa tas sama ponsel, Nyonya. Kata Tuan langsung diajak berangkat saja," jawabnya dan aku pun patuh.Kemudian pria itu menggandeng tanganku dengan sangat hati-hati. Pasti Saka sudah berpesan padanya untuk menjagaku. Ah, so sweet sekali.
Baca selengkapnya

Dia Milikku

POV Arshaka"Saka, ada telepon," ucap mami yang kini berada satu ruangan denganku. Siapa yang menelpon? Ini ponsel pribadi, hanya ada beberapa orang yang memiliki nomor ini. Apa jangan-jangan itu Putri? Aku mengabaikan panggilan masuk tersebut.Pagi ini, aku bersama dengan keluarga besar sedang berkumpul membahas jabatan yang baru untuk setiap masing-masing orang. Sekaligus membahas projek baru yang seharusnya ditangani oleh aku bulan ini, karena kesehatan belum begitu pulih dan juga aku tidak mau meninggalkan Nilam yang sedang dalam keadaan hamil.Aku mengundurkan diri dari projek tersebut. Aku meminta adik tiriku sebagai gantinya. Dia harus belajar memulai dari nol dalam memajukan perusahaan baru."Aku takut gagal, Bang," elak Aditya kala aku memaksanya menerima tawaran itu."Untuk apa takut gagal. Justru kegagalan itu menjadikan pengalaman bagi kita agar tidak lagi mengulangi hal yang sama," tegasku yang memang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis.Lagi. Suara berdering kembali
Baca selengkapnya

Hari Terakhir Bersama

Entah apa yang harus aku katakan lagi pada Saga. Lelaki itu lebih percaya dengan ucapan bibi daripada aku. Dia tidak mau mengantarkan aku pulang, sedangkan aku sendiri tidak tahu arah jalan untuk kembali.Aku harus apa sekarang?Entah sudah pukul berapa saat ini. Perutku sudah sangat lapar. Tetapi aku enggan minta makan kepada Saga. Aku hanya ingin pulang. Namun, pria itu terkekeh ingin bersamaku selama satu hari.Se egois itu Saga. Semua karena cinta. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri, tetapi menyakiti orang yang dia cintai.Pandanganku kian kabur. Sedangkan Saga sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang dia lakukan. Mata kian sulit dibuka, napas pun ikut sesak. Ya Tuhan, kuatkan aku.Dalam sekejap mataku terpejam. Namun, masih bisa mendengar suara samar dari Saga. Pria itu menjerit keras hingga terdengar suara pukulan juga. Aku tak tahu apa yang terjadi di ruangan ini. Setelahnya aku benar tak tahu apa yang terjadi. Ketika membuka mata, aku sudah berada di dalam pangkuan Saka,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status