Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Suamiku seorang Mata-Mata: Chapter 101 - Chapter 110

210 Chapters

Bab 101: Semangat, Anya!

Anya bermaksud menyapa mamanya yang sudah lama tidak ditemui beberapa hari karena ia menginap di rumah tunangannya. Dengan semangat, gadis itu menyelinap dari kamar, berjalan pelan-pelan sambil memperhatikan di mana kira-kira Olivia sedang menghabiskan sorenya.Di taman belakang, Anya bisa melihat bayangan mamanya sedang berbicara dengan seseorang. Ia mengenali suara itu. Pak Was, sekretaris pribadi papanya.Anya menyelinap lebih dekat. Senyumnya mengembang meskipun pipinya memar dan matanya sembab.“Tidak bisakah rencana meracuni Hartono dipercepat?”Langkah kaki Anya terhenti. Seketika gadis itu menahan napas, memastikan apakah benar yang sedang bicara adalah mamanya sendiri.“Seluruh negeri sedang mengolok-olok perilakunya. Pemegang saham lain dan dewan pengawas juga pasti gelisah atas video yang beredar. Seandainya kita bisa memanfaatkan kejadian ini dan berhasil, maka Anya bisa segera dilantik menjadi direktur baru dan pemilik sah saham terbesar di Elang Group. Kau tahu pasti hal
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 102: Mari berburu bom!

Pukul dua dini hari, angin malam berhembus dingin dan sepi di sekitar pusat perbelanjaan yang megah dan modern. Mall itu berdiri angkuh dengan jendela-jendela kaca besar dan dinding marmer yang berkilau di bawah sinar bulan. Sudah jelas Hartono cukup banyak menaruh minat dalam pembangunan gedung ini.Dua sosok bayangan bergerak dengan lincah dan penuh kehati-hatian, menyelinap di antara bayang-bayang, mencoba tetap tak terlihat dari para penjaga yang sedang berkeliling.“Tiger bilang, kemungkinan ada tiga titik,” bisik Sky pada Blue, begitu mereka sudah mencapai sudut gedung yang gelap. “Kita harus memastikan semuanya.”“Kalau ditemukan, kau yakin akan langsung menjinakkannya?”Sky mengangguk. “Aku tidak ingin mengambil terlalu banyak risiko, Blue. Sekalipun mungkin ada orang lain yang akan selalu memastikan bom itu tetap di sana, kita sebaiknya mencobanya.”Blue mengangguk sambil mengutak-atik tabletnya. “CCTV sudah kubekukan. Kita mulai
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Bab 103: Misi berhasil, tapi..

Pagi itu, matahari terbit dengan warna oranye keemasan, menyinari pusat perbelanjaan yang akan segera dibuka. Sky, Blue, dan Keep, tiba lebih awal. Mereka membaur menjadi pegawai keamanan yang lain agar lebih leluasa mengintai dan mengawasi mall dari dekat. Semalam, tiga bom sudah berhasil Sky dan Blue lumpuhkan. Kini, mereka bertiga memastikan tidak ada ancaman lain yang tertinggal.Mereka berpencar. Sky mengambil posisi keamanan di lantai satu, menyambut setiap tamu yang memasuki mall. Blue, dengan keahliannya mengawasi banyak orang, berada di ruang kendali CCTV di lantai dua. Keep, yang memiliki insting tajam dan kenekatan, memutuskan berjaga di lantai tiga, dekat pujasera yang diprediksi akan menjadi pusat keramaian.Pukul sembilan pagi, kerumunan mulai berkumpul di depan mall. Orang-orang bersemangat menantikan pembukaan resmi yang telah dinantikan berbulan-bulan. Pihak keamanan dan manajemen mall sibuk memastikan seluruh rangkaian acara berjalan lancar.
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Bab 104: 'Selamat jalan, kawan..'

Sky dan Blue duduk di depan perapian hangat yang menyala mencoba menghangatkan diri dari dinginnya hutan. Sedangkan Nala dan Rose berada di dapur, bersama Bayu, memasak sesuatu.Mereka tidak banyak bicara. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Cahaya api memantul di wajah mereka, menciptakan bayangan yang bergerak pelan di dinding kayu.Sky memandang ke dalam api dengan tatapan kosong. “Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang sudah terjadi,” katanya akhirnya, memecah kesunyian.Blue mengangguk, meskipun ia tidak melihat langsung ke arah kakaknya itu. “Ada yang hilang, rasanya. Seandainya kita bisa memprediksi kehadiran tumbal itu..”Sky menghela nafas berat. “Susah menghilangkan rasa bersalah ini. Apalagi dia salah satu anak yang pernah diasuh oleh ibu.”Blue akhirnya menoleh ke Sky. Matanya memancarkan kepedihan yang sama. “Aku sudah lama tidak memanggilnya Kemal.”“Aku sesekali keceplosan. Dia imut kalau sedang
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

Bab 105: Perasaan Rose

Di dalam pondok kayu Tiger, suasana dapur yang hangat dipenuhi aroma masakan yang sedap. Nala sedang sibuk memasak kari ayam di atas kompor, sementara Bayu, duduk di sofa dan hanyut membaca buku tentang luar angkasa. Rose duduk di meja dapur, menatap Nala dengan mata yang memancarakan kesedihan bercampur kecemasan.“Masakanmu selalu enak, ya, Nala,” kata Rose saat Nala mengaduk panci. Gadis itu mencoba mengalihkan pikirannya dari peristiwa yang terjadi siang ini.“Terima kasih, Rose. Tapi, kau harus tahu. Aku hanya bisa masak kari.”Rose menghela napas, seolah apapun yang dikeluarkan Nala tak menarik perhatiannya. “Aku masih sulit mempercayai kalau Keep sudah pergi. Rasanya seperti mimpi buruk yang tidak pernah berakhir.”“Kau kenal dengan Keep juga?”Rose mengangguk. “Dua tahun aku menginap di rumahnya sebelum memutuskan menyewa apartemenku sendiri agar lebih dekat dengan SD Matahari. Keep mungkin lebih muda dariku. Tapi, dia banyak mera
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 106: Sky tahu..

Malam itu, pondok kayu Tiger tampak sunyi. Hanya derit pintu yang sesekali terbawa angin dan gemerisik dedaunan yang menjadi suara latar kesedihan yang merayap di antara mereka yang berkumpul di sana. Seluruh lampu dimatikan setelah selesai makan malam. Cahaya dari perapian yang temaram menambah suasana duka, mengingatkan mereka pada sosok teman yang baru saja gugur saat menjalankan tugasnya.Bayu meringkuk dalam pelukan Nala. Selain bocah itu, semuanya masih terjaga. Sorot api yang menyala-nyala seolah menarik perhatian mereka dan menguncinya.“Kita setidaknya harus ke panti,” Sky memecah keheningan itu.“Ya, sepertinya memang itu ide bagus,” Blue sepakat. “Tapi, kau saja yang ke sana. Aku tidak terlalu punya ikatan dengan tempat itu.”“Memangnya, kau berada di panti yang berbeda?” tanya Nala, membuat Sky dan Blue berpandangan.“Ya, semacam itu,” Sky menegaskan. “Semisal aku punya gagasan kalau Bayu dititipkan di sana, apakah kau keberat
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 107: Nala dan wiski sialan

Sky memandang kosong ke luar jendela, pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan yang sulit dipecahkan. Kesetiaan Nala yang selama ini ia yakini, mulai mengabur dari pikirannya. Sky tahu, sepuluh tahun adalah waktu yang lama. Ada banyak hal yang mungkin telah berubah dalam kehidupan mereka masing-masing. Tapi, mengapa harus Blue?Sky mengambil sebotol wiski dari lemari penyimpanan Tiger, menuangkan dua gelas penuh, dan berjalan ke arah Nala yang sedang duduk sendirian.“Blue mana?” tanya Sky berusaha terdengar biasa saja.“Dia memutuskan tidur bersama Bayu,” jawab Nala.Sky mencoba tersenyum, meskipun senyum itu terasa dipaksakan. “Bagaimana kalau kita minum sedikit malam ini? Mungkin bisa membantu kita lebih rileks,”Sky menyerahkan salah satu gelas kepada Nala.Nala menatap gelas itu sejenak sebelum mengambilnya. Wajahnya girang bukan main. Sudah lama ia tidak menikmati minuman kesukaannya karena akhir-akhir ini Blue
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 108: Foto yang hilang

Nala terbangun dengan kepala yang berdenyut-denyut, seakan-akan ada palu besar yang terus memukul-mukul dari dalam. Sisa-sisa alkohol semalam masih terasa di mulutnya, pahit dan menyengat. Ini pertama kalinya setelah sekian lama ia minum wiski lagi. Seingatnya, semalam ia sedang heboh membahas rencana masa depan Bayu kalau tidak jadi pengembang teknologi. Mata Nala perlahan membuka, berusaha fokus di ruangan yang tampak asing dan kabur. Pondok kayu yang biasanya nyaman dan hangat, pagi ini terasa dingin. Pusing tak kunjung hilang membuat Nala sulit bangkit dari tempat tidurnya. Ia meringkuk di bawah selimut, merasakan rasa mual yang datang dan pergi. Perutnya melilit seperti ada yang menggeliat di dalamnya. Perlahan-lahan, ia mencoba untuk duduk. Ia tak tahu pasti sekarang sudah pagi atau siang, atau bahkan sore. Kamarnya berada di bawah tanah. Memikirkan sekarang pukul berapa justru menambah rasa pening di kepala Nala. Dengan langkah gon
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 109: Pak Was bimbang

Di suatu pagi, Pak Was duduk di meja kerjanya, di kantor, menatap layar komputer dengan pandangan kosong. Sudah hampir tiga dekade ia bekerja sebagai sekretaris pribadi Hartono. Pekerjaannya itu kini bukan hanya sekedar mengatur jadwal dan mencatat rapat. Ada beban lain yang menekannya seiring berjalannya waktu. Meskipun pikiran jahat Hartono di dasari oleh istrinya, Olivia, secara alami Hartono tumbuh menjadi monster yang lebih jahat lagi. Apalagi dia ceroboh dan tidak bisa berpikir panjang. Pak Was sering membersihkan hal-hal kotor yang sering Hartono lakukan.Beberapa waktu lalu, Olivia sudah memberikan perintah agar Hartono dibunuh. Namun, beberapa kali ini ia selalu gagal melakukannya. Apalagi, Anya selalu menghalangi mereka.“Aku sudah muak dengan semua ini,” Pak Was mengeluh pada Olivia pada suatu sore. “Apa yang harus kita lakukan kalau Anya selalu menghalangi kita?”“Aku pun juga tidak punya ide yang lebih bagus.”Pak Was menatap sorot ma
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 110: Wajah baru Anya

Rumah sakit terlihat cukup ramai. Apalagi unit rawat jalan. Banyak pasien dengan bagian tubuh yang diperban sedang menunggu giliran, duduk di ruang tunggu. Mereka sebagian besaar adalah korban pengeboman yang terjadi beberapa hari yang lalu.Anya, tidak seperti di awal ia bekerja di rumah sakit, menjadi lebih rajin. Gadis itu bahkan membantu anggotanya mengerjakan spesimen dan terkadang ikut mengetik hasil pemeriksaan kalau tidak ada yang melakukannya. Sebagian karena mereka kelewat sibuk. Pasien membludak karena kepercayaan pada rumah sakit naik drastis berkat sumbangsihnya merawat korban bom.Setelah dirasa tidak ada pemeriksaan yang tertinggal, Anya membiarkan May dan Daniar beristirahat. Ia juga pergi dari laboratorium untuk menghirup udara segar.Sesampainya di atap gedung rumah sakit, Anya berjalan ke tepian. Gadis itu menunduk, memperhatikan lalu lalang yang terjadi di lapangan parkir. Ada banyak orang yang menunggui kerabat mereka di sana. Bahkan a
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status