Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Suamiku seorang Mata-Mata: Chapter 81 - Chapter 90

210 Chapters

Bab 81: Berpencar

Blue menginjak pedal gas, mempercepat laju mobil mereka di jalan yang sepi. Rose duduk di kursi samping supir, sambil matanya sibuk dan waspada memeriksa kaca spion. Di kursi belakang, Sky dan Nala memegangi ransel berisikan dokumen dan beberapa hasil rampasan mereka dari brankas rahasia milik Hartono. Mereka berempat, diselimuti ketegangan meskipun sudah berusaha mencairkan suasana beberapa kali. “Di mana kita akan bersembunyi?” Sky memecah keheningan yang sudah ke sekian kali melingkupi mereka. Suaranya cukup tenang, meskipun matanya tampak awas. Blue memfokuskan pandangan tetap pada jalan di depannya. “Kita butuh tempat yang tidak mudah ditemukan. Gudang tua di tengah kota mungkin?” Rose menggelengkan kepala. “Tidak, terlalu dekat. Ingat, Blue. Nala dan Sky tertangkap kamera. Kita tidak bisa kembali ke rumah seperti biasa, apalagi di gudang yang biasanya. Kita butuh tempat yang lebih aman dari itu.” Sky memutar otaknya, mencari so
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Bab 82: Paman tua dengan pondok yang keren

Hari mulai sore. Langit menampakkan siluet jingga yang membuat kabur pandangan Nala. Namun, Sky masih bisa melangkah mantap dan berhati-hati menghindari akar dan lubang yang menghalangi mereka. Langkah mereka cepat, namun masih bisa berhati-hati sambil berusaha untuk menghindari suara berisik yang bisa menarik perhatian manusia atau hewan buas.Tiba-tiba, dari balik semak-semak, muncul seorang paman tua dengan pakaian sederhana dan penuh noda tanah, membawa setumpuk kayu bakar di punggungnya. “Wah, coba lihat apa yang kita punya di sini. Dua orang tersesat di hutan kah? Atau pelancong yang hendak mencari tempat landai untuk berkemah?” tanya paman tua itu dengan senyum lebar di wajahnya. “Tapi, anehnya, hutan liar ini bukan termasuk hutan lindung yang punya perkemahan resmi. Kurasa benar, kalian tersesat.” Sky dan Nala berhenti, terkejut dengan kemunculan mendadak tersebut. “Kami.. kami sedang mencari tempat berlindung,” kata Nala, mencoba menja
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab 83: Identitas pemilik pondok

Sky dan Nala menetap di pondok kayu milik paman tua misterius selama beberapa hari. Nala merasa lega bisa merasakan sedikit kenyamanan dan rasa aman dalam perlindungan si paman tua. Setiap pagi, mereka selalu disambut oleh suara burung dan udara segar hutan yang menenangkan. Gemerisik dedaunan yang bergerak karena angin, tak lagi membuat Nala terkejut. Paman tua itu juga selalu membawakan bahan makanan segar yang diolahnya menjadi berbagai macam makanan hangat. Meskipun rasanya tidak terlalu enak bagi Nala, ia merasa bersyukur. Beberapa kali wanita itu hendak membantu, namun tak pernah diperbolehkan oleh si paman. Hari-hari berlalu dengan tenang. Sky dan Nala memanfaatkan waktu mereka yang panjang untuk mempelajari dokumen-dokumen yang mereka bawa dari brankas Hartono, mencoba mengungkap bukti keterlibatannya dalam pembelian senjata ilegal. Terkadang, secara mengejutkan si paman tua juga membantu mereka petunjuk atau informasi yang berguna, meskipun seringkali dengan cara yang tak d
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Bab 84: Rose dan apartemennya yang menyedihkan

Sementara Sky dan Nala berusaha bersembunyi di dalam pondok kayu di tengah hutan milik Haris, Rose dan Blue melanjutkan pelarian mereka. Di tengah perjalanan, mereka mengganti mobil mereka dengan mobil tua, yang Keep siapkan di dekat gang sempit yang penuh sesak dan menghindari titik rekam CCTV jalan. Setelah mengganti mobil, mereka menelusuri jalanan sepi sepanjang malam, menghindari area yang mungkin dilewati anak buah Hartono berpatroli. “Ke mana kita sekarang?” tanya Rose, duduk di kursi penumpang sambil terus melihat kaca spion untuk memastikan mereka tidak diikuti. “Bayu,” jawab Blue. “Kita harus menjemputnya dulu. Aku tak ingin bocah itu khawatir lebih lama dari ini. Kita sudah telat menjemputnya lebih dari dua jam waktu janjian.” Mata pria itu tetap fokus menyetir. Rose mengangguk, memahami kekhawatiran Blue. “Tempat tinggalmu di dekat sini, kan? Kita harus hati-hati, jangan sampai menarik perhatian.” Blue memperlambat laju mobil saat
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 85: Sky dan Nala mendadak terkenal

Pagi itu, udara hutan terasa segar diiringi sinar mentari hangat menembus pepohonan dan menyeruak ke dalam pondok lewat jendela yang sengaja Nala buka. Sky menyiapkan dua buah cangkir kopi hangat sambil memantau perapian. Nala menghirup dalam-dalam udara hutan yang menenangkan sambil menutup mata, membuang segala kemungkinan buruk yang beberapa kali ia mimpikan belakangan ini. Ketenangan itu, tiba-tiba terganggu oleh kedatangan Haris, paman tua pemilik pondok kayu. Ia masuk ke dalam sambil tergopoh-gopoh dan membawa koran. Wajanya serius. “Kalian harus melihat ini,” katanya, yang terdengar seperti perintah bagi siapa saja yang mendengarnya. Pria itu meletakkan koran yang ia bawa di atas meja sehingga Nala dan Sky bisa melihatnya bersama. Sky meletakkan teko yang berisi kopi yang sudah siap dituang dan mendekati koran yang kini menarik perhatiannya. Di halaman depan koran itu, terpampang jelas foto Nala dan Sky yang tengah kabur dari taman, dan di bawahn
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bab 86: Blue dan alkohol (kali ini, Blue tidak mengumpat)

Malam semakin larut di apartemen Rose yang kecil. Bayu sudah tertidur lelap di kamar, memberi sedikit kelegaan bagi Rose dan Blue yang masih terjaga di ruang tamu. Mereka duduk di sofa sambil meminum sekaleng bir, dalam keheningan. Malam sesekali dipecahkan oleh bunyi kendaraan dari jalan raya yang jauh. “Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Blue, berusaha mencairkan suasana. “Tak terlalu banyak. Aldo, Joana, dan Shasti.. ah, sebenarnya seluruh murid di kelas, mencecarku agar memberitahu keberadaan Bayu. Mereka khawatir karena namanya juga sempat muncul di koran dan di seluruh tv nasional sebagai anak pasangan teroris.” Blue menghela nafas dalam-dalam, sambil memperhatikan pintu kamar tempat Bayu tertidur. “Anak itu harus menanggung beban sekompleks ini di usianya yang masih muda. Aku pasti sudah gila kalau jadi dia.” “Untungnya, dia bukan kau,” sahut Rose. Blue tersenyum kecil. “Aku bersyukur bocah itu benar-benar mirip ayahnya. Sky adalah
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Bab 87: Saatnya merusak citra bangsawan

Di tengah hutan, Sky dan Nala masih menetap di pondok kayu. Mereka berdua tak pernah sama sekali keluar dari sana. Kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan hanya menekuri dokumen, masak, dan makan. Tentu saja, sesekali mereka bercinta. Nala menarik dirinya. Wajahnya hangat, diterpa hembusan nafas Sky. “Ngomong-ngomong..” ucap Nala, sambil berusaha menahan desahan. “..kita harus mengunggah video itu.. hari ini.” Sky mengulum bibir istrinya. Mereka berguling, menjatuhkan bantal ke lantai. Selimut yang menutupi tubuh mereka ikut tersingkap. Kini, mereka tak mengenakan apapun lagi. “Nala.. biarkan aku menikmatimu sementara waktu..” Sky kembali mengecup. “Hari ini, kau begitu memukau.” “Oh, apakah aku cuma objek bagimu?” Sky mendengus dan menggeliat. Nala menggigit bibir bawahnya, menahan kenikmatan itu. “Kau akan selalu menjadi milikku, sayang. Rasakanlah hukuman ini seumur hidupmu.” “Kau memang benar-benar pria mengerikan..” b
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Bab 88: 'Lama tak bertemu, yah. Kuceramahi, boleh?'

Blue merayap masuk ke dalam kastil megah yang sudah lama ia tinggalkan. Pria itu menyatu dalam bayangan malam di kegelapan, berhati-hati mengambil langkah. Ia sudah berada di luar cukup lama, menunggu Hartono, Olivia dan Anya selesai makan malam. Dari luar, Blue bisa mendengar cekcok yang terjadi di antara suami istri tersebut terkait video yang dibicarakan seluruh negeri. Anya beberapa kali terbatuk, menandakan kalau gadis itu tampak tak nyaman berada di sana dan berusaha keras tidak menangis. Setelah hentakan kasar Hartono menghempas meja makan, makan malam itu berakhir. Satu persatu, mereka meninggalkan ruangan dan pergi ke kemar masing-masing. Begitupun Hartono. Blue mengikuti langkah kaki Hartono di balik tembok rumahnya yang kokoh. Blue sempat terhenti sejenak dan mendengar suara ayahnya menyalakan cerutu, diiringi umpatan lirih. Setelah beberapa saat, Blue memanjat dinding rumah Hartono menggunakan tali yang dikaitkan di pagar balkon ruang kerja Hartono.
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Bab 89: Dokumen tebal memuakkan

Masih di pondok kayu Haris, Nala dan Sky masih menggeluti beberapa dokumen yang masih belum mereka pecahkan. Setidaknya, setelah adanya nama klub, mereka optimis akan mendapatkan hal lain selain nama-nama pejabat yang terlibat. “Aku tak menyangka harus membaca salah satu ketua partai koalisi menjadi salah satu dari para cecunguk ini. Memang omset perdagangan senjata ilegal berapa?” Nala, dengan wajah yang lelah dan jenuh, bertanya pada Sky yang sedang serius membaca koran. Pria itu memastikan perkembangan kasus yang menyebabkan mereka berdua menjadi pasangan suami istri buron dan berbahaya. “Hmm..” Sky berpikir. “Seratus dua puluh?” “Milyar?” Senyum tipis Sky mengembang di wajahnya. “Triliun, sayang. Kalau cuma milyar, terlalu sedikit dapatnya dengan risiko sebesar itu.” Rahang Nala terbuka lebar. Ia bahkan lupa sesaat cara menutup mulutnya karena serangan mendadak tak terlihat yang membuat darahnya mendidih. “Ko
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 90: Selamat tinggal, Putri Bling-Bling

Blue mengambil alih tugas Sky sebagai Ferdian di rumah sakit. Meskipun awalnya cukup canggung, pria itu berhasil menyamar tanpa dicurigai. Bahkan, beberapa kali ia berjumpa dengan Anya. Gadis enerjik dan genit itu sama sekali tidak menangkap perubahan signifikan yang terjadi pada dokter yang dikaguminya. Dalam hati, Blue puas atas pencapaian itu. Usai menandatangani formulir permintaan laboratorium, Blue bergegas menelepon ruangan. Baru setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia menyadari beberapa perawat sedang bergosip. “Aku masih nggak percaya, loh, kalau admin lab kita ternyata teroris.” ucap perawat satu. “Padahal aslinya dia baik banget. Malah naif,” sahut perawat dua. “Eh, tapi bukannya dia pernah menjambak dokter Anya, ya? Dia, kan, terakhir bekerja kena kasus itu. Baru buron di masa hukumannya,” perawat satu mengingatkan. “Aku curiga itu salah satu kode yang ia berikan kalau dia punya niat membuat gaduh Elang Group,” perawat tig
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status