Beranda / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Bab 134: Kebenaran asal-usul Bayu

Share

Bab 134: Kebenaran asal-usul Bayu

Penulis: sweetchocosin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-13 18:42:28

"Siap, mulai!" teriak Bayu sambil mengibarkan bendera kecil. Anak-anak berlari dengan penuh semangat, tertawa dan bersorak satu sama lain. Bayu sendiri tidak ikut lomba, tetapi ia berdiri di samping, memberikan semangat dan dukungan kepada teman-temannya.

Setelah lomba selesai, anak-anak berkumpul di sekitar garis finis, terengah-engah namun dengan senyuman lebar di wajah mereka. Beberapa dari mereka saling mengelap keringat dengan tangan kecil mereka, sementara yang lain masih tertawa dan bercanda tentang perlombaan. Bayu berdiri di tengah-tengah mereka, memuji setiap anak atas usaha mereka dan memberikan semangat yang tulus.

"Semua hebat sekali! Kalian semua adalah pemenang," kata Bayu sambil tersenyum lebar. "Sekarang, bagaimana kalau kita minum es krim untuk merayakan?"

Sorakan riang segera memenuhi udara. Bayu dan beberapa pengasuh segera menuju dapur untuk mengambil es krim yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Suara tawa dan kegembiraan terus terden
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 135: Kembali bertaut

    Sky mengendarai mobilnya dengan kecepatan konstan, melintasi jalan setapak yang hanya bisa dilalui dengan satu mobil. Malam itu gelap pekat, hanya diterangi oleh sinar bulan yang tersembunyi di balik awan dan cahaya dari lampu motornya. Udara dingin, namun pikirannya jauh lebih dingin. Setelah perjalanan yang panjang, Sky akhirnya tiba di pondok kayu Tiger. Pondok itu terletak di tengah hutan, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk kota. Namun, ketenangan itu tampaknya hanya ilusi belaka, mengingat setiap kejadian yang terus menerus menimpa mereka.Sky membuka pintu perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Suara derit pintu tua itu terdengar nyaring di kesunyian malam. Ia melangkah masuk, merasakan kehangatan dari dalam rumah menyelimuti tubuhnya yang dingin.Di dalam pondok, suasana terasa hening dan hampa. Sky menyalakan lampu kecil di ruang tamu, menatap sekeliling ruangan yang terlihat rapi namun sepi. Langkah kakinya membawa dirinya ke depan pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 136: Tiger dalam bahaya

    Lampu-lampu di sepanjang koridor masih menyala terang, meskipun malam sudah larut. Di lantai paling atas gedung rumah sakit, terletak ruang kerja Direktur Utama. Malam ini, ruangan itu menjadi saksi bisu dari aksi yang akan dilakukan oleh Tiger, sepeninggal Keep.Tiger, yang berpenampilan rapi dan profesional, duduk di belakang meja kerjanya. Kini, pria itu sedang berusaha membobol sistem keamanan.Rencana ini telah ia susun dengan cermat selama beberapa minggu. Ada sesuatu di dalam sistem informasi rumah sakit yang sangat ingin ia akses. Data-data sensitif yang tidak bisa ia dapatkan melalui cara-cara konvensional. Ia harus meretas sistem tersebut tanpa diketahui siapapun.Tiger menyiapkan segala peralatan yang ia butuhkan. Laptop yang telah dimodifikasi khusus, beberapa perangkat keras tambahan, dan program-program yang ia tulis sendiri untuk memudahkan proses peretasan. Ia menutup semua tirai di ruangannya dan memastikan pintu terkunci rapat. Di layar l

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 137: Pelarian

    Tiger membuka jendela belakang ruang kerjanya, melihat keluar untuk memastikan tidak ada yang melihat. Dengan cepat, ia menyelinap keluar melalui jendela dan mulai bergerak dengan hati-hati di sepanjang dinding gedung."Kenapa orang-orang ini bisa tetap bekerja malam-malam?" Keluh Tiger. "Bukannya tadi sekumpulan dari mereka pergi makan di kantin?"Tiger bergerak dengan gesit, berusaha menghindari deteksi. Ia tahu setiap sudut dan celah dari rumah sakit ini, yang memberinya keuntungan dalam melarikan diri. Namun, ia juga tahu bahwa waktu tidak berpihak padanya. Departemen TI akan segera menemukan bahwa sistem telah diretas, dan mereka akan mulai mencari pelakunya."Aku harus pergi, aku harus pergi, aku harus pergi," gumam Tiger.Tiger bergerak menuju area parkir, tempat ia meninggalkan mobilnya. Ia harus keluar dari kompleks rumah sakit secepat mungkin. Namun, sebelum ia sampai di sana, ia melihat beberapa petugas keamanan mulai berpatro

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 138: Selamat tinggal, Bu Anggi

    Rose dan Blue duduk di ruang santai mereka yang sederhana. Di hadapan mereka, televisi menayangkan berita malam. Sinar biru dari layar menerangi ruangan yang agak redup, menambah suasana tegang di antara mereka."Pihak kepolisian menemukan mayat seorang wanita di sebuah motel di pinggiran kota tadi pagi," kata penyiar berita dengan suara serius. "Identitas korban belum diungkapkan, namun sumber-sumber kami menyebutkan bahwa wanita ini diduga melakukan bunuh diri. Investigasi sedang berlangsung, dan polisi meminta siapa pun yang memiliki informasi untuk segera melapor."Blue menatap layar televisi dengan cermat. Ia duduk dengan tangan terlipat di dadanya, terlihat serius. Di sebelahnya, Rose menggigit bibirnya. Ia tampak gelisah."Blue," kata Rose pelan setelah berita selesai. "Aku punya firasat soal ini."Blue menoleh, menatap Rose dengan mata penuh perhatian. "Apa itu, Rose?"Rose menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Mayat yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 139: Mari merusuh!

    "Jadi, Anya berpihak pada kita?" Ulang Nala. Wanita itu mencoba meresapi apa yang dikatakan Sky, suaminya."Aku masih belum yakin," ujar Sky, ragu-ragu. "Pada dasarnya Anya hanya memikirkan diri sendiri, atau keluarganya. Kita tidak bisa mengatakan gadis itu akan memihak kita.""Kau berkata seolah Anya adalah cewek tengil yang egois. Tega sekali," sahut Rose. Gadis itu memperhatikan gelagat Sky dan Nala yang tampak secara alami sudah berhasil mencairkan ketegangan. "Ngomong-ngomong, kalian sudah baikan?""Eh?" Nala mengangkat kedua alisnya, merasa bingung. Ia tidak pernah menceritakan apapun pada Rose. Mustahil gadis itu bisa mengetahui kalau dirinya sedang bertengkar dengan Sky."Ehem," Sky mengalihkan pembicaraan. Pria itu menepuk-nepuk spidolnya di atas peta yang membentang di atas meja. "Mari kita selesaikan rapat ini.""Apakah aku juga diterima di sini?" Blue merasa dirinya menjadi yang tertinggal. Matanya menatap melas ke arah Sky.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 140: Merusuh, sukses!

    "Sky, apa kau ingat waktu kita menyelinap ke rumah pohon saat masih kecil?" tanya Blue tiba-tiba, mencoba mengurangi ketegangan.Sky mengingat kejadian itu, meskipun suasananya masih canggung. "Iya, kita hampir ketahuan Ibu. Dan aku berhasil menyelamatkan kita dengan alasan sedang bermain petak umpet."Blue tertawa. "Ya, aku selalu pandai dalam hal bersembunyi. Mudah-mudahan kali ini juga berhasil."Setelah beberapa saat, mereka tiba di lokasi kampanye. Kerumunan sudah mulai berkumpul di alun-alun kota, dan panggung besar dengan spanduk bertuliskan "Hartono untuk Presiden" berdiri megah di tengahnya. Rose memarkir van mereka di tempat yang strategis, cukup jauh untuk tidak menarik perhatian, tetapi cukup dekat untuk mengamati dan bertindak.Sky dan Blue keluar dari van dengan perlengkapan mereka. Mereka menemukan tempat yang sempurna untuk mengintai: atap sebuah gedung tua yang memberikan pandangan langsung ke panggung kampanye. Dengan hati-hati,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 141: Kecolongan

    Keesokan harinya, Sky dan Blue mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa hanya mengandalkan kekacauan untuk menghentikan kampanye ayah mereka. Mereka perlu strategi yang lebih cerdas dan lebih efektif."Blue, aku berpikir kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang rencana kampanye Hartono," kata Sky sambil mencatat di sebuah buku catatan. "Karena kita sudah tahu jadwalnya, kita bisa merencanakan aksi kita dengan lebih baik."Blue mengangguk setuju. "Kau benar. Aku akan mencoba mencari informasi tambahan dari sumber-sumber yang aku punya. Sementara itu, kau bisa terus memantau media sosial dan berita untuk setiap perkembangan terbaru."Sky sepakat. "Tentu. Aku juga akan bergerak."Blue tertawa kecil. "Mungkin suatu hari kita benar-benar bisa buka jasa pengacau acara politik."Malam itu, Sky, Blue, Rose, dan Nala berkumpul di pondok. Sementara, Blue dan Rose menginap karena harus menyusun rencana m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 142: Klub pertama Nala

    Sky, Blue, Rose, dan Nala masih merasakan ketegangan dari insiden kekacauan kampanye Hartono. Televisi yang menyiarkan berita tentang peningkatan dukungan publik untuk Hartono setelah kekacauan itu masih menyala, membuat suasana semakin tegang. Mereka duduk dalam keheningan, merenungkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya.Tiba-tiba, suara mesin fax di sudut ruangan mengeluarkan bunyi yang menarik perhatian Rose. Dengan cepat, ia bangkit dari kursinya dan mendekati mesin fax. Gulungan kertas perlahan keluar, dan Rose meraihnya dengan penasaran."Tiger," kata Rose, suaranya penuh kejutan. "Pria itu mengirimkan kita kabar baik."Rose membaca fax itu dengan seksama. Wajahnya perlahan berubah menjadi serius seiring membaca isi fax tersebut. Sky, Blue, dan Nala melihat ekspresi Rose dan segera mendekat untuk mengetahui apa yang terjadi."Apa isinya, Rose?" tanya Blue, penasaran.Rose menjawab dengan santai, seolah sudah menduga isinya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20

Bab terbaru

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 210: Epilog

    Setahun kemudian.. Sky, Nala, dan Bayu, sedang menikmati sore di taman kota. Setelah sekian lama berjuang melawan berbagai tantangan dalam hidup, mereka akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan mereka saat ini. Bayu baru saja mulai bersekolah lagi di SD Matahari bersama teman-temannya, Joana dan Aldo. Mereka tinggal di kompleks yang sama dengan Joana dan Aldo, sehingga setelah berjalan-jalan santai, mereka kembali ke rumah mereka. Anya telah meniti karier yang sukses sebagai direktur Rumah Sakit Besari, mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di komunitas mereka. Elang Group, perusahaan yang dipimpin oleh Blue, atau yang sekarang dikenal sebagai Langit, terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Rose berhasil mendapatkan naturalisasi dan membuka toko bunga yang indah di dekat kompleks tempat tinggal Nala. Tokonya menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang mengagumi keahli

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 209: Hutang yang terbayar

    Tiger, Nala dan Rose tiba di tepi pantai dengan napas terengah-engah, terdengar gemuruh ombak di kejauhan. Mereka menghentikan langkah mereka mendadak ketika mendengar suara letusan yang mengejutkan dari arah dermaga.Dor!Hati Nala berdebar kencang, naluri mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah Sky dan Blue yang terendam di dalam air.Nala, dengan mata berkaca-kaca, berlari mendekati Sky yang terdampar di tepi pantai. Dengan gemetar, dia jatuh berlutut di pasir pantai. Riak air tiba-tiba berhenti, menandakan mereka berdua sudah jauh tenggelam.Nala dan Rose mencoba mendekati tempat kejadian, namun para polisi mencegahnya. Beberapa petugas ada yang menyelam, mencari mereka. Namun, nihil. Tak ada tanda-tanda tubuh mereka ditemukan."Sepertinya mereka terbawa arus," ucap salah satu di antara mereka. "Kami tidak menemukan apapun."Rose dan Nala menjerit tak karuan. Setelah beberapa saat, mereka mencoba menenangkan diri di pin

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 208: Pengejaran

    Sky dan Blue memacu mobil mereka dengan cepat mengejar Hartono yang melarikan diri. Lampu-lampu kota yang masih hidup, berkedip-kedip di sekitar mereka saat mereka melaju melewati jalan-jalan yang ramai. Mereka mengejar mobil Hartono yang berbelok-belok di antara lalu lintas, mencoba untuk tidak kehilangan jejak."Kita hampir mendapatkannya!" seru Sky, matanya tetap fokus pada mobil di depan mereka.Blue, yang duduk di kursi penumpang dengan tegang, mengangguk setuju. "Tetap fokus, Sky. Kita harus menangkapnya sebelum dia bisa kabur lebih jauh."Mereka terus memacu mobil mereka, mengikuti dengan cermat setiap gerakan mobil Hartono. Jalanan mulai sepi ketika mereka mendekati dermaga yang terletak di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan redup di belakang mereka, memantulkan kekhawatiran yang mereka rasakan.Hartono, yang terus melaju dengan cepat, akhirnya memarkir mobilnya di ujung dermaga yang sepi. Dia keluar dengan cepat, menghadapi Sky dan Blue ya

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 207: Sedikit lagi!

    Suara letusan senjata menggelegar di dalam vila yang sunyi, menyela hening pagi yang mulai terang. Tiger, yang menunggu di mobil dengan tegang, mendongak mendengar itu. Dia menatap Nala dengan mata penuh kekhawatiran."Kau merasa gugup?" Tiger bertanya dengan lembut. "Setelah ini, semuanya akan berakhir."Nala, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang, menggeleng pelan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meskipun jantungnya berdegup kencang."Ya, sedikit," jawab Nala akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Kuharap tidak ada yang terluka dari letusan itu."Tiger meraih tangan Nala dengan penuh dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Nala. Kami sudah mendekati akhir dari semua ini."Mereka berdua duduk dalam hening sejenak, mengumpulkan keberanian dan fokus untuk apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.Lalu, tiba-tiba suara radio mengejutkan mereka."Lapor, Tiger.

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 206: Anya berduka

    "Ahhhh!!!" Olivia, dengan hati yang penuh kegelisahan, melihat Pak Was jatuh dari balkon dengan terkejut yang mendalam. "Tidak, tidak. Was!! Was, jangan tinggalkan aku, Was. Jangan pergi! Was! Kau sudah berjanji padaku, Was. Kau harus hidup, jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan akuu!!!"Olivia berteriak histeris, mencoba menjangkau pak Was yang terbaring tak bergerak di tanah. Anya, putrinya yang ketakutan, berlari mendekat untuk menahan ibunya. Namun, dalam kepanikan yang melanda, Olivia terlalu kuat untuk ditahan."Mama, sudah. Jangan seperti ini, atau mama akan jatuh. Ma, tolong. Ayo, ma kita turun. Ma,"Anya bisa melihat dari kejauhan kalau rumahnya sudah dikepung. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi akhir dari perjalanan orang tuanya dalam melakukan kejahatan. Tapi, ia sendiri tidak menyangka akan menyaksikan peristiwa jatuhnya Pak Was. Dari tampilannya, tampaknya tubuh Pak Was sudah tak lagi bernyawa. Pria itu sudah tak lagi bisa diselam

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 205: Selamat tinggal, Pak Was

    Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyisakan langit senja yang memancarkan cahaya oranye dan merah muda yang lembut. Suasana itu memberikan kontras dengan keheningan yang menyelimuti ruangan Hartono yang sepi.Pikirannya melayang ke masa lalu, saat semuanya masih normal. Pak Was, yang selalu setia dan dedikatif dalam pekerjaannya, kini telah mengkhianatinya. Dia merasa kehilangan sosok yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.Hartono menatap foto keluarganya, foto Liliana dan kedua anak kembarnya, di meja kerjanya, sorot matanya tampak penuh penyesalan. Dia berdoa dalam hati, berharap agar Liliana tenang di tempat yang lebih baik.Suasana pagi itu di ruang kerja Hartono memantulkan perasaannya yang campur aduk: kesedihan, penyesalan, dan tekad balas dendam yang membara. Langit fajar yang merona menjadi saksi dari perubahan yang mendalam dalam hidupnya, suatu perubahan yang tidak pernah dia rencanakan atau bayangkan sebelumny

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 204: Meluncur!

    Setelah perjalanan yang tegang dan cepat dari kota menuju vila terpencil di pinggiran hutan, Blue, Nala, Sky, dan Rose tiba di tempat tujuan mereka. Hutan di sekeliling vila memberikan kesan sunyi namun tegang, dengan sinar fajar yang mulai membuat bayangan di balik pohon-pohon rimbun. Mereka turun dari mobil dengan hati-hati, siap untuk bertindak cepat dan efisien, menunggu pasukan lain dan Tiger tiba.Setelah beberapa saat, belasan mobil polisi dan dua mobil yang mengangkut pasukan khusus, mulai berdatangan. Tiger muncul di antara mereka dengan membawa senapan laras panjang dan senyum di wajahnya."Bagaimana? Siap?" pria itu bertanya. "Helikopter sudah dalam perjalanan. Kali ini, Hartono tidak akan kabur.""Bukankah jumlah ini terlalu berlebihan?" Rose tampak melongo dengan sejumlah pasukan yang mengitari mereka. "Memangnya kita menangkap gerombolan orang jahat ya?""Ya, Hartono setara dengan ratusan penjahat, sih. Jadi ini sepadan, hehe."

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 203: Suara letusan

    Anya melangkah dengan cepat di koridor vila, menuju kamar Olivia. Setiap langkah yang ia ambil, membuat ingatannya memainkan gambaran masa lalu yang penuh cahaya, berbeda dengan suasana saat ini yang dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil mencari-cari ibunya, Olivia, yang mungkin masih terlelap dan tidak tahu atas apa yang akan terjadi.Sebagai anak dari Olivia dan Hartono, Anya tumbuh di lingkungan yang sering kali menawarkan lebih banyak teka-teki daripada jawaban. Ayahnya, Hartono, adalah seorang pria yang selalu tampak gelap dan misterius yang dibalut dengan senyum hangatnya, sementara ibunya, Olivia, adalah sosok yang mencoba sekuat tenaga untuk menjaga ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga mereka, tentu saja dengan cara-cara licik yang belakangan Anya ketahui. Namun, situasi yang sering kali tegang dan penuh tekanan telah membuat Anya belajar untuk memilih langkah-langkahnya denga

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 202: Mari tangkap Hartono!

    Suasana malam yang dingin dan tenang menyelimuti kota saat Sky, Nala, Blue, dan Rose menerima telepon darurat dari Anya. Mereka duduk bersama di ruang tengah pondok kayu, tempat mereka kini berkumpul, atmosfer yang sebelumnya santai berubah menjadi tegang seketika. Anya, dengan suara gemetar, memberitahukan bahwa Hartono memergoki istrinya, Olivia, sedang bermesraan dengan Pak Was. Entah bermesraan yang seperti apa, yang pasti Anya tampak takut akan terjadi sesuatu yang buruk.Sky, yang duduk di sofa dengan laptopnya, segera menutup layar dan menatap serius ke arah Blue dan Nala. "Kita harus segera ke sana. Anya bilang dia sudah mengirimkan alamatnya padamu, kan?"Blue, yang biasanya santai, kini tampak tegang. Dia mengangguk cepat. "Aku ambil kunci mobil."Nala, yang sedang mengaduk secangkir teh, menaruh sendoknya perlahan. "Aku ambil kit medis dari lemari."Rose, yang duduk di pojok ruangan dengan buku di tangannya, mengangguk setuju. "Aku ambi

DMCA.com Protection Status