All Chapters of My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri): Chapter 71 - Chapter 80

183 Chapters

Terungkap

"Al?""Ya, Ta kenapa?" Alan berteriak dari dalam kamar, menjawab Gita yang ada di walk in closet."Boleh tolong bantu tarik resletingnya? Aku gak nyampai." Gita berjalan dari walk in closet sudah dengan dandanan lengkap, minus tas tangan dan baju yang belum sempurna.Hal itu membuat Alan yang baru keluar dari kamar mandi berdecak pelan. Dalam keadaan begitu saja, dia sudah tertegun melihat sang istri yang terlihat makin cantik. Belum lagi ketika Alan dihadapkan dengan punggung putih mulus istrinya."Al?" Gita memanggil suaminya lagi."Hah? Ya?""Aku minta tolong resleting bajuku, Al. Kamu kenapa sih bengong mulu?"Alan berdehem pelan setelah mengatakan permohonan maaf karena suaranya sedikit serak. Dengan hati-hati dia membantu Gita. Sebisa mungkin Alan berusaha tidak menyentuh kulit istrinya, namun gagal.Gita menahan napas ketika kulitnya bersentuhan ringan dengan tangan Alan. Dirinya tidak bisa memungkiri kalau dia juga sebenarnya sudah ingin, tapi acara malam ini membuatnya harus
Read more

Tamu Tak Terduga

Julie dan Isabella refleks menoleh ke arah Erik dan Anton, kemudian beralih ke Alan. Menatap tiga orang itu bergantian. Alex tidak lagi terkejut dengan fakta itu, karena dia sudah menyelidiki tentang Alan dan menyimpan informasi itu untuk diri sendiri."Mungkin Mas Alex, Mbak Julie dan Gita mungkin belum tahu. Tapi, saya ini bukan ayah kandung Alan. Beliau ini yang ayah kandung Alan." Anton memberikan penjelasan panjang lebar yang makin membingungkan.Bukan bingung karena tidak mengerti, tapi karena hubungan yang disebutkan barusan sangatlah berbelit. Berbelit layaknya benang kust, yang membuat pusing."Pak Erik mungkin sudah tahu, Alan sudah menikah dengan Gita. Putrinya Mas Alex dan Mbak Julie." Anton kembali menjelaskan.Alan tidak mengerti, kenapa juga ayah tirinya harus repot menjelaskan pada orang di depannya itu. Erik selama ini tidak pernah menganggapnya ada, bahkan mungkin baru mengingat dirinya beberapa menit lalu."Oh, benarkah?" tanya Gita pura-pura kaget. "Benar begitu, A
Read more

Orang dari Masa Lalu

"Ke mana sih anak itu?" Eza bergumam kesal sembari mencari Gita di tengah kerumunan tamu pesta.Begitu mendengar Gita akan menghadiri pesta ulang tahun perusahaan sampai selesai, Eza yang tiap tahun dapat undangan namun tidak pernah hadir, malah mengikuti jejak sahabatnya. Eza khawatir dengan sang sahabat, apalagi dengan tamu undangan yang sebanyak ini."Ah, sialan. Tahu begini aku tidak akan datang." Eza langsung mengeluh ketika melihat Gita dan Alan berjalan berdampingan, menuju ke araha pintu keluar.Eza baru saja akan menyusul pasangan itu, ketika dia melihat sosok familiar mendekat ke arah pintu. Umpatan refleks keluar dari bibir penuh milik Eza. Niatnya, dia ingin segera mengarah ke pintu keluar, tapi beberapa orang menahannya dan mengajak berfoto bersama.Sayang sekali dia agak terlambat. Ketika Eza berhasil keluar, dia sudah melihat sang sahabat beserta suami, berhadapan dengan lelaki yang tadi dia lihat."Hei, menjauh dari Gita." Eza berteriak dan mendorong lelaki itu dengan
Read more

Selingkuh

"Sialan." Alan mengumpat, ketika mengingat cerita Eza yang singkat.Bukannya Eza tidak mau menceritakan semuanya, tapi dia juga hanya tahu sedikit. Dia hanya tahu Zayn selingkuh dan tentang keterlibatannya dalam kasus waktu itu. Hal yang membuat Gita mengajak Eza pindah sekolah.Itu pun Eza baru setuju pindah sekolah, setelah perjanjian mutualisme yang mereka setujui bersama. Eza akan selalu ada jika Gita membutukan dan Gita akan menjamin hidup Eza.Selebihnya, Gita tidak memberitahu lagi. Eza cukup bijaksana dengan tidak bertanya lebih, karena itu bisa saja membuat Gita mengingat hal yang membuatnya trauma. Persetujuan mereka pun tidak ada yang tahu, sampai saat ini hanya Alan yang tahu."Aku akan membunuh lelaki itu kalau ketemu nanti," ucap Alan yang menekan pin pintu apartemen. Eza yang memberinya pin tadi.Apartemen itu hening, karena Gita masih tidur. Dia ingin sekali mengintip ke dalam kamar, tapi takut akan membangunkan Gita dan membuatnya ketakutan lagi.Akhirnya Alan memutus
Read more

Membujuk

"Halo." Eza yang masih tidur menjawab teleponnya dengan malas-malasan."Aduh, Mbak Eza kok masih tidur sih? Bangun Mbak, ini bukan waktunya buat tidur."Eza menjauhkan ponselnya dan melihat nama penelpon dan jam yang tertera di ponselm sebelum mengajukan protes. "Ini baru mau jam tujuh pagi Win dan ini hari sabtu. Belum saatnya aku bangun.""Aduh, mending Mbak bangun sekarang dan lihat berita deh. Mbak jadi headline lagi loh dan haters makin menghujat." Suara Erwin salah satu kru Eza yang melambai, membuat perempuan itu membuka mata dengan lebar.Eza langsung mematikan telepon, tidak peduli pada Erwin yang masih berceloteh. Dengan cepat dia membuka salah satu portal infoteiment dan langsung mengumpat setelah membaca headline.Tanpa pikir panjang, Eza berlari ke kamar mandi sambil menelepon Alan. Dia kembali mengumpat ketika ponsel lelaki itu tidak aktif. Apalagi Gita juga tidak mengangkat teleponnya.“Sialan. Gita pasti sudah baca.” Dengan panik Eza bergegas mandi dan pergi menemui
Read more

Bukti

Alan yang hendak duduk lagi di lantai, langsung kembali berdiri. Napasnya tertahan dan bibirnya sedikit terbuka. Dipandanginya wanitanya yang berdiri di ambang pintu. Wajah cemas Gita membuatnya tersenyum."Sudah mau makan malam?" Alan mengedikan dagu pada kenop pintu bagian luar.Gita mengalihkan pandangan pada kenop pintu dan menemukan dua kantongan di sana. Dilihat dari ukurannya, masing-masing kantongan hanya berisi satu porsi makanan. Mata Gita yang sedari tadi berair, jadi makin berair lagi.Alan memesankan makanan hanya untuk Gita seorang. Lelaki itu sepertinya hanya memikirkan Gita dan tidak memikirkan perutnya sendiri."Kamu dari tadi di sini?" tanya Gita dengan suara lirih."Gak juga sih. Tadi aku sempat ke lobi buat ambil pesanan dan buang air kecil juga." Alan menjawab canggung."Eh, kenapa nangis?" Dalam sekejap Alan langsung jadi panik, melihat sang istri sudah menangis."Aku ... aku ... Aku juga gak tahu." Gita melap air matanya yang berjatuhan dengan asal.Gita tidak
Read more

Akhirnya

Oke. Tadi Gita memang sudah mengiyakan pertanyaan Alan yang mesum. Itu pun dia perlu waktu lumayan lama untuk mengangguk setuju. Tapi, Gita tidak pernah berpikir kalau dia akan berada di situasi seperti ini.Gita pernah membaca hal-hal romantis dari novel online dan menonton film. Itu pun adegannya kadang disensor atau dipotong. Jadi, Gita sama sekali tidak pernah punya bayangan. Terlebih mereka melakukannya di kamar mandi.Bunyi kecipak air mengiringi setiap gerakan salah tingkah Gita. Dirinya ingin membebaskan diri dari Alan yang memeluknya dari belakang, tapi tidak bisa. Pelukan lelaki itu terasa erat dan ruang gerak Gita dibatasi bathtub sempit penuh busa. Sempit karena ada dua orang di dalamnya."Ahl...." Gita merasa suara yang dikeluarkannya sangat aneh. Inginnya memanggi Alan, tapi justru desahan yang keluar."Seben-tar." Gita memegangi tangan Alan yang nakalnya bukan main itu."Kenapa? Sudah gak kuat atau mau pindah ke ranjang?" Alan membenamkan wajahnya di ceruk leher Gita y
Read more

Tamu Tidak Diundang

"Masih pagi, tapi mataku sudah terkontaminasi." Eza langsung protes begitu melihat sahabarnya keluar dari kamar dengan rambut setengah kering."Brengsek banget sih kau, Za. Untung sudah selesai, kalau tidak kau sudah jadi mayat sekarang.""Nyesal aku khawatir sama kau. Kalau aku tahu kau enak-enakan di sini, mending aku lanjut tidur.""Tapi aku berdarah Za." Tidak ada angin, tidak ada hujan. Gita tiba-tiba saja ingin membahas ihal random."Apanya yang berdarah? Emang seganas apa Alan?""Kami baru pertama melakukannya dan begitu tembus langsung berdarah." Gita menatap gelas Eza dengan kening berkerut bingung."Kok bisa? Bukannya waktu dulu kau bilang .... Ya gitu deh." Eza kesulitan mencari padanan kata yang tepat, untuk mengatakan sesuatu yang terjadi di masa lalu.Bisa saja sih Eza berbicara tanpa filter, tapi takutnya itu akan membangkitkan trauma Gita. Setelah berhasil dengan Alan, dia tentu tidak mau membuat sahabatnya kembali hancur dengan mengingat masa lalu."Mungkin waktu dulu
Read more

Trauma

"Ada perlu apa supervisor divisi keuangan hotel berada di divisi IT kantor pusat.?" Suara Alan yang tadinya ramah berubah dingin.Zayn tidak langsung menjawab. Dia menatap Alan terlebih dahulu dengan tatapan bertanya-tanya. Dia ingat pernah melihat lelaki di depannya, tapi di mana?"Maaf, saya mencari Bu Gita. Apa beliau ada?" Zayn bertanya sopan dengan senyum yang juga sopan dan terlatih."Bu Gita sedang tidak masuk hari ini. Segala urusan penting diserahkan pada saya," Alan masih mempertahankan nada dingin pada suaranya. Begitupun dengan tatapannya yang tajam menusuk.Sejujurnya, Zayn merasa risih dengan tatapan Alan. Dia tidak merasa melakukan kesalahan, tapi lelaki di depannya seperti ingin meremukkan setiap tulangnya."Kalau begitu, mungkin saya akan membuat janji temu untuk lain hari." Zayn memutuskan untuk mundur saja dulu hari ini."Tidak akan ada hari lain. Kalau ingin berbicara sesuatu, silahkan bicara sekarang. Saya akan menyampaikan apa pun itu pada Bu Gita." Alan bersiker
Read more

Kecurigaan

Emosi Alan benar-benar tidak stabil setelah bertemu dengan Zayn tadi. Untungnya Alan punya pengendalian diri yang cukup baik.Alan juga sudah mendapat data pribadi Zayn dari HRD. Sama sekali tidak ada  hal aneh dari CV pria itu. Dia duda dengan satu anak dan pekerjaannya bagus.Tidak menemukan apa-apa, Alan meminta staff IT untuk membobol komputer Zayn dan menyalin semua file yang ada di sana ke jaringan cloud miliknya. Setelahnya, Alan menyibukkan diri untuk meredakan amarah.Tapi menjelang jam pulang kantor, ada seseorang di cabang yang membuat masalah. Hal yang membuat Alan terpaksa harus berkunjung ke sana menggantikan Gita. Tentu saja lelaki yang sudah emosi langsung saja menyembur karyawan yang bermasalah.Satu hal yang membuatnya cukup senang, adalah tempat yang dikunjungi Alan searah dengan rumah. Setidaknya, dia tidak perlu terlalu lama terjebak macet, walau saja terlambat dari waktu yang dijanjikan pada Gita. Hanya delapan menit, tapi Al
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status