Semua Bab My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri): Bab 11 - Bab 20

183 Bab

Pengantin Baru

"Besok udah mau masuk kerja?" Alex bertanya dengan mata melotot pada putrinya. "Yes, Dad. Kan udah cuti tiga hari." Gita menjawab, sembari menerima piring berisi nasi dan lauk dari sang suami. Ya, Alan yang mengambilkan makanan untuk istrinya dan bukan sebaliknya. Ini memang hal yang sudah biasa dan sering dilakukan Alan ketika harus makan bersama di luar bersama klien. Sebagai asisten, biasanya Alan yang akan memesankan makanan untuk Gita, mengambilkan makanan jika menu pada suatu acara disajikan secara prasmanan juga. Jika ada hal tertentu yang tidak disukai sang atasan di menunya, Alan juga yang segera mengambil alih. Dia juga yang pergi membayar tagihan, ketika mereka yang mentraktir.Semua itu selalu dilakukan Alan jika makan diluar bersama Gita, tapi sekarang mereka sedang makan malam di rumah. Status mereka juga suami istri, sewajarnya Gita yang melayani Alan. Bukan sebaliknya dan hal itu tidak luput dari penglihatan Julie. "Gita gak ambilin makanan buat Alan?" Julie bertan
Baca selengkapnya

Ada Apa di Atas Pesawat?

"Hei, siAlan pijitin yang benar dong."Kira-kira sudah dua belas jam mereka terbang menggunakan jet pribadi dan hanya tinggal beberapa jam lagi sampai pesawat mendarat di Roma. Sayangnya, Alan sama sekali tidak menikmati penerbangan itu.Gita yang sedang duduk santai di kursi pesawat, tengah memejamkan mata mendengar musik dari ponselnya. Sementara Alan duduk di lantai pesawat dan memijat kaki sang istri dengan wajah cemberut. Tadi Gita sempat mengancam suaminya itu. Dia hanya mengatakan seluruh keluarga Alan akan hancur jika mereka ketahuan dan tentu saja itu berhasil. Pada kenyataannya memang perempuan itu bisa melakukan apa saja, bahkan dalam keadaan hancur. Terutama dengan keberadaan Eza yang menjadi bayangannya. "Maaf Pak, Bu. Ini menu makan siang untuk hari ini." Seorang cabin crew datang menghampiri dengan ragu-ragu. Dilihat dari sudut pandang mana pun, Alan dan Gita terlihat sebagai pasangan yang romantis dan mereka takut mengganggu.Alan terlihat seperti suami siaga yang s
Baca selengkapnya

Bulan Madu

"Selamat datang di Roma. Saya Donna yang diutus untuk menemani anda berdua selama di sini." Wanita dengan paras campuran Italia-Asia, menyambut Gita dan Alan. Wajah boleh blasteran, tapi bahasa Indonesia-nya lancar. Itu membuat Gita menatap si Donat dari atas sampai bawah dengan tatapan menyelidik. Seingatnya dia tidak menyewa tour guide atau sejenisnya. "Saya gak ingat nyewa tour guide atau semacamnya." Gita bicara to the point. "Saya diminta dari kantor pusat untuk jadi tour guide anda berdua.""Excuse me? Kantor pusat? Boleh tahu siapa yang suruh?" Kali ini Alan yang bertanya dengan penasaran. Kantor pusat yang disebut pastilah, kantor pusat Bramantara Grup. Bisa dipastikan kalau Donna juga merupakan salah satu karyawan cabang Roma. Kebetulan saja, perusahaan keluarga Bramantara kini sudah berekspansi sampai ke luar negeri."Pak Alex." Donna menjawab dengan singkat dan sungkan. Mendengar jawaban Donna, Alan refleks memijat pangkal hidungnya, sementara Gita hampir saja mengump
Baca selengkapnya

Gara-gara Mandi

"Pikirkan cara agar aku bisa bebas besok." Gita langsung memberi perintah begitu pintu kamar tertutup. "Saya juga sedang memikirkannya." Alan menjawab sambil melangkah ke sofa. Menjatuhkan dirinya di atas sofa yang cukup besar. Setidaknya sofa ini sedikit lebih besar dari sofa di kamar Gita. "Saat aku selesai mandi, kau sudah harus mendapat ide."Alan tidak mempedulikan atau menjawab istrinya. Dia hanya berbaring dengan mata tertutup, sementara Gita melenggang ke kamar mandi yang terletak bersebelahan dengan daerah kamar tidur. "SiAlan."Baru juga menutup mata untuk sesaat, Alan tersentak bangun mendengar suara keras Gita. Hal yang membuat lelaki itu mengumpat pelan lantaran dia merasa sangat terkejut dan kesal karena harus bangun lagi."Ada apa?" Alan balas berteriak setelah panggilan kedua. Kamar honemoon suite itu memang cukup besar, tapi Alan dan Gita masih bisa mendengar jika saling teriak. Satu hal yang sangat tidak disukai Alan."Ambilkan perlatan mandiku."Alan tidak meli
Baca selengkapnya

Kasat Mata

Alan yang baru menyesap kopi yang baru dibuatnya dengan mesin kopi, langsung menyemburkannya dan terbatuk-batuk hebat. Ini terjadi ketika dia melihat istrinya keluar dari area kamar tidur. Matanya membulat melihat gaya berpakaian Gita yang modis, tapi seksi. Yeah. Walau Gita tomboy dan hampir tidak pernah pakai rok, dia tahu caranya berpenampilan stylish dan seksi. Seperti sekarang ini. Gita menggunakan lace bralette hitam dengan, dipadukan dengan hot pants jeans dan cardigan dan sepatu kets putih. Jelas sekali terlihat, bralette itu kurang mampu menampung apa yang ada di dalamnya. Terutama karena model v neck benda itu.Alan sampai perlu menelan liur dengan susah payah melihat pemandangan indah di depannya. Tidak percuma Gita menghabiskan tiga puluh menit di kamar mandi, kadang malah lebih. "Ayo kita pergi." Suara ketus Gita menyadarkan Alan dari lamunannya. Lelaki itu berusaha mencerna kata-kata istrinya dan langsung menatap sang istri dengan horor. "Bu Gita bakal pakai itu?""Y
Baca selengkapnya

Mimpi Buruk

Donna menatap Gita dan Alan bergantian. Sejak dari Trevi Fountain dua orang itu terlihat sedikit berjarak, membuat sang pemandu jadi sedikit bingung. "Tadi mesra banget, sekarang marahan? Ini gimana ya?" Cewek blasteran Italia Indo itu berdecak pelan. Yah, lebih tepatnya Alan yang sedikit menjaga jarak dengan Gita. Acara pelukan yang tidak disengaja itu sedikit banyak membuatnya canggung. Jadinya selama dari air mancur tadi Alan sedikit menjaga jarak. Namun sekarang ini Alan tidak bisa menjaga jarak terlalu jauh. Berbeda dengan Trevi yang hari ini tidak terlalu ramai, Fiori tetap sangat ramai. Tempat itu sudah serupa pasar dengan berbagai macam jualan. Tempat itu sudah lama ada dan masih saja bisa bertahan. Alan berdehem pelan ketika tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan tangan Gita. Dia lalu menghela nafas setelahnya, ketika melihat reaksi Gita yang biasa saja. Itu Alan mengumpat dalam hati. Kenapa juga dia harus canggung hanya karena berpelukan?"Itu hanya pelukan saja Ala
Baca selengkapnya

Rahasia

Alan segera beranjak dari sofa ketika mendengar erangan pelan dari area kamar tidur. Dia cukup tertegun melihat ekspresi ketakutan Gita bahkan dalam tidurnya. Ini pertama kalinya Alan melihat atasannya seperti ini. Biasanya perempuan itu terlihat sangat kuat. Perempuan di depannya itu terlihat sangat merana dalam tidurnya. Buliran keringat sebesar biji jagung mengiasi dahi dan pelipisnya. Alan mengulurkan tangan, untuk mengurai kernyitan di kening sang istri."Gita?"Alan memanggil nama istrinya ketika perempuan itu mulai menggeliat tidak jelas. Tidak ada suara yang keluar, tapi setitik air mata dengan wajah yang memerah dan napas tak beraturan, membuat Alan mengguncang bahu Gita dengan pelan. "Gita? Bangun. Hei."Tiba-tiba saja Gita membuka matanya dan hal pertama yang ditangkap Alan dari sorot mata itu adalah ketakutan. Hanya sekian detik sebelum kembali normal, tapi dia bisa melihatnya. "Ngapain di sini?" Gita sudah kembali dengan nada ketusnya. "Kamu tadi mimpi buruk. Saya cu
Baca selengkapnya

Tamu Menyebalkan

Alan dan Gita berjalan berdampingan memasuki gedung kantor pusat Bramantara grup. Kedatangan direktur IT dan asisten pribadinya tidak luput dari bisik-bisik para karyawan. Lebih tepatnya, Gita yang menjadi gosip.Semua orang di kantor, bahkan mungkin seluruh cabang dan anak perusahaan Bramantara grup sudah tahu perihal Gita. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa gosip yang beredar. Ada yang bilang Gita gagal nikah karena mempelai pria kabur dengan perempuan lain. Ada yang bilang Gita memutus sepihak hubungannya dengan Tony dan menikah dengan selingkuhannya. Ada juga yang bilang Tony kabur karena tidak tahan lagi dengan pacarnya dan Gita memilih menikah dengan entah siapa. Yeah. Semua terdengar menjelekkan Gita. Bahkan baru dihari pertama kerja setelah cuti hampir seminggu, gosip itu sangat kencang berhembus. Untungnya Gita sudah terlihat baik-baik saja. Kemarin sepulang dari Roma, Gita dan Alan memang bisa mengelak dengan dalih capek. Wajar, karena kedua orang ini baru tiba di rumah
Baca selengkapnya

Nafkah Lahir Batin

"Apa Ibu Gita yakin mau makan siang di sini?"Alan menatap nanar ke gedung yang akan mobilnya masuki. Lebih tepatnya mobil atasannya yang dikemudikan Alan. Selama jam kerja, biasanya dia yang membawa mobil Gita. Lalu seperti yang sudah diduga, Gita menagih traktiran makan siang. Seperti yang Alan juga khawatirkan, perempuan itu meminta ditraktir di restoran bintang lima. Pastinya itu cukup membuat dompet Alan menagis. Gaji Alan memang lumayan, tapi tanggungannya juga banyak. Ditambah lagi sekarang dia sudah beristri, pastinya sebagian gajinya akan pergi ke rekening Gita. Ya, Alan sangat tahu perbedaan pendapatannya dengan Gita. Gaji sang istri sebagai direktur saja lima atau enam kali lipat gajinya, belum royalti dari program yang dibuat gadis itu. Itu pun belum termasuk pemasukan dari saham. Kalau diukur dengan ketinggian, mungkin bedanya sudah setinggi gunung himalaya. Walau jelas Gita jauh lebih berada dan kaya dari dirinya, Alan tetap akan memberi nafkah pada istrinya. Sekalip
Baca selengkapnya

Hadiah Pernikahan

"Apa itu artinya kau akan menafkahi lahir dan batin?"Sontak saja Alan langsung tersedak jus jeruk yang dipesannya. Gita sama sekali tidak berusaha melakukan sesuatu sementara sang suami terbatuk heboh akibat ulahnya. Dia hanya menatap lelaki itu, menanti sebuah jawaban."Bukannya kita sudah sepakat soal itu?" Alan menjawab dengan pertanyaan yang lain. "Yang mana?"Alan menggeram rendah mendengar sebuah pertanyaan lain yang dilontarkan Gita. “Soal perjanjian yang kita tanda tangani di atas materai,” lanjutnya lebih kalem."Memangnya apa yang tertulis di sana?" Gita kini benar-benar hobi mengerjai suaminya, membuat lelaki itu menghela napas panjang. "Ada pasal soal skinship di sana. Kita hanya akan mesra di depan umum." Alan ingin menambahkan 'bukan di atas ranjang', tapi dia terlalu malu untuk melakukannya. "Memangnya aku bertanya soal skinship?" Gita bertanya dengan ekspresi bingung. "Apa?" Alan juga jadi ikut bingung. "Bukannya arah pertanyaanmu.... Ah, sudahlah." Alan memilih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status