Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Bab 22: Bayu yang malang

Share

Bab 22: Bayu yang malang

Author: sweetchocosin
last update Last Updated: 2024-04-06 18:41:18

Blue membereskan piring-piring bekas sarapan ke dalam meja cuci. Ia juga mengelap meja dan mendekatkan hidungnya, mengendus apakah meja granit itu berbau aneh atau tidak.

“Aku buru-buru. Berangkat dulu, oke?” pamit Nala. Dari kejauhan, Blue bisa melihat kalau sudah ada taksi yang parkir. “Kalau bisa, hari ini belikan aku sepeda motor baru, ya. Terjebak macet di dalam taksi itu tidak enak.”

“Ya, ingatkan aku lagi.” seru Blue. “Akan kucarikan yang bagus.”

Setelah Nala menghilang dari halaman depan, Blue keluar dari kamar mandi dengan seragam merah putihnya. Tangannya tampak basah.

“Ibu sudah pergi?”

“Ya, barusan taksinya sudah menjemput.”

“Kalau begitu, kita seharusnya juga sudah pergi.”

Blue mengangguk. Ia segera menyelesaikan tugas bersih-bersihnya dan mengantar Bayu sekolah. Saat ini, entah bagaimana ia merasa kalau peran yang dimainkannya mirip seperti yang dilakukan ibunya saat ia masih kecil, seorang ibu rumah tangga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 23: Anak yang hilang

    Sinar mentari hangat menusuk kulit Bayu. Hari ini, ia pergi ke sekolah dalam keadaan kekenyangan karena Nala memasak kari. Meskipun karenanya ia harus bangun pagi hari membantu ibunya memotong sayuran, setidaknya, perutnya merasa puas. Apalagi masih ada sisa yang bisa ia nikmati sebagai makan malam. Bayu tak sabar menanti momen itu.Di sisi lain, ia juga memikirkan pesan yang disampaikan pamannya, Blue, agar tetap waspada dalam menggunakan peralatan elektronik yang ada di SD Matahari. Ada kemungkinan, Elang Grup sedang mencari bibit jenius baru yang bisa mereka kirimkan untuk belajar ke luar negeri dan meneruskan penelitian mereka yang tidak manusiawi. Bagi Bayu, bersikap was-was setiap saat memang bukan hal baru. Seumur hidupnya dihabiskan untuk bergerak tanpa menarik perhatian, berlatih untuk tidak membuat aura kehadirannya terasa. Yang ia khawatirkan, malah justru interaksi bersama sesama rekan sekelas yang masih naif dan enerjik. Bayu tidak tahu bagaimana haru

    Last Updated : 2024-04-06
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 24: Menemukan Shasti

    Tiga orang bocah tampak berjalan melewati lorong, menuju gerbang sekolah. Tiga bocah itu adalah Bayu, Aldo, dan Joana. Mereka sepakat mencari keberadaan teman sekelas mereka yang sudah seminggu membolos, Shasti.Setelah bel istirahat pertama berdering, Aldo menggeser kursinya agar lebih berdempetan dengan Bayu. Tangannya penuh dengan kue-kue yang sudah dingin. Bayu mencicipi beberapa, dan memuji rasa kue itu. Dalam waktu singkat, meja Bayu dan Aldo sudah dipenuhi oleh berbagai macam jenis kue, baik kue kering dan kue basah. Favorit Bayu adalah kue sus cokelat. Bayu pernah dihadiahi sus cokelat oleh pamannya yang sedang dalam perjalanan dinas ke Perancis. Meskipun sudah dingin dan agak hancur, sus cokelat itu benar-benar enak. Sama seperti kue buatan Sarah. Bayu senang karena tak perlu menunggu pamannya pergi ke Perancis lagi untuk mencicipi kue sus itu.Joana, yang biasanya tidak tertarik dengan percakapan laki-laki, juga ikut bergabung. Ia juga tampak menikmati ku

    Last Updated : 2024-04-07
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 25: Dokter mesum beraroma kayu

    Nala menyandarkan punggungnya ke dinding. Hari ini adalah hari pertama ia datang mendahului karyawan lain. Sebenarnya, ia tak sengaja karena bangunnya terlalu pagi. Karena sudah begitu, Nala memutuskan untuk melihat-lihat rumah sakit tempat ia bekerja sambil menunggu teman-teman satu unitnya lengkap.Karena sedang tidak ingin masuk gedung lebih dulu dari rekan-rekannya, Nala memutuskan untuk melihat-lihat tempat parkir. Nala menelengkan kepalanya. Ia mempelajari parkir bawah tanah sambil sesekali melihat sekeliling. Gayanya yang kikuk, malah membuatnya tampak seperti akan mencuri sesuatu.Saat sedang asyik menurunui jalan yang menurun, kaki Nala terpeleset lubang kecil. Kejadiannya cukup cepat. Ia gagal mendapatkan tumpuan.“Hati-hati..”Ternyata, Nala tidak jadi jatuh. Seseorang berhasil meraih tangannya. Sosok pria beraroma kayu hangat.Nala sontak menoleh, memastikan siapa pria yang sudah bersikap jagoan menolongnya. Suara menyeba

    Last Updated : 2024-04-08
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 26: Kami berteman dengan Shasti

    Bayu, Aldo, dan Nala, kini duduk melingkar bersama Shasti dan nenek penjaga kebun. Sebuah meja kayu bulat kini berada di tengah-tengah mereka, menyuguhkan suguhan biskuit jahe yang dibawa Shasti dari rumahnya. Ia juga mengeluarkan bekal makan siangnya, beberapa nasi kepal mungil isi daging sapi suwir yang rasanya manis dan gurih.Pondok kayu yang berada di samping kandang cukup hangat, dan tidak panas sekalipun di luar cuaca cukup cerah. Terdapat pendingin yang cukup menurunkan suhu di dalam ruangan. Karena ukurannya kecil, pondok itu hanya terdiri dari furnitur kayu sederhana yang didesain bisa ditumpuk agar dapat menghemat ruangan saat akan disimpan. Lampu yang digunakan berwarna kuning dan nyaman di mata dan tergantung di pintu masuk dan di tempat mereka berkumpul. Di sudut ruangan, berlawanan dari satu-satunya pintu keluar yang ada, terdapat sebuah dipan kayu dengan kasur empuk yang hanya muat satu orang dewasa dan satu anak-anak. Terdapat meja kayu yang agak tinggi dan

    Last Updated : 2024-04-09
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 27: Nala (sepertinya, sih) diculik

    Nala kesulitan bergerak bebas. Sebuah tangan membekap wajahnya. Anehnya, di saat seperti ini, Nala masih belum pingsan. Sambil bertanya-tanya, Nala bersyukur sosok yang berusaha menculiknya tidak memberinya kain berisi obat bius.Saat tangan yang membekap Nala mulai mengendurkan tenaga, Nala mulai mengambil ancang-ancang. Ia menarik dirinya dengan cepat dan berputar. Kedua tangannya mengepal, dan membentuk kuda-kuda. Kakinya sudah siap ia layangkan, sampai musuh yang dengan pengecut menyerangnya dari belakang itu menjauh mengangkat kedua tangannya.“Nala!” seru sosok itu. Sosok berambut keriting berantakan dengan wajah jahilnya.“Blue..” Nala menghela nafas panjang. Ia menurunkan kakinya. Sebagai ganti degupan jantungnya yang tak karuan, Nala tetap melayangkan tinjunya ke dada Blue.“Aduh, aduh.. iya. Oke! Kau terlalu serius.”“Kau gila? Yang benar saja kau, ya! Aku sudah takut.”“Tapi ini aku, loh. Aku bukan penjahat betulan.”

    Last Updated : 2024-04-10
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 28: Adik si kembar

    Di sebuah ruangan bergaya modern dengan banyak guci antik di sekitarnya, tampak seorang perempuan berusia pertengahan dua puluhan duduk di atas sofa empuk. Kaki kirinya bertumpu pada kaki kanannya. Ia memeriksa kuku-kukunya yang baru saja digambar. Tampilannya cukup berkilau karena dihiasi butiran safir merah muda asli. Sudut bibir perempuan itu menjauh, menampakkan senyum puas.Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang pria paruh baya berperut buncit namun berpawakan tegap memasuki ruangan, diikuti oleh seorang pria yang sepertinya paling tua di ruangan itu.“Anya..” panggil pria paruh baya buncit. Ia duduk berhadapan dengan gadis yang tak mempedulikan kehadirannya itu.“Ya, Pa..” balas Anya, sekenanya. “Aku ada janji ke salon siang ini. Nanti sore ada perkumpulan sepupu Triadmodjo.”Pria paruh baya itu mendesah. “Seharusnya, hari ini kau ada pertemuan di rumah sakit Besari.”Anya menurunkan kukunya sebal. Ia menatap mata papanya itu kesal. “Aku

    Last Updated : 2024-04-11
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 29: Malam sendu (dan liar untuk Blue)

    Nala, Bayu, dan Blue, baru saja menghabiskan makan malam mereka. Hari ini, karena malas memasak, Blue memutuskan membeli makanan dari luar dan memakannya di rumah. Sekotak pizza dan selusin dimsum. Nala juga memesan seporsi mie pangsit dengan ekstra toping dan minyak cabai. Ia menikmatinya sambil meminum wiski.Perpaduan yang aneh, tapi pada dasarnya Nala memang doyan mencampurkan hal-hal tak lazim.Blue sudah mencegah Nala menemukan stok wiskinya. Karena, sudah dipastikan akan ada hal-hal yang mungkin saja terjadi (ya, semacam itu.) Tapi, Blue tak tega. Itu karena Nala sudah dalam mode putus asa.“Ibu kenapa?” bisik Bayu.Blue mengangkat bahunya. Mereka memperhatikan Nala tampak sendu, memutar-mutar gelas mungilnya. Saat ini, Blue sedang menyembunyikan fakta keberadaan Sky pada Bayu karena ia belum bertemu secara langsung dengan kakaknya itu. Sedangkan Bayu, juga masih menyembunyikan fakta pertemuannya dengan ayahnya di SD Matahari. Bukankah

    Last Updated : 2024-04-12
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 30: Sky dan ayah mertuanya

    Di sebuah ruang kerja dengan jendela berkaca lebar, berdiri seorang pria paruh baya yang berpawakan tegap. Hidungnya yang mancung, menghirup aroma kopi hangat yang baru diseduh. Tangan kirinya, ia sarungkan di kantung celananya. Dengan mata setajam elang, ia memperhatikan lalu lalang kendaraan dari balik jendela.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu, terdengar.“Masuk.”Tampaklah seorang pria mengenakan jas dokter dan bermata sipit, memasuki ruangan. Matanya menunduk sedikit, memperhatikan papan nama direktur rumah sakit, Haris Setyawan. Bibirnya berkedut.“Pak Haris.”“Dokter Ferdian.” Haris menoleh. Setelah menyesap kopinya sekali, ia meletakkannya di atas meja kerja. Senyum kapitalisnya mengembang. “Kau cukup… tampan.”“Ada kepentingan apa, pak?” Ferdian menepis ucapan Haris, seolah sedang diburu waktu. Ia tahu pasti kalau direktur sesibuk Haris tak mungkin memanggilnya hanya untuk memberikan pujian.Haris tert

    Last Updated : 2024-04-13

Latest chapter

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 210: Epilog

    Setahun kemudian.. Sky, Nala, dan Bayu, sedang menikmati sore di taman kota. Setelah sekian lama berjuang melawan berbagai tantangan dalam hidup, mereka akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan mereka saat ini. Bayu baru saja mulai bersekolah lagi di SD Matahari bersama teman-temannya, Joana dan Aldo. Mereka tinggal di kompleks yang sama dengan Joana dan Aldo, sehingga setelah berjalan-jalan santai, mereka kembali ke rumah mereka. Anya telah meniti karier yang sukses sebagai direktur Rumah Sakit Besari, mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di komunitas mereka. Elang Group, perusahaan yang dipimpin oleh Blue, atau yang sekarang dikenal sebagai Langit, terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Rose berhasil mendapatkan naturalisasi dan membuka toko bunga yang indah di dekat kompleks tempat tinggal Nala. Tokonya menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang mengagumi keahli

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 209: Hutang yang terbayar

    Tiger, Nala dan Rose tiba di tepi pantai dengan napas terengah-engah, terdengar gemuruh ombak di kejauhan. Mereka menghentikan langkah mereka mendadak ketika mendengar suara letusan yang mengejutkan dari arah dermaga.Dor!Hati Nala berdebar kencang, naluri mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah Sky dan Blue yang terendam di dalam air.Nala, dengan mata berkaca-kaca, berlari mendekati Sky yang terdampar di tepi pantai. Dengan gemetar, dia jatuh berlutut di pasir pantai. Riak air tiba-tiba berhenti, menandakan mereka berdua sudah jauh tenggelam.Nala dan Rose mencoba mendekati tempat kejadian, namun para polisi mencegahnya. Beberapa petugas ada yang menyelam, mencari mereka. Namun, nihil. Tak ada tanda-tanda tubuh mereka ditemukan."Sepertinya mereka terbawa arus," ucap salah satu di antara mereka. "Kami tidak menemukan apapun."Rose dan Nala menjerit tak karuan. Setelah beberapa saat, mereka mencoba menenangkan diri di pin

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 208: Pengejaran

    Sky dan Blue memacu mobil mereka dengan cepat mengejar Hartono yang melarikan diri. Lampu-lampu kota yang masih hidup, berkedip-kedip di sekitar mereka saat mereka melaju melewati jalan-jalan yang ramai. Mereka mengejar mobil Hartono yang berbelok-belok di antara lalu lintas, mencoba untuk tidak kehilangan jejak."Kita hampir mendapatkannya!" seru Sky, matanya tetap fokus pada mobil di depan mereka.Blue, yang duduk di kursi penumpang dengan tegang, mengangguk setuju. "Tetap fokus, Sky. Kita harus menangkapnya sebelum dia bisa kabur lebih jauh."Mereka terus memacu mobil mereka, mengikuti dengan cermat setiap gerakan mobil Hartono. Jalanan mulai sepi ketika mereka mendekati dermaga yang terletak di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan redup di belakang mereka, memantulkan kekhawatiran yang mereka rasakan.Hartono, yang terus melaju dengan cepat, akhirnya memarkir mobilnya di ujung dermaga yang sepi. Dia keluar dengan cepat, menghadapi Sky dan Blue ya

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 207: Sedikit lagi!

    Suara letusan senjata menggelegar di dalam vila yang sunyi, menyela hening pagi yang mulai terang. Tiger, yang menunggu di mobil dengan tegang, mendongak mendengar itu. Dia menatap Nala dengan mata penuh kekhawatiran."Kau merasa gugup?" Tiger bertanya dengan lembut. "Setelah ini, semuanya akan berakhir."Nala, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang, menggeleng pelan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meskipun jantungnya berdegup kencang."Ya, sedikit," jawab Nala akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Kuharap tidak ada yang terluka dari letusan itu."Tiger meraih tangan Nala dengan penuh dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Nala. Kami sudah mendekati akhir dari semua ini."Mereka berdua duduk dalam hening sejenak, mengumpulkan keberanian dan fokus untuk apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.Lalu, tiba-tiba suara radio mengejutkan mereka."Lapor, Tiger.

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 206: Anya berduka

    "Ahhhh!!!" Olivia, dengan hati yang penuh kegelisahan, melihat Pak Was jatuh dari balkon dengan terkejut yang mendalam. "Tidak, tidak. Was!! Was, jangan tinggalkan aku, Was. Jangan pergi! Was! Kau sudah berjanji padaku, Was. Kau harus hidup, jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan akuu!!!"Olivia berteriak histeris, mencoba menjangkau pak Was yang terbaring tak bergerak di tanah. Anya, putrinya yang ketakutan, berlari mendekat untuk menahan ibunya. Namun, dalam kepanikan yang melanda, Olivia terlalu kuat untuk ditahan."Mama, sudah. Jangan seperti ini, atau mama akan jatuh. Ma, tolong. Ayo, ma kita turun. Ma,"Anya bisa melihat dari kejauhan kalau rumahnya sudah dikepung. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi akhir dari perjalanan orang tuanya dalam melakukan kejahatan. Tapi, ia sendiri tidak menyangka akan menyaksikan peristiwa jatuhnya Pak Was. Dari tampilannya, tampaknya tubuh Pak Was sudah tak lagi bernyawa. Pria itu sudah tak lagi bisa diselam

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 205: Selamat tinggal, Pak Was

    Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyisakan langit senja yang memancarkan cahaya oranye dan merah muda yang lembut. Suasana itu memberikan kontras dengan keheningan yang menyelimuti ruangan Hartono yang sepi.Pikirannya melayang ke masa lalu, saat semuanya masih normal. Pak Was, yang selalu setia dan dedikatif dalam pekerjaannya, kini telah mengkhianatinya. Dia merasa kehilangan sosok yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.Hartono menatap foto keluarganya, foto Liliana dan kedua anak kembarnya, di meja kerjanya, sorot matanya tampak penuh penyesalan. Dia berdoa dalam hati, berharap agar Liliana tenang di tempat yang lebih baik.Suasana pagi itu di ruang kerja Hartono memantulkan perasaannya yang campur aduk: kesedihan, penyesalan, dan tekad balas dendam yang membara. Langit fajar yang merona menjadi saksi dari perubahan yang mendalam dalam hidupnya, suatu perubahan yang tidak pernah dia rencanakan atau bayangkan sebelumny

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 204: Meluncur!

    Setelah perjalanan yang tegang dan cepat dari kota menuju vila terpencil di pinggiran hutan, Blue, Nala, Sky, dan Rose tiba di tempat tujuan mereka. Hutan di sekeliling vila memberikan kesan sunyi namun tegang, dengan sinar fajar yang mulai membuat bayangan di balik pohon-pohon rimbun. Mereka turun dari mobil dengan hati-hati, siap untuk bertindak cepat dan efisien, menunggu pasukan lain dan Tiger tiba.Setelah beberapa saat, belasan mobil polisi dan dua mobil yang mengangkut pasukan khusus, mulai berdatangan. Tiger muncul di antara mereka dengan membawa senapan laras panjang dan senyum di wajahnya."Bagaimana? Siap?" pria itu bertanya. "Helikopter sudah dalam perjalanan. Kali ini, Hartono tidak akan kabur.""Bukankah jumlah ini terlalu berlebihan?" Rose tampak melongo dengan sejumlah pasukan yang mengitari mereka. "Memangnya kita menangkap gerombolan orang jahat ya?""Ya, Hartono setara dengan ratusan penjahat, sih. Jadi ini sepadan, hehe."

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 203: Suara letusan

    Anya melangkah dengan cepat di koridor vila, menuju kamar Olivia. Setiap langkah yang ia ambil, membuat ingatannya memainkan gambaran masa lalu yang penuh cahaya, berbeda dengan suasana saat ini yang dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil mencari-cari ibunya, Olivia, yang mungkin masih terlelap dan tidak tahu atas apa yang akan terjadi.Sebagai anak dari Olivia dan Hartono, Anya tumbuh di lingkungan yang sering kali menawarkan lebih banyak teka-teki daripada jawaban. Ayahnya, Hartono, adalah seorang pria yang selalu tampak gelap dan misterius yang dibalut dengan senyum hangatnya, sementara ibunya, Olivia, adalah sosok yang mencoba sekuat tenaga untuk menjaga ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga mereka, tentu saja dengan cara-cara licik yang belakangan Anya ketahui. Namun, situasi yang sering kali tegang dan penuh tekanan telah membuat Anya belajar untuk memilih langkah-langkahnya denga

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 202: Mari tangkap Hartono!

    Suasana malam yang dingin dan tenang menyelimuti kota saat Sky, Nala, Blue, dan Rose menerima telepon darurat dari Anya. Mereka duduk bersama di ruang tengah pondok kayu, tempat mereka kini berkumpul, atmosfer yang sebelumnya santai berubah menjadi tegang seketika. Anya, dengan suara gemetar, memberitahukan bahwa Hartono memergoki istrinya, Olivia, sedang bermesraan dengan Pak Was. Entah bermesraan yang seperti apa, yang pasti Anya tampak takut akan terjadi sesuatu yang buruk.Sky, yang duduk di sofa dengan laptopnya, segera menutup layar dan menatap serius ke arah Blue dan Nala. "Kita harus segera ke sana. Anya bilang dia sudah mengirimkan alamatnya padamu, kan?"Blue, yang biasanya santai, kini tampak tegang. Dia mengangguk cepat. "Aku ambil kunci mobil."Nala, yang sedang mengaduk secangkir teh, menaruh sendoknya perlahan. "Aku ambil kit medis dari lemari."Rose, yang duduk di pojok ruangan dengan buku di tangannya, mengangguk setuju. "Aku ambi

DMCA.com Protection Status