Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Suamiku seorang Mata-Mata: Chapter 21 - Chapter 30

210 Chapters

Bab 21: Sky dan Blue part. 3

Masih dua puluh dua tahun yang lalu.Tok! Tok! Tok!Seorang remaja laki-laki berambut lurus dan berkulit putih, tampak meringkuk di pojokan kamar. Ia menggenggam sebuah raport yang sedikit robek dan nyaris lepas dari sampulnya dengan erat. Matanya terfokus pada satu titik, pada sebuah pola yang ada di batu granit yang menutupi kamarnya. Tapi, pikirannya tak berada di sana.“Tuan muda!” seru sebuah suara dari balik pintu. Sedari tadi, pintu tak kunjung terbuka. Meskipun sudah diketok beberapa kali, tetap tak ada jawaban yang terdengar. Nampan yang berisi makan siang, tampak tak tersentuh dan dibiarkan begitu saja di depan pintu kamar, mengindikasikan bahwa remaja itu tak mengisi perutnya, entah sejak berapa lama.Suara ketukan menghilang. Samar-samar, terdengar suara seorang wanita membentak si pelayan.“Sudah kubilang, jangan berisik!” bentak wanita itu. “Kalau dia mau mati, abaikan saja! Siapa suruh tidak mau makan?! Aku lebih
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Bab 22: Bayu yang malang

Blue membereskan piring-piring bekas sarapan ke dalam meja cuci. Ia juga mengelap meja dan mendekatkan hidungnya, mengendus apakah meja granit itu berbau aneh atau tidak.“Aku buru-buru. Berangkat dulu, oke?” pamit Nala. Dari kejauhan, Blue bisa melihat kalau sudah ada taksi yang parkir. “Kalau bisa, hari ini belikan aku sepeda motor baru, ya. Terjebak macet di dalam taksi itu tidak enak.”“Ya, ingatkan aku lagi.” seru Blue. “Akan kucarikan yang bagus.”Setelah Nala menghilang dari halaman depan, Blue keluar dari kamar mandi dengan seragam merah putihnya. Tangannya tampak basah.“Ibu sudah pergi?”“Ya, barusan taksinya sudah menjemput.”“Kalau begitu, kita seharusnya juga sudah pergi.”Blue mengangguk. Ia segera menyelesaikan tugas bersih-bersihnya dan mengantar Bayu sekolah. Saat ini, entah bagaimana ia merasa kalau peran yang dimainkannya mirip seperti yang dilakukan ibunya saat ia masih kecil, seorang ibu rumah tangga
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Bab 23: Anak yang hilang

Sinar mentari hangat menusuk kulit Bayu. Hari ini, ia pergi ke sekolah dalam keadaan kekenyangan karena Nala memasak kari. Meskipun karenanya ia harus bangun pagi hari membantu ibunya memotong sayuran, setidaknya, perutnya merasa puas. Apalagi masih ada sisa yang bisa ia nikmati sebagai makan malam. Bayu tak sabar menanti momen itu.Di sisi lain, ia juga memikirkan pesan yang disampaikan pamannya, Blue, agar tetap waspada dalam menggunakan peralatan elektronik yang ada di SD Matahari. Ada kemungkinan, Elang Grup sedang mencari bibit jenius baru yang bisa mereka kirimkan untuk belajar ke luar negeri dan meneruskan penelitian mereka yang tidak manusiawi. Bagi Bayu, bersikap was-was setiap saat memang bukan hal baru. Seumur hidupnya dihabiskan untuk bergerak tanpa menarik perhatian, berlatih untuk tidak membuat aura kehadirannya terasa. Yang ia khawatirkan, malah justru interaksi bersama sesama rekan sekelas yang masih naif dan enerjik. Bayu tidak tahu bagaimana haru
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Bab 24: Menemukan Shasti

Tiga orang bocah tampak berjalan melewati lorong, menuju gerbang sekolah. Tiga bocah itu adalah Bayu, Aldo, dan Joana. Mereka sepakat mencari keberadaan teman sekelas mereka yang sudah seminggu membolos, Shasti.Setelah bel istirahat pertama berdering, Aldo menggeser kursinya agar lebih berdempetan dengan Bayu. Tangannya penuh dengan kue-kue yang sudah dingin. Bayu mencicipi beberapa, dan memuji rasa kue itu. Dalam waktu singkat, meja Bayu dan Aldo sudah dipenuhi oleh berbagai macam jenis kue, baik kue kering dan kue basah. Favorit Bayu adalah kue sus cokelat. Bayu pernah dihadiahi sus cokelat oleh pamannya yang sedang dalam perjalanan dinas ke Perancis. Meskipun sudah dingin dan agak hancur, sus cokelat itu benar-benar enak. Sama seperti kue buatan Sarah. Bayu senang karena tak perlu menunggu pamannya pergi ke Perancis lagi untuk mencicipi kue sus itu.Joana, yang biasanya tidak tertarik dengan percakapan laki-laki, juga ikut bergabung. Ia juga tampak menikmati ku
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 25: Dokter mesum beraroma kayu

Nala menyandarkan punggungnya ke dinding. Hari ini adalah hari pertama ia datang mendahului karyawan lain. Sebenarnya, ia tak sengaja karena bangunnya terlalu pagi. Karena sudah begitu, Nala memutuskan untuk melihat-lihat rumah sakit tempat ia bekerja sambil menunggu teman-teman satu unitnya lengkap.Karena sedang tidak ingin masuk gedung lebih dulu dari rekan-rekannya, Nala memutuskan untuk melihat-lihat tempat parkir. Nala menelengkan kepalanya. Ia mempelajari parkir bawah tanah sambil sesekali melihat sekeliling. Gayanya yang kikuk, malah membuatnya tampak seperti akan mencuri sesuatu.Saat sedang asyik menurunui jalan yang menurun, kaki Nala terpeleset lubang kecil. Kejadiannya cukup cepat. Ia gagal mendapatkan tumpuan.“Hati-hati..”Ternyata, Nala tidak jadi jatuh. Seseorang berhasil meraih tangannya. Sosok pria beraroma kayu hangat.Nala sontak menoleh, memastikan siapa pria yang sudah bersikap jagoan menolongnya. Suara menyeba
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 26: Kami berteman dengan Shasti

Bayu, Aldo, dan Nala, kini duduk melingkar bersama Shasti dan nenek penjaga kebun. Sebuah meja kayu bulat kini berada di tengah-tengah mereka, menyuguhkan suguhan biskuit jahe yang dibawa Shasti dari rumahnya. Ia juga mengeluarkan bekal makan siangnya, beberapa nasi kepal mungil isi daging sapi suwir yang rasanya manis dan gurih.Pondok kayu yang berada di samping kandang cukup hangat, dan tidak panas sekalipun di luar cuaca cukup cerah. Terdapat pendingin yang cukup menurunkan suhu di dalam ruangan. Karena ukurannya kecil, pondok itu hanya terdiri dari furnitur kayu sederhana yang didesain bisa ditumpuk agar dapat menghemat ruangan saat akan disimpan. Lampu yang digunakan berwarna kuning dan nyaman di mata dan tergantung di pintu masuk dan di tempat mereka berkumpul. Di sudut ruangan, berlawanan dari satu-satunya pintu keluar yang ada, terdapat sebuah dipan kayu dengan kasur empuk yang hanya muat satu orang dewasa dan satu anak-anak. Terdapat meja kayu yang agak tinggi dan
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 27: Nala (sepertinya, sih) diculik

Nala kesulitan bergerak bebas. Sebuah tangan membekap wajahnya. Anehnya, di saat seperti ini, Nala masih belum pingsan. Sambil bertanya-tanya, Nala bersyukur sosok yang berusaha menculiknya tidak memberinya kain berisi obat bius.Saat tangan yang membekap Nala mulai mengendurkan tenaga, Nala mulai mengambil ancang-ancang. Ia menarik dirinya dengan cepat dan berputar. Kedua tangannya mengepal, dan membentuk kuda-kuda. Kakinya sudah siap ia layangkan, sampai musuh yang dengan pengecut menyerangnya dari belakang itu menjauh mengangkat kedua tangannya.“Nala!” seru sosok itu. Sosok berambut keriting berantakan dengan wajah jahilnya.“Blue..” Nala menghela nafas panjang. Ia menurunkan kakinya. Sebagai ganti degupan jantungnya yang tak karuan, Nala tetap melayangkan tinjunya ke dada Blue.“Aduh, aduh.. iya. Oke! Kau terlalu serius.”“Kau gila? Yang benar saja kau, ya! Aku sudah takut.”“Tapi ini aku, loh. Aku bukan penjahat betulan.”
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

Bab 28: Adik si kembar

Di sebuah ruangan bergaya modern dengan banyak guci antik di sekitarnya, tampak seorang perempuan berusia pertengahan dua puluhan duduk di atas sofa empuk. Kaki kirinya bertumpu pada kaki kanannya. Ia memeriksa kuku-kukunya yang baru saja digambar. Tampilannya cukup berkilau karena dihiasi butiran safir merah muda asli. Sudut bibir perempuan itu menjauh, menampakkan senyum puas.Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang pria paruh baya berperut buncit namun berpawakan tegap memasuki ruangan, diikuti oleh seorang pria yang sepertinya paling tua di ruangan itu.“Anya..” panggil pria paruh baya buncit. Ia duduk berhadapan dengan gadis yang tak mempedulikan kehadirannya itu.“Ya, Pa..” balas Anya, sekenanya. “Aku ada janji ke salon siang ini. Nanti sore ada perkumpulan sepupu Triadmodjo.”Pria paruh baya itu mendesah. “Seharusnya, hari ini kau ada pertemuan di rumah sakit Besari.”Anya menurunkan kukunya sebal. Ia menatap mata papanya itu kesal. “Aku
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

Bab 29: Malam sendu (dan liar untuk Blue)

Nala, Bayu, dan Blue, baru saja menghabiskan makan malam mereka. Hari ini, karena malas memasak, Blue memutuskan membeli makanan dari luar dan memakannya di rumah. Sekotak pizza dan selusin dimsum. Nala juga memesan seporsi mie pangsit dengan ekstra toping dan minyak cabai. Ia menikmatinya sambil meminum wiski.Perpaduan yang aneh, tapi pada dasarnya Nala memang doyan mencampurkan hal-hal tak lazim.Blue sudah mencegah Nala menemukan stok wiskinya. Karena, sudah dipastikan akan ada hal-hal yang mungkin saja terjadi (ya, semacam itu.) Tapi, Blue tak tega. Itu karena Nala sudah dalam mode putus asa.“Ibu kenapa?” bisik Bayu.Blue mengangkat bahunya. Mereka memperhatikan Nala tampak sendu, memutar-mutar gelas mungilnya. Saat ini, Blue sedang menyembunyikan fakta keberadaan Sky pada Bayu karena ia belum bertemu secara langsung dengan kakaknya itu. Sedangkan Bayu, juga masih menyembunyikan fakta pertemuannya dengan ayahnya di SD Matahari. Bukankah
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

Bab 30: Sky dan ayah mertuanya

Di sebuah ruang kerja dengan jendela berkaca lebar, berdiri seorang pria paruh baya yang berpawakan tegap. Hidungnya yang mancung, menghirup aroma kopi hangat yang baru diseduh. Tangan kirinya, ia sarungkan di kantung celananya. Dengan mata setajam elang, ia memperhatikan lalu lalang kendaraan dari balik jendela.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu, terdengar.“Masuk.”Tampaklah seorang pria mengenakan jas dokter dan bermata sipit, memasuki ruangan. Matanya menunduk sedikit, memperhatikan papan nama direktur rumah sakit, Haris Setyawan. Bibirnya berkedut.“Pak Haris.”“Dokter Ferdian.” Haris menoleh. Setelah menyesap kopinya sekali, ia meletakkannya di atas meja kerja. Senyum kapitalisnya mengembang. “Kau cukup… tampan.”“Ada kepentingan apa, pak?” Ferdian menepis ucapan Haris, seolah sedang diburu waktu. Ia tahu pasti kalau direktur sesibuk Haris tak mungkin memanggilnya hanya untuk memberikan pujian.Haris tert
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more
PREV
123456
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status