Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Suamiku seorang Mata-Mata: Chapter 161 - Chapter 170

210 Chapters

Bab 161: Kehidupan konyol Nala

Blue dan Rose tiba di pondok kayu Tiger, tempat Nala dan Sky kini tinggal. Matahari mulai terbenam, memberikan warna oranye hangat di langit saat mereka mengetuk pintu. Sky yang membuka pintu, menatap keduanya dengan rasa ingin tahu. Di belakangnya, Nala berdiri dengan senyum ramah, meskipun ada sedikit ketegangan di wajahnya. Terakhir kali mereka datang, selalu berakhir dengan misi bersama yang berbahaya. Nala sedang tidak ingin melakukan apapun minggu ini."Blue, Rose, masuklah. Apa yang membawa kalian ke sini?" tanya Sky sambil memberi mereka ruang untuk masuk.Blue menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Sky, kami perlu bicara. Ini tentang Anya."Sky tertegun. Dia merasakan gelombang kecemasan mendadak menyelimuti hatinya. Terakhir kali mereka berjumpa adalah saat ia berusaha menyelinap ke rumah ayahnya."Apa yang terjadi dengan Anya?" tanyanya dengan nada serius.Rose melirik Blue sebelum berbicara. Gadis itu menyarank
last updateLast Updated : 2024-08-05
Read more

Bab 162: Baiklah, Nala mengakui ketololannya

Di dalam pondok kayu, di ruang tamu, Nala duduk sendiri di sudut ruangan, menghadap ke arah jendela yang memperlihatkan pemandangan alam yang damai. Dedaunan saling bergesekan tertiup angin. Ketenangan itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Namun, hatinya jauh dari tenang. Matahari telah terbenam, dan kegelapan mulai merayap masuk, menciptakan bayangan panjang yang menghiasi dinding kayu.Nala menarik napas dalam-dalam, berusaha mengatasi perasaan berat yang menekan dadanya. Ia meratapi kehidupannya yang terasa seperti komedi tragedi. Dengan suara pelan dan penuh emosi, ia mulai berbicara kepada dirinya sendiri."Bagaimana bisa hidupku menjadi seperti ini?" gumamnya, matanya terpaku pada kegelapan di luar. "Aku menikah dengan Bram. yang ternyata adalah seorang mata-mata. Aku bahkan tidak tahu nama aslinya dan memanggilnya Sky sampai tugasnya berakhir. Lalu, tiba-tiba ayahku muncul. Di lain hari, orang-orang menyampaikan fakta lain kalau anak dari musuh
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more

Bab 163: Bahkan, Nala sudah biasa dengan kejutan

"Sepertinya, aku datang terlalu cepat ya?"Nala menoleh. Ia mendapati Tiger berdiri di dekat tangga, menatapnya canggung."Tak apa. Aku juga sudah bosan sendirian. Biar aku ambilkan teh."Suara cericit jangkrik mengiringi angin malam yang lembut, menciptakan suasana tenang. Tiger dan Nala duduk di depan perapian yang menyala redup. Mereka memegang cangkir teh hangat di tangan, tanpa mengucapkan apapun."Nala, kau ingat saat aku meninggalkanmu di desa bersama nenekmu? Aku selalu merasa bersalah meninggalkanmu di sana," kata Tiger, tiba-tiba.Nala tidak pernah menyangka obrolan pertama mereka adalah membahas hal yang begitu serius. Wanita itu kelabakan dan tampak berusaha menekan ekspresinya agar tidak berubah."Kau tak perlu merasa bersalah. Itu adalah masa yang indah bagiku. Aku benar-benar menikmatinya."Tiger menghela napas lega. "Syukurlah kau merasa begitu. Aku selalu khawatir kau merasa kesepian atau terbebani."
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

Bab 164: Anya dan kakak-kakaknya

Langit malam yang gelap menyelimuti rumah megah milik Hartono, menciptakan bayangan-bayangan menyeramkan di sekitar bangunan tersebut. Angin malam berhembus lembut, seolah memperingatkan tentang apa yang akan terjadi. Sky dan Blue, mengendap-endap menuju rumah besar ayah mereka. Mereka tahu bahwa misi ini penuh risiko, tetapi mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus sekali lagi menghadapi ayah mereka dan memintanya mundur dari jabatannya demi kebaikan semua orang. Rumah megah itu berdiri dengan angkuh di tengah taman yang luas, dengan pintu besar dan jendela-jendela tinggi yang memancarkan cahaya redup dari dalam. Sky dan Blue bersembunyi di balik semak-semak, memeriksa situasi sebelum bergerak lebih dekat. "Blue, kita harus berhati-hati. Keamanan di sini pasti ketat," bisik Sky, matanya waspada menatap sekeliling. Blue mengangguk, wajahnya penuh ketegangan. "Aku tahu, Sky. Kita harus masuk dan
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

Bab 165: Hidup yang hampa

Setelah kunjungan mengejutkan dari Sky dan Blue, suasana di rumah Hartono berubah drastis. Peringatan dan permintaan dari kedua putranya telah mengganggu pikirannya, menciptakan ketegangan yang semakin meresahkan. Hartono, yang sebelumnya tampak tak tergoyahkan, mulai merasa ada sesuatu yang salah. Keraguan dan kecurigaan terhadap orang-orang terdekatnya mulai menghantui. Hari-hari berlalu tanpa Hartono kembali ke rumah. Olivia merasakan kekosongan yang semakin besar. Rumah semakin terasa dingin dan sepi. Olivia sering berdiri di jendela besar di ruang tamu, menatap jalanan kosong, berharap melihat suaminya pulang. Namun, setiap malam, hanya keheningan yang menyambutnya. Di tempat lain, Hartono merasa semakin terisolasi. Pikirannya dipenuhi dengan keraguan. Pertemuan dengan Sky dan Blue membuatnya mulai meragukan kepercayaan terhadap orang-orang di sekitarnya. Ia merasa seperti ada konspirasi yang direncanakan untuk menggulingkannya. Olivia, yang dulu d
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more

Bab 166: Lupakan Ferdian!

Sky dan Blue menyelinap dengan hati-hati di lorong-lorong rumah mewah Hartono. Langkah kaki mereka nyaris tak bersuara saat mereka bergerak di bawah cahaya remang-remang dari lampu gantung kristal. Rumah itu besar dan penuh kemewahan, namun di dalamnya terasa dingin dan kosong. Setiap sudutnya tampak mengingatkan mereka pada masa lalu yang penuh dengan kebencian dan konflik.Ketika mereka hampir mencapai pintu keluar, sebuah suara langkah kaki terdengar di belakang mereka. Anya berlari dari ujung lorong. Matanya yang besar dan penuh haru memandangi kedua kakaknya itu. Ia tidak menyangka akan bertemu mereka di sini, di rumah yang sudah lama ia anggap sebagai penjara emosi.Sky dan Blue berhenti sejenak, saling menatap dengan cemas. Mereka tidak ingin melibatkan Anya dalam kekacauan ini. Namun, kehadirannya di sini membuat mereka merasa lebih terbuka dan rentan. Anya pun memeluk keduanya erat-erat. "Aku sangat merindukan kalian," katanya dengan suara berget
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

Bab 167: Olivia putus asa

Di rumah besar yang terasa semakin sunyi dan dingin sejak kematian Anggi, Olivia duduk di balkon kamarnya yang mewah namun penuh dengan bayang-bayang kegelapan. Rasa frustrasi dan kelelahan tergambar jelas di wajahnya yang cantik namun tegang. Di seberangnya, Pak Was, berdiri dengan tangan terlipat di dada, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menenangkan Olivia.Olivia menghela napas panjang, lalu memijat pelipisnya dengan jemari yang gemetar. "Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan seperti ini, Was. Sejak Anggi meninggal, Hartono semakin tidak terkendali. Dia hampir tidak pernah pulang, dan semua urusan logistik jual beli senjata jadi berantakan. Anggi adalah satu-satunya yang tahu cara mengelolanya."Pak Was mengangguk, meskipun wajahnya juga tampak kebingungan. "Aku tahu. Anggi memang sangat berpengaruh dalam mengatur segala sesuatunya. Namun, kita harus mencari cara untuk melanjutkan tanpa dia."Olivia memandang Pak Was deng
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

Bab 168: Hai, Bayu!

Nala dan Rose melangkah pelan-pelan menuju gerbang panti asuhan, tempat Bayu dititipkan. Udara pagi itu sejuk, dan suara tawa anak-anak terdengar dari kejauhan. Rose, dengan senyum ceria di wajahnya, merangkul lengan Nala. "Hari ini pasti seru, ya? Aku sudah tidak sabar melihat Bayu."Nala tersenyum, meskipun ada sedikit kekhawatiran yang melintas di matanya. "Iya, aku juga. Semoga dia baik-baik saja di sini."Mereka melangkah masuk ke area panti asuhan, dan pemandangan di depan mereka langsung membuat hati mereka hangat. Anak-anak berlarian, bermain, dan tertawa bersama. Namun, di tengah keramaian itu, Bayu tampak mencolok. Dia duduk di sebuah bangku di taman, dikelilingi oleh beberapa anak yang tampak serius mendengarkan."Apakah itu Bayu?" Rose bertanya, meskipun dia sudah tahu jawabannya. "Dia sedang... mengajar?"Nala mengangguk, bangga sekaligus khawatir. "Iya, itu Bayu. Dia mengajar kalkulus kepada anak-anak di sini."
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

Bab 169: Tiga sekawan dan kelinci

Hari itu, tiga orang anak sedang sibuk membersihkan kandang kelinci di halaman belakang sekolah mereka. Pekerjaan ini menjadi rutinitas mereka setiap pulang sekolah. Joana, Aldo, dan Shasti masing-masing sibuk dengan tugasnya. Joana menyapu lantai kandang, Aldo mengganti air minum kelinci, dan Shasti memberikan wortel segar kepada hewan peliharaan sekolah mereka."Aduh, kenapa harus kita yang selalu kena giliran membersihkan kandang kelinci ini? Anak-anak jadi malas karena ujian sudah dekat." Aldo tiba-tiba mengeluh, wajahnya menunjukkan rasa tidak puas. "Ini semua ide Bayu. Tapi sekarang dia malah menghilang."Joana yang sedang menyapu, berhenti sejenak dan menatap Aldo dengan kesal. "Aldo, bisa nggak sih kita nggak usah bahas Bayu lagi? Yang penting kita selesaikan pekerjaan ini. Kita bantu nenek Shasti."Aldo mendesah, tetapi tidak menjawab. Dia kembali fokus pada pekerjaannya, meski jelas masih kesal. Shasti yang berada di dekat kandang kelin
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

Bab 170: Ayo bergerak lagi!

Rose dan Nala duduk di dalam mobil, meluncur pelan di jalan berliku menuju pondok mereka setelah mengunjungi Bayu di panti asuhan. Udara segar masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma pepohonan yang menenangkan."Bayu terlihat sangat bahagia di sana," kata Rose, memulai percakapan. "Dia benar-benar anak yang luar biasa."Nala tersenyum, meskipun ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Iya, dia memang luar biasa. Tapi kadang aku khawatir dia merasa terlalu sendirian. Meskipun dia tampak baik-baik saja, aku tahu dia pasti merindukan rumah."Rose mengangguk, paham dengan perasaan Nala. "Aku yakin Bayu tahu kalau kau sangat mencintainya. Lagipula, anak-anak di panti tampak menyukainya. Dia bahkan sudah seperti guru bagi mereka."Nala tertawa kecil. "Ya, siapa sangka anakku yang masih kecil itu bisa mengajar kalkulus. Kadang aku berpikir dia akan jadi profesor sebelum usianya dua puluh tahun."Rose tertawa juga. "Mungkin saja. T
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status