Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Suamiku seorang Mata-Mata: Chapter 131 - Chapter 140

210 Chapters

Bab 131: S.O.S dari Anya

Sky menghela napas panjang. Pria itu mencoba berkonsentrasi.“Maaf. Rose agak mabuk,” bisik Blue. “Aku tidak bisa mencegah perilaku gilanya.”Kening Sky berkerut. “Kau pikir aku tidak tahu kalau dia mabuk setelah bau alkohol yang ada di mulutnya kini bersarang di seluruh rongga mulutku?”Blue meringis. Sepertinya kakak kembarnya itu benar-benar marah.Namun, Sky menyadari satu hal. Nala juga sama saja. Wanita itu selalu melakukan hal konyol setiap mabuk melandanya. Alkohol adalah musuh terbesar yang bisa menyebabkan istrinya kehilangan kesadaran penuh dan kebingungan membedakan realita dan halusinasi. Dia sampai tertukar mengidentifikasi suaminya sendiri.Hal yang sama juga terjadi pada Rose. Itulah mengapa Blue tidak merasa marah sama sekali.“Sky?” Panggil Blue begitu melihat Sky melamun.Setelah menyadari hal itu, perasaan Sky mulai lega, seolah beban berat tiba-tiba runtuh dan meninggalkan bahunya yang lapang.
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

Bab 132: Pengintaian Anya

Di balik keindahan rumah megah Hartono, Olivia dan Pak Was sedang merencanakan sesuatu yang jauh dari pandangan publik: kejatuhan oposisi politik yang kuat.Olivia duduk di sebuah sofa berlapis sutra di kamarnya yang luas. Di depannya, Pak Was berdiri sambil melihat peta besar yang terbentang di atas meja kayu mahoni. Peta itu penuh dengan catatan dan tanda, menunjukkan lokasi-lokasi strategis dan informasi penting tentang target mereka."Was, kita harus memastikan bahwa setiap langkah yang kita ambil sudah dipertimbangkan dengan matang," kata Olivia, suaranya tenang namun mengandung kewaspadaan. Matanya bersinar dengan semangat dan tekad yang kuat.Pak Was mengangguk, mengambil pena dari saku jasnya dan menambahkan beberapa catatan di peta. "Aku tahu, Olivia. Kita tidak bisa melakukan kesalahan. Jika mereka mengetahui rencana kita sebelum waktunya, kita akan kehilangan segalanya. Hartono harus menjadi presiden."Olivia berdiri dan berjalan menuju
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Bab 133: Bayu jadi guru

Bangunan Panti Asuhan Besari terbuat dari bata merah dengan atap yang tinggi dan jendela-jendela besar yang menghadap ke lembah di bawahnya. Pemandangan dari panti asuhan sangat indah; dari sana, anak-anak bisa melihat hamparan hutan yang luas dan sungai yang berkelok-kelok di kejauhan. Tempat ini terasa seperti surga kecil yang terpencil dari hiruk-pikuk kota.Bangunan panti asuhan terdiri dari tiga lantai utama dan satu lantai bawah tanah. Lantai pertama adalah area umum, di mana terdapat ruang makan, ruang bermain, dan perpustakaan kecil. Lantai kedua berisi kamar tidur anak-anak, dengan tempat tidur susun dan jendela-jendela besar yang memungkinkan sinar matahari masuk dengan leluasa. Lantai ketiga adalah ruang serba guna, digunakan untuk berbagai kegiatan seperti belajar bersama, berolahraga, atau bahkan pertunjukan seni.Ruang perpustakaan di lantai pertama adalah tempat favorit Bayu. Rak-rak tinggi yang penuh dengan buku-buku tua dan baru berdiri berjajar, m
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 134: Kebenaran asal-usul Bayu

"Siap, mulai!" teriak Bayu sambil mengibarkan bendera kecil. Anak-anak berlari dengan penuh semangat, tertawa dan bersorak satu sama lain. Bayu sendiri tidak ikut lomba, tetapi ia berdiri di samping, memberikan semangat dan dukungan kepada teman-temannya.Setelah lomba selesai, anak-anak berkumpul di sekitar garis finis, terengah-engah namun dengan senyuman lebar di wajah mereka. Beberapa dari mereka saling mengelap keringat dengan tangan kecil mereka, sementara yang lain masih tertawa dan bercanda tentang perlombaan. Bayu berdiri di tengah-tengah mereka, memuji setiap anak atas usaha mereka dan memberikan semangat yang tulus."Semua hebat sekali! Kalian semua adalah pemenang," kata Bayu sambil tersenyum lebar. "Sekarang, bagaimana kalau kita minum es krim untuk merayakan?"Sorakan riang segera memenuhi udara. Bayu dan beberapa pengasuh segera menuju dapur untuk mengambil es krim yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Suara tawa dan kegembiraan terus terden
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Bab 135: Kembali bertaut

Sky mengendarai mobilnya dengan kecepatan konstan, melintasi jalan setapak yang hanya bisa dilalui dengan satu mobil. Malam itu gelap pekat, hanya diterangi oleh sinar bulan yang tersembunyi di balik awan dan cahaya dari lampu motornya. Udara dingin, namun pikirannya jauh lebih dingin. Setelah perjalanan yang panjang, Sky akhirnya tiba di pondok kayu Tiger. Pondok itu terletak di tengah hutan, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk kota. Namun, ketenangan itu tampaknya hanya ilusi belaka, mengingat setiap kejadian yang terus menerus menimpa mereka.Sky membuka pintu perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Suara derit pintu tua itu terdengar nyaring di kesunyian malam. Ia melangkah masuk, merasakan kehangatan dari dalam rumah menyelimuti tubuhnya yang dingin.Di dalam pondok, suasana terasa hening dan hampa. Sky menyalakan lampu kecil di ruang tamu, menatap sekeliling ruangan yang terlihat rapi namun sepi. Langkah kakinya membawa dirinya ke depan pi
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Bab 136: Tiger dalam bahaya

Lampu-lampu di sepanjang koridor masih menyala terang, meskipun malam sudah larut. Di lantai paling atas gedung rumah sakit, terletak ruang kerja Direktur Utama. Malam ini, ruangan itu menjadi saksi bisu dari aksi yang akan dilakukan oleh Tiger, sepeninggal Keep.Tiger, yang berpenampilan rapi dan profesional, duduk di belakang meja kerjanya. Kini, pria itu sedang berusaha membobol sistem keamanan.Rencana ini telah ia susun dengan cermat selama beberapa minggu. Ada sesuatu di dalam sistem informasi rumah sakit yang sangat ingin ia akses. Data-data sensitif yang tidak bisa ia dapatkan melalui cara-cara konvensional. Ia harus meretas sistem tersebut tanpa diketahui siapapun.Tiger menyiapkan segala peralatan yang ia butuhkan. Laptop yang telah dimodifikasi khusus, beberapa perangkat keras tambahan, dan program-program yang ia tulis sendiri untuk memudahkan proses peretasan. Ia menutup semua tirai di ruangannya dan memastikan pintu terkunci rapat. Di layar l
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Bab 137: Pelarian

Tiger membuka jendela belakang ruang kerjanya, melihat keluar untuk memastikan tidak ada yang melihat. Dengan cepat, ia menyelinap keluar melalui jendela dan mulai bergerak dengan hati-hati di sepanjang dinding gedung."Kenapa orang-orang ini bisa tetap bekerja malam-malam?" Keluh Tiger. "Bukannya tadi sekumpulan dari mereka pergi makan di kantin?"Tiger bergerak dengan gesit, berusaha menghindari deteksi. Ia tahu setiap sudut dan celah dari rumah sakit ini, yang memberinya keuntungan dalam melarikan diri. Namun, ia juga tahu bahwa waktu tidak berpihak padanya. Departemen TI akan segera menemukan bahwa sistem telah diretas, dan mereka akan mulai mencari pelakunya."Aku harus pergi, aku harus pergi, aku harus pergi," gumam Tiger.Tiger bergerak menuju area parkir, tempat ia meninggalkan mobilnya. Ia harus keluar dari kompleks rumah sakit secepat mungkin. Namun, sebelum ia sampai di sana, ia melihat beberapa petugas keamanan mulai berpatro
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

Bab 138: Selamat tinggal, Bu Anggi

Rose dan Blue duduk di ruang santai mereka yang sederhana. Di hadapan mereka, televisi menayangkan berita malam. Sinar biru dari layar menerangi ruangan yang agak redup, menambah suasana tegang di antara mereka."Pihak kepolisian menemukan mayat seorang wanita di sebuah motel di pinggiran kota tadi pagi," kata penyiar berita dengan suara serius. "Identitas korban belum diungkapkan, namun sumber-sumber kami menyebutkan bahwa wanita ini diduga melakukan bunuh diri. Investigasi sedang berlangsung, dan polisi meminta siapa pun yang memiliki informasi untuk segera melapor."Blue menatap layar televisi dengan cermat. Ia duduk dengan tangan terlipat di dadanya, terlihat serius. Di sebelahnya, Rose menggigit bibirnya. Ia tampak gelisah."Blue," kata Rose pelan setelah berita selesai. "Aku punya firasat soal ini."Blue menoleh, menatap Rose dengan mata penuh perhatian. "Apa itu, Rose?"Rose menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Mayat yang d
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Bab 139: Mari merusuh!

"Jadi, Anya berpihak pada kita?" Ulang Nala. Wanita itu mencoba meresapi apa yang dikatakan Sky, suaminya."Aku masih belum yakin," ujar Sky, ragu-ragu. "Pada dasarnya Anya hanya memikirkan diri sendiri, atau keluarganya. Kita tidak bisa mengatakan gadis itu akan memihak kita.""Kau berkata seolah Anya adalah cewek tengil yang egois. Tega sekali," sahut Rose. Gadis itu memperhatikan gelagat Sky dan Nala yang tampak secara alami sudah berhasil mencairkan ketegangan. "Ngomong-ngomong, kalian sudah baikan?""Eh?" Nala mengangkat kedua alisnya, merasa bingung. Ia tidak pernah menceritakan apapun pada Rose. Mustahil gadis itu bisa mengetahui kalau dirinya sedang bertengkar dengan Sky."Ehem," Sky mengalihkan pembicaraan. Pria itu menepuk-nepuk spidolnya di atas peta yang membentang di atas meja. "Mari kita selesaikan rapat ini.""Apakah aku juga diterima di sini?" Blue merasa dirinya menjadi yang tertinggal. Matanya menatap melas ke arah Sky.
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Bab 140: Merusuh, sukses!

"Sky, apa kau ingat waktu kita menyelinap ke rumah pohon saat masih kecil?" tanya Blue tiba-tiba, mencoba mengurangi ketegangan.Sky mengingat kejadian itu, meskipun suasananya masih canggung. "Iya, kita hampir ketahuan Ibu. Dan aku berhasil menyelamatkan kita dengan alasan sedang bermain petak umpet."Blue tertawa. "Ya, aku selalu pandai dalam hal bersembunyi. Mudah-mudahan kali ini juga berhasil."Setelah beberapa saat, mereka tiba di lokasi kampanye. Kerumunan sudah mulai berkumpul di alun-alun kota, dan panggung besar dengan spanduk bertuliskan "Hartono untuk Presiden" berdiri megah di tengahnya. Rose memarkir van mereka di tempat yang strategis, cukup jauh untuk tidak menarik perhatian, tetapi cukup dekat untuk mengamati dan bertindak.Sky dan Blue keluar dari van dengan perlengkapan mereka. Mereka menemukan tempat yang sempurna untuk mengintai: atap sebuah gedung tua yang memberikan pandangan langsung ke panggung kampanye. Dengan hati-hati,
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status