All Chapters of Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku: Chapter 11 - Chapter 20

134 Chapters

Bab 11 Ayah Ray

Karena tidak tahan dengan perlakuan orang-orang kepadanya, akhirnya Tania memberanikan diri untuk menanyakan langsung pada Ma Cee. Dia adalah asisten kepala di rumah ini, jelas dia mengetahui semuanya. "Tuan Ray membuat batasan. Tidak ada seseorang pun yang boleh berhadapan langsung dengan Taun rumah, apalagi menatap matanya, bagi Taun Ray itu sangat lancang. Mereka harus selalu menghindar, dan berusaha tidak terlihat. Tidak boleh ada interaksi yang berlebihan, kecuali perintah," jelas Ma Cee. "Tapi, itukan berlaku untuk Ray saja, tidak denganku," ucap Tania. "Nona Tania adalah istri Tuan Ray, Tuan rumah di sini, itu artinya aturan itu berlaku untuk menghormati Nona Tania." Rasanya Tania kehabisan kata. Bagaimana bisa seseorang memperlakukan aturan seperti itu, apakah mereka bukan manusia? Mereka manusia, dan tidak ada salahnya berinteraksi dengan mereka. "Aturan itu tidak berlaku untukku, aku bisa berinteraksi dengan siapa pun. Ma Cee, aku bukanlah siapa-siapa tanpa embel-em
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Bab 12 Batasan

"Aku tidak meminumnya, manusia sampah itu tidak sengaja menumpahkannya ke pakaianku," decak Ray geram.Aroma alkohol yang menyengat terasa menusuk ke dalam hidung. Aromanya jelas bersumber dari Ray.Tania sempat terdiam beberapa saat, menatap Ray yang mulai berjalan masuk ke dalam rumah. Memastikan bahwa Ray benar-benar tidak sedang dibawa pengaruh alkohol."Kau mau tidur di luar!"Tania buru-buru mengikuti Ray, saat mendengar suara berat Ray yang penuh ancaman. "Sangat jelas, dia tidak mabuk," batin Tania, berjalan mengekori Ray hingga masuk ke dalam kamar."Mungkinkah dia bisa tetap kejam meski dalam keadaan mabuk?" Tania masih terus menduga-duga. Ia bahkan terdiam di depan pintu, merasa ragu masuk untuk sekedar melewati batas pemisah antara kamar dan ruangan luar. "Apa dia tidur di sini?" batin Tania bergejolak, pikirannya mulai terusik."Mengapa kau hanya berdiri di situ?" tanya Ray, ia memperbaiki cara duduknya dengan menyilangkan kaki. Menunjukkan sepatu pantofel hitam yang m
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 13 Wanita Rendahan

"Jadi, dia bisa menyalakan lampu hanya dengan menepukkan tangannya. Wah, dia benar-benar sulit ditebak," batin Tania dalam hati."Kau akan berdiri di situ sampai pagi?" tegur Ray, melihat Tania hanya berdiri di dekat saklar lampu."Tidur! Jangan memancing aku untuk membuatmu tidur selamanya!" dengus Ray, namun ia tidak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari Tania, membuat Tania semakin gugup.Tania menelan ludahnya. Mulai sekarang Tania harus selalu siap dengan segala ancaman yang akan ia dapatkan. Dan, Tania benar-benar benci netra gelap Ray yang selalu menatapnya tajam, seolah ingin menerkamnya."Aku akan tidur di sofa," ucap Tania."Sepertinya sofa ini sangat empuk, aku pasti akan tidur nyenyak," ucap Tania dengan tawa canggung yang mengiringi, ia duduk di sofa sembari menepuk-nepuk permukaan sofa yang memang begitu empuk."Sofa ini benar-benar nyaman." Tania bahkan sudah berbaring di atas sofa, mencoba memejamkan matanya, menghindari tatapan Ray yang seolah dapat mengulitinya h
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 14 Mengapa Ray Memilih Tania?

Tania berdiri di depan pintu kamar Rose, satu tangannya telah memegang gagang pintu. Saat Tania memutar gagang pintu tersebut dan mendorongnya, maka pintu akan segera terbuka dan Tania bisa melihat Rose."Aku tidak akan melakukannya, bagaimana jika aku hanya akan membuat Rose harus ikut menanggung akibat dari apa yang aku lakukan."Pada akhirnya Tania berbalik. Ia tidak akan membuat Rose dalam kesulitan, cukup Tania saja yang merasakannya."Benarkah, Rose akan baik-baik saja tanpaku? Tapi, bagaimana dengan aku? Aku tidak bisa baik-baik saja tanpa Rose." Tania menghela napas berat."Kami sudah menjalani kehidupan yang begitu rumit hingga sejauh ini, tidakkah ada sedikit titik terang untuk kami?"Tania hanya terus bermain dengan pikirannya, melupakan bahwa sekarang adalah waktunya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Jarum jam sudah akan menunjuk pada angka empat dini hari, namun Tania belum sedikitpun memejamkan matanya."Aku merindukan Ayah!" Tiba-tiba Tania teringat akan sosok Ayahnya,
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 15 Mata Batin

"Mengapa dia seperti peduli, membuat aku kepikiran saja.""Apa sebenarnya yang dia lihat dariku? Keuntungan seperti apa yang bisa dia dapatkan, sehingga rela membantuku?"Tania berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Ia bahkan belum keluar sejak ia bangun beberapa jam yang lalu. Tania mulai kepikiran beberapa hal usai percakapannya dengan Ma Cee."Mengapa juga aku jadi memikirkannya.""Sadarlah, Tania.""Dia memang hanya ingin memanfaatkan kamu. Mungkin dia bosan dengan hidupnya, sehingga butuh sedikit pengacau sepertiku."Tania menepuk kedua pipinya, seolah berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Lagipula, Ray tidak mungkin menikahinya karena memiliki perasaan terhadap Tania. Itu sangat mustahil.Tania menghela napas, "aku ingin bertemu Rose, aku belum melihat putriku seharian ini."Karena hukuman yang harus dijalani Tania, ia jadi tidak bisa bertemu dengan Rose. Tania jadi khawatir, bagaimana jika Rose mencarinya."Nona Tania, ini saya, bisakah saya masuk?" Suara Ma Cee yang bersumber
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 16 Dia?

"Dimana dia, Ma Cee?" tanya Ray, tatapan matanya melirik ke segala sudut kamar, sejak memasuki rumah dia belum melihatnya."Ada di ruang belakang, Tuan Ray," jawab Ma Cee."Haruskah saya memanggilnya?" Ray diam beberapa saat, mempertimbangkan tawaran Ma Cee."Tidak perlu, biarkan dia berkeliling hingga terbiasa di rumah ini."Ray berbalik, melepas dua kancing jasnya, lalu duduk. Seorang asisten yang memang memiliki tugas membantu Ray, segera menjalankan tugasnya. Melepaskan sepatu Ray.Saat akan membuka jas yang dikenakan Ray, sontak Ray menolak. "Tidak perlu, kau bisa keluar sekarang.""Ma Cee, apa saja yang dia lakukan hari ini?" tanya Ray."Pagi tadi, sewaktu saya bangun. Saya mendapati Nona Tania menangis di sofa-""Menangis?"Belum selesai Ma Cee berbicara, Ray sudah lebih dulu memotong perkataan Ma Cee. Dia menatap Ma Cee tajam, sebelah alisnya terangkat ke atas."Kenapa dia menangis?""Bagaimana kau mengurusnya, bukankah sudah kukatakan. Jangan membuat dia sampai merasa tidak
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 17 Memandikan Ray

“Mengapa dia memanggilku?”“Apa aku melakukan kesalahan lagi?”Jantung Tania terus berdebar sepanjang jalan, pikirannya berputar, mengingat apa saja yang ia lakukan hari ini. Apakah dia telah melanggar aturan tanpa ia sadari?Namun, sekeras apa pun Tania berpikir, ia merasa tidak melanggar aturan yang ada dalam lampiran surat perjanjian. Tania tidak tahu lagi kalau ia melanggar menurut pandangan Ray yang sesuka hatinya.Karena memikirkan semua itu, membuat Tania tidak bisa fokus. Hingga ia nyaris menabrak Ma Cee yang berjalan di depannya.“Nona, Anda baik-baik saja?” tanya Ma Cee khawatir, melihat wajah pucat Tania.“Aku baik-baik saja, tidak apa-apa,” jawab Tania, menggerakkan kedua tangannya di depan dada. Namun ia malah tidak bisa menutupi keadaan kedua tangannya yang gemetaran.“Ash, aku takut Ma Cee,” desah Tania, akhirnya mencurahkan keresahan hatinya. “Mengapa dia ingin menemui aku, apa aku melakukan kesalahan?” tanya Tania dengan wajah cemasnya, napasnya memburu hingga terdeng
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 18 Demam

“Sial!” gerutu Tania.Ray benar-benar telah menodai penglihatannya. Tania bahkan menatap nanar kedua tangannya yang tidak lagi suci. “Dia benar-benar tidak tahu malu, bagaimana bisa dia mempertontonkan tubuhnya di depan seorang wanita. Tidak tahu malu.” “Tentu saja, dia sudah terbiasa melakukan itu. Tapi, apakah dia tidak memikirkan aku?” Tania terus mengomel pelan. Masih tidak terima dengan apa yang dilakukan Ray. Meski sedang mengomel, Tania berusaha memelankan suaranya sepelan mungkin. Agar Ray yang sedang memakai pakaian di ruang ganti, tidak mendengarnya.“Mengapa tidak sekalian saja dia meminta aku memakaikannya pakai-” Tania membekap mulutnya. Ia mengalami semua ini karena mulutnya yang sering ceplas-ceplos dalam berbicara. Mulai sekarang Tania harus berhati-hati saat hendak mengatakan sesuatu.“Jaga perkataanmu Tania!”“Mulutmu adalah harimaumu!”“Apa kau masih belum sadar juga, haruskah harimau itu menerkam dulu baru sadar.” Tania terus menepuk bibirnya sebagai tanda per
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 19 Sedikit Peduli

Karena kepanikan Ray, semua orang akhirnya terbangun dan berkumpul pada waktu dini hari. Waktu dimana seharusnya orang-orang masih beristirahat, namun Ray memberikan informasi yang tidak jelas, sehingga yang lain ikut panik.“Anda tidak perlu khawatir, Nona Tania akan baik-baik saja, dokter sedang memeriksanya,” jelas Juan.Juan bahkan datang hanya dengan celana tidur dan baju kaos polos. Saat Ray menghubunginya, ia ikutan panik dan khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Ray.“Cih, aku tidak khawatir,” ucap Ray “Aku pikir dia mati, makanya aku menghubungimu. Tidak mungkin aku menguburnya sendiri, jika ternyata dia benar-benar mati,” elaknya.“Merepotkan saja.”Juan hanya tersenyum tipis mendengar apa yang dikatakan Ray. Andai saja dia bisa merekam wajah Ray, saat ia baru sampai bersama para dokter. Pasti tidak akan ada yang mengira bahwa itu adalah Ray, wajah paniknya jauh berbeda dengan wajah tegas yang ia tampilkan setiap hari.Ray jelas menunjukkan sisi lainnya hari ini, sisi la
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 20 Sisi Lain Juan

Tania akhirnya bisa bernapas lega, saat alat penyangga di tangannya sudah dilepas. Tania bisa menggunakan tangannya kembali, tanpa merasa sakit ataupun nyeri.“Ini menyegarkan,” ucap Tania. Merasa bersyukur saat masih bisa menghirup udara segar setelah terkurung hampir sepekan di dalam kamar. “Dia benar-benar berlebihan,” gumam Tania, mengingat perlakuan Ray saat ia belum dinyatakan benar-benar sembuh.Tania hanya bisa berada di dalam kamar, tidak boleh banyak bergerak. Hanya makan dan tidur. Untung saja ia bebas bertemu dengan Rose, meskipun tidak memiliki waktu banyak. Sepertinya Rose lebih senang bermain dengan asistennya, juga Ray.“Dia tidak mengancam Rose ‘kan?”“Bisa saja dia melakukan itu, agar Rose tidak menggangguku. Dasar kejam, licik.”Tania bahkan masih mengingat perkataan Ray, saat Tania hendak keluar dari kamar untuk menemui Rose yang baru pulang dari taman belajar.“Sekali kau melangkahkan kakimu melewati batas kamar, maka aku akan mematahkannya. Agar kau tidak kemana
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status