Share

Nafkah Lahir Batin

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa Ibu Gita yakin mau makan siang di sini?"

Alan menatap nanar ke gedung yang akan mobilnya masuki. Lebih tepatnya mobil atasannya yang dikemudikan Alan. Selama jam kerja, biasanya dia yang membawa mobil Gita.

Lalu seperti yang sudah diduga, Gita menagih traktiran makan siang. Seperti yang Alan juga khawatirkan, perempuan itu meminta ditraktir di restoran bintang lima. Pastinya itu cukup membuat dompet Alan menagis.

Gaji Alan memang lumayan, tapi tanggungannya juga banyak. Ditambah lagi sekarang dia sudah beristri, pastinya sebagian gajinya akan pergi ke rekening Gita.

Ya, Alan sangat tahu perbedaan pendapatannya dengan Gita. Gaji sang istri sebagai direktur saja lima atau enam kali lipat gajinya, belum royalti dari program yang dibuat gadis itu. Itu pun belum termasuk pemasukan dari saham. Kalau diukur dengan ketinggian, mungkin bedanya sudah setinggi gunung himalaya.

Walau jelas Gita jauh lebih berada dan kaya dari dirinya, Alan tetap akan memberi nafkah pada istrinya. Sekalip
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Hadiah Pernikahan

    "Apa itu artinya kau akan menafkahi lahir dan batin?"Sontak saja Alan langsung tersedak jus jeruk yang dipesannya. Gita sama sekali tidak berusaha melakukan sesuatu sementara sang suami terbatuk heboh akibat ulahnya. Dia hanya menatap lelaki itu, menanti sebuah jawaban."Bukannya kita sudah sepakat soal itu?" Alan menjawab dengan pertanyaan yang lain. "Yang mana?"Alan menggeram rendah mendengar sebuah pertanyaan lain yang dilontarkan Gita. “Soal perjanjian yang kita tanda tangani di atas materai,” lanjutnya lebih kalem."Memangnya apa yang tertulis di sana?" Gita kini benar-benar hobi mengerjai suaminya, membuat lelaki itu menghela napas panjang. "Ada pasal soal skinship di sana. Kita hanya akan mesra di depan umum." Alan ingin menambahkan 'bukan di atas ranjang', tapi dia terlalu malu untuk melakukannya. "Memangnya aku bertanya soal skinship?" Gita bertanya dengan ekspresi bingung. "Apa?" Alan juga jadi ikut bingung. "Bukannya arah pertanyaanmu.... Ah, sudahlah." Alan memilih

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Jatuh Cinta

    Protes yang diajukan Gill sontak membuat seisi meja tertawa. Bahkan pelayan yang berdiri agak jauh pun ikut menahan tawa, sementara Alan yang canggung bertukar piring dengan Gita yang terlihat biasa saja. "Makanya cari pacar," Gita mengejek adiknya itu. Setelah adegan PDA yang tidak disengaja itu, suasana makan jadi lebih menyenangkan. Kegalauan hati Fika kini sudah sirna. Bisa dilihat keluarga kaya ini sangat baik. Terutama ketika mendengar Julie juga dari keluarga biasa saja, bahkan yatim piatu. Kegalauan satu pergi, kegalauan lain datang. Bagaimana kalau Gita meremehkan pendapatan Alan yang tidak lebih banyak darinya. Tapi hal itu juga segera diusir pergi oleh pasangan pengantin baru itu.Dua orang itu terlihat sangat mesra. Gita dan Alan saling melayani di meja makan. Duduk berdampingan dengan rapat di ruang keluarga. Setelah dilihat lagi, mereka berdua juga terlihat sangat serasi. Sudah hampir jam sepuluh

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Bukan Anak

    Alan mengetuk-ngetuk pinggiran laptopnya dengan jari. Matanya masih menatap ponsel yang barusan dia gunakan untuk menelepon. Pandangannya bergantian menatap pintu ruangan Gita dan ponsel. "Pak Alan." Suara genit Jelita terdengar menyebalkan di telinga Alan. Belakangan ini banyak karyawan wanita dengan suara seperti itu, membuatnya kesal setengah mati. "Ada apa?" tanya lelaki yang dipanggil sedatar mungkin. "Ada yang harus ditanda tangani Bu Gita, tapi saya takut masuk." Jelita tersenyum ramah pada lelaki di sebelahnya."Berikan saja padaku. Kebetulan saya mau menyampaikan hal penting."Jelita memberikan map dengan senang hati pada Alan. Saat lelaki itu mengambilnya, Jelita sengaja memajukan jemarinya agar bisa bersentuhan sedikit dengan tangan Alan. Alan tidak terlalu merasakan sentuhan itu, karena memang sangat halus. Dirinya segera beranjak dan mengetuk pintu ruangan Gita. Melihat tak ada reaksi dari lelaki itu, sang sekretaris berdecih kesal. "Bu Gita ada yang mau ditandatang

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Tamu Pesta

    BAB 23Helaan napas mengikuti langkah Gita yang baru keluar dari bilik toilet. Dipandangi dirinya di cermin dan menghela napas sekali lagi."Gak apa-apa Gita. Kau pasti bisa."Setelah meyakinkan dirinya, perempuan itu bergegas keluar dari area toilet. Langkah Gita terhenti ketika melihat sang suami berdiri berhadapan dengan Isabella. Dari posisinya sekarang, dia bisa melihat ekspresi kesal sang suami. Dari situ saja sudah bisa disimpulkan Isabella yang duluan menghampiri mungkin mulai merengek lagi.Walau bibir mungil nan seksi Gita berkata seperti itu, dia tetap merasa perlu membantu Alan. Terlebih dengan kemunculan Erik Susanto. Hal yang membuatnya menarik napas berat dan mulai melangkah pelan ke arah sang suami."Alan?" Lengan mungil Gita menyusup di lengan lelaki yang dia panggil, memeluknya dengan erat. "Kamu bicara sama siapa?"Tentu saja Alan akan terkejut dengan kehadiran istinya yang tiba-tiba. Apalagi dengan gerakan Gita barusan, tapi dia memilih untuk membiarkan saja.Isabe

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Takut Kerumunan

    Gita merasakan deruan napas di tengkuknya. Sedikit mengganggu, tapi terasa nyaman. Tidur perempuan itu juga terasa lebih nyaman dari biasanya, membuatnya menggeliat pelan memeluk gulingnya.Tunggu? Itu gulingnya kan? Yang dipeluk itu guling kan? Kenapa tekstrunya beda ya?Dengan gerakan pelan, Gita mengerjapkan matanya dengan malas. Pandangannya masih buram, tapi dia bisa melihat sesuatu menghalangi pandangannya. Perempuan itu kemudian mengucek matanya untuk mendapatkan penglihatan lebih baik dan ketika ia mendapatkannya, dia langsung mengumpat keras dan duduk dengan refleks."Apa yang kau lakukan di sini, Brengsek." Teriakan Gita disertai dengan tendangan, membuat Alan yang tertidur di sampingnyaa terguling jatuh dari ranjang"Aduh!." Tentu saja Alan mengeluh kesakitan. Lantai di kamar itu dilengkapi karpet tebal, membuatnya mendarat dengan baik, tapi sayang kepalanya sedikit terantuk ke nakas."Ada apa sih?" Alan bertanya, masih belum sadar sepenuhnya."Kau masih tanya kenapa?"Alan

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Skinship

    "Excuse me? Takut?" tanya Gita dengan mata melotot.Saking seramnya pelototan itu, pelayan yang baru tiba dengan pesanan wine sampai bergidik. Pelayan itu tentu mengenal Gita dan merasa heran bagaimana Alan bisa setenang itu menghadapinya. Wanita ini kan bar-bar sekali. "Kalau gitu biar saya rubah pertanyaannya. Sejak kapan anda tidak suka keramaian?" Alan kembali dengan cara bicara formalnya, karena tinggal mereka berdua saja di sana.Gita menatap lelaki di sebelahnya dengan tajam, tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Jujur saja, dia enggan berbicara soal hal ini pada siapa pun. Orang tuanya saja tidak tahu dan dia tidak berniat memberi tahu Alan.Gita menenggak wine miliknya dalam sekali teguk. Alan yang baru menyesap sedikit saja terkaget melihat cara sang istri meminum wine. Terlalu tergesa-gesa.“Aku gak merasa perlu memberi tahumu,” gumam Gita pelan.Dengan kedikan dagu Gita meminta sang suami mengisi kembali gelasnya. Alan melakukan tugasnya dengan helaan napas panjang, wa

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Kecurigaan

    BAB 26"Sangat memalukan." Alan bergumam sambil menutupi wajahnya.Lelaki itu akhirnya sudah berhasil mengingat apa yang dilakukannya semalam. Toleransi alkoholnya tidak terlalu tinggi dan biasanya Alan bisa mengontrol diri dengan baik. Entah kenapa kemarin dia tidak bisa melakukannya.Tiga botol wine dihabiskan berdua dengan Gita. Kadar alkoholnya memang cuma sekitar 15 persen, tapi kalau diminum sebotol lebih juga pasti akan mabuk.Mabuk dan tidak bisa mengontrol diri namun berakhir memalukan. Bisa-bisanya dia tertidur disaat seperti itu. Gita akan makin sering mengejeknya. Belum lagi dengan keadaan barusan. Alan makin merasa menyedihkannAlan bersusah payah menenangkan diri di bawah guyuran air dingin. Setelah dirasa cukup, barulah dia menutupi diri sebatas pinggul dengan handuk. kebetulan Alan tadi lupa mengambil bathrobe di lemari, membuat dirinya mengumpat pelan.Lalu ketika akhirnya bunyi pintu kamar mandi terdengar membuka, Gita memalingkan wajahnya melihat ke arah kamar mandi

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Makin Curiga

    "Kamu ngapain sih?"Jason menghampiri Alan yang sedang mengantri membeli kopi. Atau lebih tepatnya, menunggu pesanannya jadi. Di kantor mereka yang besar ini, kebetulan ada coffee shop. Tentu saja tempat itu dikelola sendiri oleh Bramantara Grup."Maksudnya?" Alan bertanya pada sahabatnya dengan raut wajah bingung."Pak Alex memintaku menyelidikimu loh. Sampai ke rekening bankmu." Jason berbisik pelan, agar tidak ada yang mendengar.Jason sebenarnya tidak boleh memberitahu hal ini. Tapi sebagai sahabat, dia tahu Alan itu lelaki yang baik. Jason tidak keberatan dimarahi atasannya karena membocorkan hal ini.Kini, raut wajah Alan jelas saja bertambah kaget. Seingatnya dia tidak melakukan hal yang aneh sama sekali. Alan bergidik memikirkan kalau dia dan Gita sudah ketahuan. Apa karena ini Gita tadi dipanggil?"Seingatku aku belum melakukan hal-hal aneh," jawab Alan pelan."Belum? Artinya kamu akan melakukan sesuatu yang jahat?" Jason terlihat sedikit kaget."Tidak maksudku. Aku tidak mel

Bab terbaru

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter 2

    “Siapa yang punya ide bodoh, untuk mengumpulkan anak-anak ini di sini?” Gita hanya bisa menghela napas, ketika mendengar adiknya mengeluh. Bagaimana tidak, sekarang rumah orang tua mereka tiba-tiba saja berubah menjadi taman bermain anak-anak. Bukan hanya ada anak-anak Gita dan saudara perempuannya, tapi ada juga anak-anak Eza di sana. Total, ada sembilan anak kecil yang sedang berteriak dan berlari di ruang tengah rumah besar itu. “Maaf.” Pada akhirnya, Gita yang mengatakan hal itu. “Aku tidak benar-benar berpikir kalau Eza akan benar-benar membawa semua anak-anaknya.” “Hei, kau mengundang semua anakku,” hardik Eza terlihat agak kesal. “Memangnya apa yang akan kau dapatkan, ketika mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anak?” Gita kembali menghela napas karena mendengar pembelaan diri yang sangat benar itu. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membuat acara besar untuk ulang tahun pertama putra keduanya. Rencananya hanya makan-makan bersama dengan keluarga besar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter

    “Wah, kau benar-benar luar biasa.” Eza baru membuka pintu rumahnya, dan sudah langsung disambut kalimat bernada ejekan dari sang sahabat. Gita Bramantara, baru saja tiba di depan pintu rumahnya. “Berhenti menatapku dengan pandangan mencemooh seperti itu sialan,” desis Eza merasa sangat kesal. “Tunggu saja giliranmu nanti, Ta.” “Maaf, tapi aku tidak ingin punya banyak anak.” Gita mengangkat kedua tangannya. “Lagi pula, akan sulit kalau aku tidak benar-benar berusaha.” Eza menghela napas mendengar apa yang dikatakan sahabatnya barusan. Dia sebenarnya masih ingin memprotes, tapi merasa tidak tega juga. Biar bagaimana, Gita memang agak kesulitan mendapat anak. “Bagaimana keadaan Teddy?” Pada akhirnya, Eza mengalihkan pembicaraan saja. Tentu setelah mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah. “Dari pada menanyakan keadaan anakku yang sedang tertidur pulas, bagaimana kalau aku yang menanyakan keadaanmu saja? Apa kau baik-baik saja?” Eza meringis mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Titipan

    “Akhirnya kau bangun juga?” Dina mengembuskan napas lega begitu melihat Eza terbangun. Eza mengerjap beberpa kali untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan ilusi. Syukurnya bahkan setelah Eza mengucek matanya, Dina masih terlihat. Ini bukan ilusi, tapi apakah ini mimpi lagi? “Dina? Apa yang kau lakukan di rumahku?” Eza bertanya dengan nada bingung. Eza makin terlihat bingung ketika menyadari Dina berada di kamar tidurnya dan Danny tidak terlihat dimana pun. Bagaimana Dina bisa tahu tentang rumah barunya? “Tenang saja, suamimu ada di lantai bawah. Dia tidak lari kok dan pernikahan kalian kemarin itu nyata.” Dina tersenyum melihat kebingungan di wajah saudara kembarnya itu. Eza yang tadinya masih berbaring, kini sudah duduk di pinggir ranjang dan meminta Dina duduk di sebelahnya. “Kenapa kemarin kau tidak hadir? Aku menunggumu loh.” Eza memprotes Dina yang tidak terlihat dimana-mana saat acaranya kemarin. “Kata siapa? Aku datang kok, kau saja yang tidak melihatku.” “Benar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Satu Garis

    "Mary? Kok cemberut sih?" Danny sedang mencoba melihat wajah tunangannya itu. Sudah sejak kemarin malam Mary-nya cemberut. Dia selalu memalingkan wajah saat berbicara dengan Dann,dan hal itu membuat Danny jadi frustasi. Bahkan saat sedang berdua di dalam mobil seperti ini pun, Mary tetap memalingkan muka. Membuat Danny meminggirkan mobilnya. Sebenarnya Danny sudah bisa menebak apa yang membuat kekasihnya itu cemberut. Dia pastinya kecewa dengan keputusan semalam. Semua orang memaksanya untuk menikah dalam bulan ini juga. Alasan Attha memang cukup masuk akal dan Xavier juga sudah setuju dengan hal itu. Apalagi Danny yang sudah tidak sabar bisa berduaan saja dengan Mary sesuka hatinya. Tapi sepertinya Mary tidak terlalu setuju dengan hal itu. "Apa segitu tidak cintanya kau padaku sampai tidak mau cepat-cepat menikah denganku?" Danny mengeluh frustasi. Takut jika Mary meninggalkannya. Mendengar pertanyaan tunangannya, Eza refleks berbalik ke arah Danny. Keningnya berkerut, ti

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Persiapan Nikah

    Eza bersenandung riang di depan cermin. Dia sudah mengenakan bajunya dan makeup-nya juga sudah terasa sangat sempurna. Sekarang hanya tinggal menungggu anak-anak siap dan mereka akan berangkat ke acara peluncuran produk baru Mar. “Sudah siap, Za?” Fika muncul dari balik pintu. “Anak-anak sudah siap?” Eza balik bertanya. “Udah.” “Kalo gitu ayo pergi,” seru Eza tidak sabar. Eza tiba sedikit lebih awal dari waktu yang direncanankan. Kru Eza juga sudah lebih dulu sampai untuk menyiapkan beberapa hal. Dan tentu saja mereka semua disambut dengan baik. Apalagi karena Eza sudah dikenal oleh semua karyawan Mar. Pada awalanya semua berjalan norma saja. Tidak ada hal yang aneh dan kata-kata Gita kemarin malam tentang ‘lamaran’ juga tidak mempengaruhi Eza sama sekali. Eza sibuk berkeliling tempat acara untuk melakukan live. Tidak terlalu lama karena dia tidak mau meninggalkan anak-anak terlalu lama. Dia yang belum mau memperlihatkan wajah anak-anaknya di depan kamera, juga mendapat

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Will You Marry Me?

    “Bisa gak sih, jangan menghela napas terus? Bikin sial tahu gak,” Ian berseru kesal. Bagaimana tidak? Entah sudah berapa kali Danny bolak balik seperti setrikaan rusak sambil mendesah atau menghela napas. Itu benar-benar membuat Ian pusing. “Aku gugup.” Danny mengaku pada sahabatnya itu. “Lalu apa dengan kau menjadi gugup seperti ini masalahmu akan selesai?” Ian bertanya dengan gemas. “Tidak akan, Dan. Jadi berhentilah mondar-mandir seperti itu.” Danny akhirnya menuruti kata-kata Ian. Dia duduk di kursi kosong di sebelah Ian, tapi jelas masih merasa gugup. Danny makin gugup ketika pihak dari EO mengatakan acaranya sudah bisa dimulai. Intinya acara berjalan sesuai rencana. Pertama-tama Danny dan Ian menyapa beberapa tamu dan influencer, sebelum masuk ke acara utama. Termasuk Eza yang sedang live. Eza hari ini memilih memakai halter dress berwarna hijau zamrud dengan bahan brokat dan hanya menutupi setengah pahanya. Pilihan pakaian Eza jelas membuatnya terlihat makin cantik dan

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Makanan Pembuka

    Danny menatap kotak perhiasan yang baru saja tiba di kantornya sore ini. Akhirnya benda penting yang disiapkannya untuk acara besok tiba juga. Itu membuat Danny makin gugup. Karena harus mengurusi anak-anak dan kerja disaat bersamaan, Danny harus memesan secara online. Selain itu kali ini Danny memesannya sendiri tanpa melibatkan Maureen. Untungnya, barang yang datang sesuai dengan ekspektasi Danny. Begitu shining, shimmering, splendid. Menurutnya, ini cincin yang sangat cocok dengan Mary. Sayang sekali, lamunan Danny terinterupsi dengan ketukan di pintunya. Buru-buru, Danny menyimpan kotak perhiasan itu di kantong jasnya. "Pak, orang dari EO datang untuk membahas acara besok." Maureen tidak masuk ke dalam ruangan dan hanya memberitahu dari depan pintu. "Suruh masuk." Demi untuk melamar Mary-nya, Danny memilih untuk bekerja sama dengan event organizer. Dia tidak mau terlalu mempercayakan ini ke divisi PR, terutama setelah insiden dengan Rosaline. Rosaline belum dipecat,

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Tidak Sesuai Ekspektasi

    “Kau sudah datang?” Danny langsung berdiri begitu melihat Eza masuk ke ruanga VIP yang dipesannya. Dia juga segera menarikkan Eza kursi untuk wanita itu duduki. “Kau sendirian? Anak-anak ke mana?” Eza bertanya dengan ekspresi bingung. “Ah, itu. Maaf aku sedikit berbohong soal itu. Sebenarnya hari ini aku ingin makan malam berdua saja denganmu.” Danny menjawab dengan jujur. “Apa kau marah?” Danny bertanya dengan hati-hati, takut jika kekasihnya itu marah. “Tidak juga sih. Tapi aku hanya khawatir dengan mereka.” Eza menjawab dengan sedikit gugup. “Ah, tenang saja. Aku sudah memulangkan mereka ke rumah. Ayah dan Bunda juga tidak keberatan membantu menjaga mereka untuk sementara waktu.” Eza mengangguk canggung dengan bibir membentuk huruf o yang sempurna. Sungguh rasanya seumur hidup baru kali ini Eza merasa gugup. Tepatnya kali kedua setelah proses melahirkannya dulu. “Tadi aku sudah memesan makanan duluan. Kau tidak masalahkan dengan yang namanya iga penyet?” tanya Danny dengan

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Imajinasi Eza

    "Ada apa dengan telingamu?" Ian langsung bertanya ketika melihat Danny memasuki ruangannya, yang sedang menggendong Lily. "Ini gara-gara karyawan yang kau rekrut." Danny langsung mengeluh pada Ian. "Siapa?" "Manager PR," jawab Danny jujur sembari duduk di sofa ruangan sahabatnya itu. "Rosaline? Kenapa dengan dia? Jangan bilang kau bercinta dengannya di kantor dan kepergok sama Eza?" "Kau pikir aku tukang selingkuh?" sergah Danny kesal. "Dia mencoba menggodaku, tapi ketahuan Mary. Untung saja aku menolak dengan tegas." "Lalu? Apa hubungannya dengan telingamu itu?" tanya Ian makin bingung. "Mary menyalahkanku, dan dia menjewer telingaku, bahkan mencubit lenganku." Danny sedikit menarik lengan kemejanya yang suduh tergulung. Di sana terlihat jelas dua titik biru yang lumayan besar dan pastinya sakit jika disentuh. "Oh, wow!" Ian menatap ngeri pada Danny. Bagaimana mungkin pria lembek sepertu sahabatnya ini jatuh cinta pada wanita sebar-bar itu? "Sudah lupakan saja soal tel

DMCA.com Protection Status