Share

Bab 81: Berpencar

Penulis: sweetchocosin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-27 18:34:01

Blue menginjak pedal gas, mempercepat laju mobil mereka di jalan yang sepi. Rose duduk di kursi samping supir, sambil matanya sibuk dan waspada memeriksa kaca spion. Di kursi belakang, Sky dan Nala memegangi ransel berisikan dokumen dan beberapa hasil rampasan mereka dari brankas rahasia milik Hartono.

Mereka berempat, diselimuti ketegangan meskipun sudah berusaha mencairkan suasana beberapa kali.

“Di mana kita akan bersembunyi?” Sky memecah keheningan yang sudah ke sekian kali melingkupi mereka. Suaranya cukup tenang, meskipun matanya tampak awas.

Blue memfokuskan pandangan tetap pada jalan di depannya. “Kita butuh tempat yang tidak mudah ditemukan. Gudang tua di tengah kota mungkin?”

Rose menggelengkan kepala. “Tidak, terlalu dekat. Ingat, Blue. Nala dan Sky tertangkap kamera. Kita tidak bisa kembali ke rumah seperti biasa, apalagi di gudang yang biasanya. Kita butuh tempat yang lebih aman dari itu.”

Sky memutar otaknya, mencari so
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 82: Paman tua dengan pondok yang keren

    Hari mulai sore. Langit menampakkan siluet jingga yang membuat kabur pandangan Nala. Namun, Sky masih bisa melangkah mantap dan berhati-hati menghindari akar dan lubang yang menghalangi mereka. Langkah mereka cepat, namun masih bisa berhati-hati sambil berusaha untuk menghindari suara berisik yang bisa menarik perhatian manusia atau hewan buas.Tiba-tiba, dari balik semak-semak, muncul seorang paman tua dengan pakaian sederhana dan penuh noda tanah, membawa setumpuk kayu bakar di punggungnya. “Wah, coba lihat apa yang kita punya di sini. Dua orang tersesat di hutan kah? Atau pelancong yang hendak mencari tempat landai untuk berkemah?” tanya paman tua itu dengan senyum lebar di wajahnya. “Tapi, anehnya, hutan liar ini bukan termasuk hutan lindung yang punya perkemahan resmi. Kurasa benar, kalian tersesat.” Sky dan Nala berhenti, terkejut dengan kemunculan mendadak tersebut. “Kami.. kami sedang mencari tempat berlindung,” kata Nala, mencoba menja

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 83: Identitas pemilik pondok

    Sky dan Nala menetap di pondok kayu milik paman tua misterius selama beberapa hari. Nala merasa lega bisa merasakan sedikit kenyamanan dan rasa aman dalam perlindungan si paman tua. Setiap pagi, mereka selalu disambut oleh suara burung dan udara segar hutan yang menenangkan. Gemerisik dedaunan yang bergerak karena angin, tak lagi membuat Nala terkejut. Paman tua itu juga selalu membawakan bahan makanan segar yang diolahnya menjadi berbagai macam makanan hangat. Meskipun rasanya tidak terlalu enak bagi Nala, ia merasa bersyukur. Beberapa kali wanita itu hendak membantu, namun tak pernah diperbolehkan oleh si paman. Hari-hari berlalu dengan tenang. Sky dan Nala memanfaatkan waktu mereka yang panjang untuk mempelajari dokumen-dokumen yang mereka bawa dari brankas Hartono, mencoba mengungkap bukti keterlibatannya dalam pembelian senjata ilegal. Terkadang, secara mengejutkan si paman tua juga membantu mereka petunjuk atau informasi yang berguna, meskipun seringkali dengan cara yang tak d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 84: Rose dan apartemennya yang menyedihkan

    Sementara Sky dan Nala berusaha bersembunyi di dalam pondok kayu di tengah hutan milik Haris, Rose dan Blue melanjutkan pelarian mereka. Di tengah perjalanan, mereka mengganti mobil mereka dengan mobil tua, yang Keep siapkan di dekat gang sempit yang penuh sesak dan menghindari titik rekam CCTV jalan. Setelah mengganti mobil, mereka menelusuri jalanan sepi sepanjang malam, menghindari area yang mungkin dilewati anak buah Hartono berpatroli. “Ke mana kita sekarang?” tanya Rose, duduk di kursi penumpang sambil terus melihat kaca spion untuk memastikan mereka tidak diikuti. “Bayu,” jawab Blue. “Kita harus menjemputnya dulu. Aku tak ingin bocah itu khawatir lebih lama dari ini. Kita sudah telat menjemputnya lebih dari dua jam waktu janjian.” Mata pria itu tetap fokus menyetir. Rose mengangguk, memahami kekhawatiran Blue. “Tempat tinggalmu di dekat sini, kan? Kita harus hati-hati, jangan sampai menarik perhatian.” Blue memperlambat laju mobil saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 85: Sky dan Nala mendadak terkenal

    Pagi itu, udara hutan terasa segar diiringi sinar mentari hangat menembus pepohonan dan menyeruak ke dalam pondok lewat jendela yang sengaja Nala buka. Sky menyiapkan dua buah cangkir kopi hangat sambil memantau perapian. Nala menghirup dalam-dalam udara hutan yang menenangkan sambil menutup mata, membuang segala kemungkinan buruk yang beberapa kali ia mimpikan belakangan ini. Ketenangan itu, tiba-tiba terganggu oleh kedatangan Haris, paman tua pemilik pondok kayu. Ia masuk ke dalam sambil tergopoh-gopoh dan membawa koran. Wajanya serius. “Kalian harus melihat ini,” katanya, yang terdengar seperti perintah bagi siapa saja yang mendengarnya. Pria itu meletakkan koran yang ia bawa di atas meja sehingga Nala dan Sky bisa melihatnya bersama. Sky meletakkan teko yang berisi kopi yang sudah siap dituang dan mendekati koran yang kini menarik perhatiannya. Di halaman depan koran itu, terpampang jelas foto Nala dan Sky yang tengah kabur dari taman, dan di bawahn

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 86: Blue dan alkohol (kali ini, Blue tidak mengumpat)

    Malam semakin larut di apartemen Rose yang kecil. Bayu sudah tertidur lelap di kamar, memberi sedikit kelegaan bagi Rose dan Blue yang masih terjaga di ruang tamu. Mereka duduk di sofa sambil meminum sekaleng bir, dalam keheningan. Malam sesekali dipecahkan oleh bunyi kendaraan dari jalan raya yang jauh. “Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Blue, berusaha mencairkan suasana. “Tak terlalu banyak. Aldo, Joana, dan Shasti.. ah, sebenarnya seluruh murid di kelas, mencecarku agar memberitahu keberadaan Bayu. Mereka khawatir karena namanya juga sempat muncul di koran dan di seluruh tv nasional sebagai anak pasangan teroris.” Blue menghela nafas dalam-dalam, sambil memperhatikan pintu kamar tempat Bayu tertidur. “Anak itu harus menanggung beban sekompleks ini di usianya yang masih muda. Aku pasti sudah gila kalau jadi dia.” “Untungnya, dia bukan kau,” sahut Rose. Blue tersenyum kecil. “Aku bersyukur bocah itu benar-benar mirip ayahnya. Sky adalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 87: Saatnya merusak citra bangsawan

    Di tengah hutan, Sky dan Nala masih menetap di pondok kayu. Mereka berdua tak pernah sama sekali keluar dari sana. Kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan hanya menekuri dokumen, masak, dan makan. Tentu saja, sesekali mereka bercinta. Nala menarik dirinya. Wajahnya hangat, diterpa hembusan nafas Sky. “Ngomong-ngomong..” ucap Nala, sambil berusaha menahan desahan. “..kita harus mengunggah video itu.. hari ini.” Sky mengulum bibir istrinya. Mereka berguling, menjatuhkan bantal ke lantai. Selimut yang menutupi tubuh mereka ikut tersingkap. Kini, mereka tak mengenakan apapun lagi. “Nala.. biarkan aku menikmatimu sementara waktu..” Sky kembali mengecup. “Hari ini, kau begitu memukau.” “Oh, apakah aku cuma objek bagimu?” Sky mendengus dan menggeliat. Nala menggigit bibir bawahnya, menahan kenikmatan itu. “Kau akan selalu menjadi milikku, sayang. Rasakanlah hukuman ini seumur hidupmu.” “Kau memang benar-benar pria mengerikan..” b

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 88: 'Lama tak bertemu, yah. Kuceramahi, boleh?'

    Blue merayap masuk ke dalam kastil megah yang sudah lama ia tinggalkan. Pria itu menyatu dalam bayangan malam di kegelapan, berhati-hati mengambil langkah. Ia sudah berada di luar cukup lama, menunggu Hartono, Olivia dan Anya selesai makan malam. Dari luar, Blue bisa mendengar cekcok yang terjadi di antara suami istri tersebut terkait video yang dibicarakan seluruh negeri. Anya beberapa kali terbatuk, menandakan kalau gadis itu tampak tak nyaman berada di sana dan berusaha keras tidak menangis. Setelah hentakan kasar Hartono menghempas meja makan, makan malam itu berakhir. Satu persatu, mereka meninggalkan ruangan dan pergi ke kemar masing-masing. Begitupun Hartono. Blue mengikuti langkah kaki Hartono di balik tembok rumahnya yang kokoh. Blue sempat terhenti sejenak dan mendengar suara ayahnya menyalakan cerutu, diiringi umpatan lirih. Setelah beberapa saat, Blue memanjat dinding rumah Hartono menggunakan tali yang dikaitkan di pagar balkon ruang kerja Hartono.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 89: Dokumen tebal memuakkan

    Masih di pondok kayu Haris, Nala dan Sky masih menggeluti beberapa dokumen yang masih belum mereka pecahkan. Setidaknya, setelah adanya nama klub, mereka optimis akan mendapatkan hal lain selain nama-nama pejabat yang terlibat. “Aku tak menyangka harus membaca salah satu ketua partai koalisi menjadi salah satu dari para cecunguk ini. Memang omset perdagangan senjata ilegal berapa?” Nala, dengan wajah yang lelah dan jenuh, bertanya pada Sky yang sedang serius membaca koran. Pria itu memastikan perkembangan kasus yang menyebabkan mereka berdua menjadi pasangan suami istri buron dan berbahaya. “Hmm..” Sky berpikir. “Seratus dua puluh?” “Milyar?” Senyum tipis Sky mengembang di wajahnya. “Triliun, sayang. Kalau cuma milyar, terlalu sedikit dapatnya dengan risiko sebesar itu.” Rahang Nala terbuka lebar. Ia bahkan lupa sesaat cara menutup mulutnya karena serangan mendadak tak terlihat yang membuat darahnya mendidih. “Ko

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03

Bab terbaru

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 210: Epilog

    Setahun kemudian.. Sky, Nala, dan Bayu, sedang menikmati sore di taman kota. Setelah sekian lama berjuang melawan berbagai tantangan dalam hidup, mereka akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan mereka saat ini. Bayu baru saja mulai bersekolah lagi di SD Matahari bersama teman-temannya, Joana dan Aldo. Mereka tinggal di kompleks yang sama dengan Joana dan Aldo, sehingga setelah berjalan-jalan santai, mereka kembali ke rumah mereka. Anya telah meniti karier yang sukses sebagai direktur Rumah Sakit Besari, mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di komunitas mereka. Elang Group, perusahaan yang dipimpin oleh Blue, atau yang sekarang dikenal sebagai Langit, terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Rose berhasil mendapatkan naturalisasi dan membuka toko bunga yang indah di dekat kompleks tempat tinggal Nala. Tokonya menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang mengagumi keahli

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 209: Hutang yang terbayar

    Tiger, Nala dan Rose tiba di tepi pantai dengan napas terengah-engah, terdengar gemuruh ombak di kejauhan. Mereka menghentikan langkah mereka mendadak ketika mendengar suara letusan yang mengejutkan dari arah dermaga.Dor!Hati Nala berdebar kencang, naluri mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah Sky dan Blue yang terendam di dalam air.Nala, dengan mata berkaca-kaca, berlari mendekati Sky yang terdampar di tepi pantai. Dengan gemetar, dia jatuh berlutut di pasir pantai. Riak air tiba-tiba berhenti, menandakan mereka berdua sudah jauh tenggelam.Nala dan Rose mencoba mendekati tempat kejadian, namun para polisi mencegahnya. Beberapa petugas ada yang menyelam, mencari mereka. Namun, nihil. Tak ada tanda-tanda tubuh mereka ditemukan."Sepertinya mereka terbawa arus," ucap salah satu di antara mereka. "Kami tidak menemukan apapun."Rose dan Nala menjerit tak karuan. Setelah beberapa saat, mereka mencoba menenangkan diri di pin

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 208: Pengejaran

    Sky dan Blue memacu mobil mereka dengan cepat mengejar Hartono yang melarikan diri. Lampu-lampu kota yang masih hidup, berkedip-kedip di sekitar mereka saat mereka melaju melewati jalan-jalan yang ramai. Mereka mengejar mobil Hartono yang berbelok-belok di antara lalu lintas, mencoba untuk tidak kehilangan jejak."Kita hampir mendapatkannya!" seru Sky, matanya tetap fokus pada mobil di depan mereka.Blue, yang duduk di kursi penumpang dengan tegang, mengangguk setuju. "Tetap fokus, Sky. Kita harus menangkapnya sebelum dia bisa kabur lebih jauh."Mereka terus memacu mobil mereka, mengikuti dengan cermat setiap gerakan mobil Hartono. Jalanan mulai sepi ketika mereka mendekati dermaga yang terletak di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan redup di belakang mereka, memantulkan kekhawatiran yang mereka rasakan.Hartono, yang terus melaju dengan cepat, akhirnya memarkir mobilnya di ujung dermaga yang sepi. Dia keluar dengan cepat, menghadapi Sky dan Blue ya

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 207: Sedikit lagi!

    Suara letusan senjata menggelegar di dalam vila yang sunyi, menyela hening pagi yang mulai terang. Tiger, yang menunggu di mobil dengan tegang, mendongak mendengar itu. Dia menatap Nala dengan mata penuh kekhawatiran."Kau merasa gugup?" Tiger bertanya dengan lembut. "Setelah ini, semuanya akan berakhir."Nala, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang, menggeleng pelan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meskipun jantungnya berdegup kencang."Ya, sedikit," jawab Nala akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Kuharap tidak ada yang terluka dari letusan itu."Tiger meraih tangan Nala dengan penuh dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Nala. Kami sudah mendekati akhir dari semua ini."Mereka berdua duduk dalam hening sejenak, mengumpulkan keberanian dan fokus untuk apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.Lalu, tiba-tiba suara radio mengejutkan mereka."Lapor, Tiger.

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 206: Anya berduka

    "Ahhhh!!!" Olivia, dengan hati yang penuh kegelisahan, melihat Pak Was jatuh dari balkon dengan terkejut yang mendalam. "Tidak, tidak. Was!! Was, jangan tinggalkan aku, Was. Jangan pergi! Was! Kau sudah berjanji padaku, Was. Kau harus hidup, jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan akuu!!!"Olivia berteriak histeris, mencoba menjangkau pak Was yang terbaring tak bergerak di tanah. Anya, putrinya yang ketakutan, berlari mendekat untuk menahan ibunya. Namun, dalam kepanikan yang melanda, Olivia terlalu kuat untuk ditahan."Mama, sudah. Jangan seperti ini, atau mama akan jatuh. Ma, tolong. Ayo, ma kita turun. Ma,"Anya bisa melihat dari kejauhan kalau rumahnya sudah dikepung. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi akhir dari perjalanan orang tuanya dalam melakukan kejahatan. Tapi, ia sendiri tidak menyangka akan menyaksikan peristiwa jatuhnya Pak Was. Dari tampilannya, tampaknya tubuh Pak Was sudah tak lagi bernyawa. Pria itu sudah tak lagi bisa diselam

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 205: Selamat tinggal, Pak Was

    Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyisakan langit senja yang memancarkan cahaya oranye dan merah muda yang lembut. Suasana itu memberikan kontras dengan keheningan yang menyelimuti ruangan Hartono yang sepi.Pikirannya melayang ke masa lalu, saat semuanya masih normal. Pak Was, yang selalu setia dan dedikatif dalam pekerjaannya, kini telah mengkhianatinya. Dia merasa kehilangan sosok yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.Hartono menatap foto keluarganya, foto Liliana dan kedua anak kembarnya, di meja kerjanya, sorot matanya tampak penuh penyesalan. Dia berdoa dalam hati, berharap agar Liliana tenang di tempat yang lebih baik.Suasana pagi itu di ruang kerja Hartono memantulkan perasaannya yang campur aduk: kesedihan, penyesalan, dan tekad balas dendam yang membara. Langit fajar yang merona menjadi saksi dari perubahan yang mendalam dalam hidupnya, suatu perubahan yang tidak pernah dia rencanakan atau bayangkan sebelumny

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 204: Meluncur!

    Setelah perjalanan yang tegang dan cepat dari kota menuju vila terpencil di pinggiran hutan, Blue, Nala, Sky, dan Rose tiba di tempat tujuan mereka. Hutan di sekeliling vila memberikan kesan sunyi namun tegang, dengan sinar fajar yang mulai membuat bayangan di balik pohon-pohon rimbun. Mereka turun dari mobil dengan hati-hati, siap untuk bertindak cepat dan efisien, menunggu pasukan lain dan Tiger tiba.Setelah beberapa saat, belasan mobil polisi dan dua mobil yang mengangkut pasukan khusus, mulai berdatangan. Tiger muncul di antara mereka dengan membawa senapan laras panjang dan senyum di wajahnya."Bagaimana? Siap?" pria itu bertanya. "Helikopter sudah dalam perjalanan. Kali ini, Hartono tidak akan kabur.""Bukankah jumlah ini terlalu berlebihan?" Rose tampak melongo dengan sejumlah pasukan yang mengitari mereka. "Memangnya kita menangkap gerombolan orang jahat ya?""Ya, Hartono setara dengan ratusan penjahat, sih. Jadi ini sepadan, hehe."

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 203: Suara letusan

    Anya melangkah dengan cepat di koridor vila, menuju kamar Olivia. Setiap langkah yang ia ambil, membuat ingatannya memainkan gambaran masa lalu yang penuh cahaya, berbeda dengan suasana saat ini yang dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil mencari-cari ibunya, Olivia, yang mungkin masih terlelap dan tidak tahu atas apa yang akan terjadi.Sebagai anak dari Olivia dan Hartono, Anya tumbuh di lingkungan yang sering kali menawarkan lebih banyak teka-teki daripada jawaban. Ayahnya, Hartono, adalah seorang pria yang selalu tampak gelap dan misterius yang dibalut dengan senyum hangatnya, sementara ibunya, Olivia, adalah sosok yang mencoba sekuat tenaga untuk menjaga ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga mereka, tentu saja dengan cara-cara licik yang belakangan Anya ketahui. Namun, situasi yang sering kali tegang dan penuh tekanan telah membuat Anya belajar untuk memilih langkah-langkahnya denga

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 202: Mari tangkap Hartono!

    Suasana malam yang dingin dan tenang menyelimuti kota saat Sky, Nala, Blue, dan Rose menerima telepon darurat dari Anya. Mereka duduk bersama di ruang tengah pondok kayu, tempat mereka kini berkumpul, atmosfer yang sebelumnya santai berubah menjadi tegang seketika. Anya, dengan suara gemetar, memberitahukan bahwa Hartono memergoki istrinya, Olivia, sedang bermesraan dengan Pak Was. Entah bermesraan yang seperti apa, yang pasti Anya tampak takut akan terjadi sesuatu yang buruk.Sky, yang duduk di sofa dengan laptopnya, segera menutup layar dan menatap serius ke arah Blue dan Nala. "Kita harus segera ke sana. Anya bilang dia sudah mengirimkan alamatnya padamu, kan?"Blue, yang biasanya santai, kini tampak tegang. Dia mengangguk cepat. "Aku ambil kunci mobil."Nala, yang sedang mengaduk secangkir teh, menaruh sendoknya perlahan. "Aku ambil kit medis dari lemari."Rose, yang duduk di pojok ruangan dengan buku di tangannya, mengangguk setuju. "Aku ambi

DMCA.com Protection Status