Semua Bab Callista: Bukan Sugar Baby Biasa: Bab 91 - Bab 100

181 Bab

Posesif

"Begini?" tanya Star pada Harvie. "Seperti ini, Sayang." Harvie mengambil posisi di belakang Star untuk memperbaiki postur tubuh gadis itu dan membantunya memukul bola golf yang kecil dengan benar. Star mungkin pintar secara akademik, tapi untuk urusan seperti ini dia masih butuh banyak belajar. Star sudah berhasil memukul bolanya sedikit dan langsung kegirangan. Seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan baru oleh orang tuanya. Star memang bisa berubah jadi anak kecil jika berada disekitar Harvie. "Astaga. Nyesal juga aku ikut ke sini. Benar-benar bikin sakit mata." Peter berdecak melihat tingkah laku anak dan menantunya itu. "Mesra banget ya, Om?" tanya Marcus berusaha untuk tenang. Dia juga merasa menyesal mengajak Harvie main golf hari ini. Lebih baik Marcus di rumah saja memikirkan rencana lain untuk merebut Star. "Bukan mesra lagi iu namanya, tapi bucin. Rasanya dulu Om gak sebucin itu deh, dari mana Harvie dapat gen bucin ya?" Peter tertawa dengan candaanya sendi
Baca selengkapnya

Perang

Star sudah ngotot mau pulang ke rumah karena malas melihat para caddy centil itu. Tapi begitu sampai di rumah, mood Star langsung jatuh begitu melihat siapa yang sedang ngobrol dengan Helena. "Stat udah pulang, Nak? Ini adiknya Irina datang loh." Helena langsung berdiri menyambut anak mantunya. "Halo." Irish menyapa Star dengan santainya. "Ngapain kamu ke sini?" tanya Star sedikit kesal. Teringat dengan kelakuan Irish waktu itu. Waktu Star diminta tinggal di rumah keluarga Carlton, dia memang tidak membawa Irish. Toh dia sendiri yang tidak mau bekerja lagi padanya. Jadi Star meninggalkan Irish di apartemen. . Itupun sudah syukur diberi tempat tinggal. Kalau Irish bukan anak Karin dan adik Irina, sudah pasti anak itu akan ditendang Star sejauh mungkin. "Katanya Irish ingin kembali bekerja padamu, makanya dia datang ke sini. Jadi Mama sekalian saja tanya-tanya, apa Irish mau sekalian bantu-bantu di rumah ini seperti Karin dan Irina." "Hah?" seru kaget Star mendengar p
Baca selengkapnya

Bisnis Abal-Abal

"Kau bilang apa?" Star menatap Valery dengan tatapan tajam. Dirinya sudah tidak peduli lagi dengan orang-orang yang memandangi mereka sedari tadi. Yang kini ada di kepala Star hanyalah membuat Valery jera. "Kurasa ada perempuan tidak tahu diri di sini," ucap Star dengan senyum miring menyeramkannya. "Gak salah? Bukannya kau yang gak tahu diri?" Valery balas bertanya. "Ngakunya anak orang kaya, tunangan sama orang kaya. Tapi pada kenyataannya jual diri di app sugar baby. Gak usah ngelak ya, aku punya bukti." Valery terlihat sangat jemawa saat ini. Sungguh Star ingin tertawa melihat sikap sombong Valery. Dia menghina orang yang jelas lebih tinggi darinya. Valery seperrinya tidak tahu kalau Star juga memegang rahasia besarnya. "Aku memberimu kesempatan ...." Star enggan bersikap sopan lagi pada Valery. "Kesempatan untuk meminta maaf. Jika kamu mau minta maaf dengan tulus, maka aku akan menyimpan rahasiamu dengan aman." Star tersenyum cukup menyeramkan pada Valery. Tapi buk
Baca selengkapnya

Anak Nakal

"Sejak kapan kamu punya cafe?" Star yang sedang berbaring di ranjang sambil bermain ponsel, menoleh ke arah pintu dan menemukan Harvie bersandar di kusen pintu. "Daddy baru pulang kantor?" tanya Star senang. Star segera berdiri menghampiri Harvie dengan senyum merekah. Belum juga sehari tidak bertemu, tapi Star sudah kangen setengah mati. Membuat Star langsung memeluk Harvie dengan erat. "Kamu belum jawab pertanyaanku, Star." Harvie memprotes, tapi tetap membalas pelukan Star sama eratnya. Bahkan Harvie sedikit membungkuk untuk mengecup puncak kepala Star. "Harus banget ya baru pulang langsung omongin itu?" tanya Star sedikit cemberut. "Daddy udah pulang dari tadi, bahkan sudah mandi. Jadi boleh lah ngobrol sekarang," kilah Harvie dengan senyum lebar. "Ck. Nyebelin." Star berdecak kesal, tapi tetap saja membiarkan Harvie menggiringnya masuk ke dalam kamar. Bahkan dengan isengnya, Star berpijak di kedua kaki Harvie dan membiarkan lelaki itu membawanya melangkah
Baca selengkapnya

Pembicaraan Dewasa

"Maaf."Star dan Harvie menunduk dalam ketika mengucap satu kata itu. Tidak mau menatap wajah Helena yang menatap mereka berdua dengan tajam. Sepertinya Helena belum puas memukuli dan memarahi dua orang itu semalam. Saking geramnya Helena kemarin malam, dia menolak meninggalkan kamar Star. Lalu mulai kemarin malam, sampai h-1 pernikahan Helena memutuskan akan tidur di kamar Star. Dia tak akan membiarkan lagi Harvie mengambil keuntungan. "Pagi-pagi gini kok suram banget sih ini meja makan." Peter yang belum tahu apa-apa langsung memprotes. Sebenarnya Peter sendiri merasa kesal. Dia ditinggal tidur di kamar sendirian tanpa ada penjelasan apapun. Lalu ketika bergabung di meja makan, semua orang malah muram dan dia jadi orang yang paling tidak tahu apa-apa. "Coba kalau Papa tahu anaknya habis ngapain semalam, Papa gak akan ngomong setenang itu." Helena jelas sekali masih kesal dengan kelakuan Harvie. "Emang dia kenapa?" tanya Peter penasaran. "Mereka ini hampir aja berbuat ya
Baca selengkapnya

Seren

Star dan Harvie telah sampai di cafe yang jadi perbincangan dua hari ini. Sebelumnya, mereka juga sudah mencari tahu tempat ini dari internet. Jika dilihat-lihat dari fotonya, tempat itu memang bagus dan sesuai dengan selera Star. Tapi saat mereka melihatnya sendiri, tempat itu terlihat sangat cantik. "Tempat ini kamu banget," bisik Harvie sembari merangkul Star. Harvie memang belum lama berkenalan dengan Star, tapi dirinya tahu selera tunangannya itu. Dua rumah Star yang pernah dikunjunginya memiliki nuansa warna yang sama dengan cafe ini. Dominan putih. "Dilarang pegang-pegang," hardik Star jutek. Dia masih belum mau berbicara dengan Harvie, padahal lelaki itu udah minta maaf. "Jangan marah lagi dong, Babe. Daddy kan udah minta maaf," gumam Harvie menyesal. Star tidak menanggapi Harvie sama sekali. Gadis itu mulai melangkah mendekati pintu masuk cafe. "Oke deh. Karena sepertinya aku gak diinginkan di sini. Aku pulang saja deh." Harvie berucap, sambil menekan kunci otomatisnya
Baca selengkapnya

Bulan Madu

"Ini apa?" Pandangan Star tidak bisa lepas dari barang-barang yang dipegangnya sekarang. Star cukup tercengang melihat benda yang diberikan Adrian tadi, belum ditambah kata-katanya soal cafe itu. Seperti yang sudah diduga Star sebelumnya, amplop kecil itu berisi kunci dan kartu. Di kartunya tertera nama sebuah bank dan sebaris angka. Star menduga itu adalah kartu dan kunci safe deposit box. Entah kebetulan atau apa, lokasi banknya tidak jauh dari cafe. Karena itu Star meminta Harvie mengantarnya ke sana. Di sana Star menemukan cukup banyak hal. Ada sertifikat rumah, perhiasan dan buku tabungan serta atm. Yang paling mencengangkan adalah angka yang tercetak di buku itu. Terlalu banyak nol yang berjejer di sana. "Apa ini dari Papa atau Mama?" tanya Star pada Harvie yang masih serius menyetir. "Kamu ingin jawaban jujur atau tidak?" Harvie bertanya balik, tetap fokus pada jalanan. "Walau menyakitkan, tapi aku memilih jujur." Star menoleh pada Harvie dengan wajah serius yan
Baca selengkapnya

Undangan

"Kok lesu, Star?" Helena menegur mantunya yang baru bergabung di meja makan. Hari ini tidak seperti biasanya, Star terlambat bangun. Atau lebih tepatnya dia tiak bisa tidur karena kata-kata Helena soal bulan madu. Yang dikatakan Helena itu tidak salah. Wajar jika pengantin baru pergi bulan madu untuk bermesraan. Tapi masalahnya, tiba-tiba Star merasa belum siap untuk melakukan 'itu'. Mengingat hal yang terjadi dua hari lalu saja masih memalukan bagi Star. Apalagi jika nanti saat bulan madu dia dan Harvie harus melakukannya lagi. Mengingatnya saja sudah membuat wajah Star merona. "Kamu sakit, Babe?" tanya Harvvie khawatir. Harvie bahkan menunduk mengikuti Star, hanya untuk melihat wajah kekasihnya. Tak lupa juga Harvie memeriksa suhu tubuh perempuan itu dengan cara menyentuh kening. Membuat jantung Star yang sedari tadi berulah, makin berdebar kencang. "'Gak demam. Tapi kok wajahmu merah ya?" Harvie perlu menyibak rambut Star yang menutupi wajah, untuk melihat dengan lebih jelas
Baca selengkapnya

Memancing Hera

"Star, Babe?" Harvie mengetuk pintu kamar Star pelan. "Sayang, buka pintunya dong. Ini sudah pagi loh. Gak mau kuliah?" Harvie mengetuk sekali lagi. Sudah jadi kebiasaan Harvie mengetuk pintu kamar Star setiap pagi. Tidak selalu Star yang membuka pintu, tapi setidaknya Harvie bisa tahu keadaan atau keberadaan Star. Tapi hari ini tidak ada yang membukakannya pintu. "Karin. Star mana ya?" Harvie sengaja mencari Karin hanya untuk menanyakan Star yang tidak terlihat di mana pun. "Nona Star baru saja berangkat, Tuan." "Berangkat? Berangkat ke kampus?" tanya Harvie heran. Ini belum jam tujuh pagi, tapi Star sudah berangkat? Bukannya ini sedikit aneh? Seingat Harvie kuliah jam pertama biasanya mulai jam sembilan pagi. "Katanya ada yang Nona mau urus bersama dengan teman-temannya." Karin memberi tahu. "Oh, oke." Harvie mengangguk mengerti. Karena Star sudah berangkat. Maka Harvie juga memutuskan untuk berangkat lebih pagi. Banyak hal yang harus diselesaikannya hari in
Baca selengkapnya

Keluarga Carlton

"Aku pengen kasih kalian sesuatu, tapi jangan ribut ya," bisik Star pada Hillary dan Tere. "Ini kan di perpustakaan, Star. Gimana bisa ribut?" Tere memutar bola matanya dengan gemas. Star tidak terlalu menanggapi dan hanya tersenyum saja sambil merogoh tasnya. Dia kemudian mengulurkan dua amplop berwarna abu-abu pada dua sahabatnya. "Apa maksudnya ini, Star?" Hillary melongo melihat amplop abu-abu yang baru diberikan sahabatnya itu. "Undangan pernikahan. Besok aku nikah," ucap Star semringah. "What?" "Sst." Star langsung berdesis mendengar pekikan dua orang itu. "Tadi kan aku udah bilang jangan ribut." "Kamu hamil?" tanya Tere dalam bisikan. "Gak lah. Ini emang sudah direncanakan sebelumnya kok. Dan ingat ya, jangan ribut. Soalnya ini acaranya cuma buat keluarga dan teman terdekat saja." "Terlalu mencurigakan," Hillary menyipit curiga pada Star. Baru Star akan protes ponselnya bergetar, menampilkan nama Harvie di sana. Melihatnya mata Star langsung membulat dan perlahan waja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status