“Kita langsung pulang atau gimana tuan?” tanya Bas, ketika baru saja melajukan mobilnya.Mahen menoleh pada Alana, yang sedang bersandar pada dada bidang Mahen.“Kamu lapar?” Arleta mendongak, mengangkat wajahnya.” Tentu saja! Kamu tidak memberiku makan dari siang.” sahut Arleta dengan wajah memelas.Mahen tergelak.”Haha..maafkan aku, Bas! Kita cari tempat makan dulu.” titah Mahen, yang langsung di angguki oleh Bas.Entah kenapa Arleta merasa nyaman dan aman saat bersama Mahen. Rasa benci, kesal, marah, hilang begitu saja digantikan dengan rasa tenang. Arleta tidak perlu takut lagi sekarang.Tidak lama kemudian Bas memarkirkan mobilnya di depan sebuah cafe.Setelah mematikan mesin mobil, Bas keluar terlebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Arleta dan juga Mahendra.“Silahkan nona, tuan.” Arleta mengangguk.”Terima Kasih tuan Bas.” sahutnya lalu, bergerak keluar disusul Mahen.“Panggil saya Bas saja nona.” ucap Bas. Tak enak jika wanita yang bersama tuannya memanggilnya tuan juga.
Read more