All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 481 - Chapter 490

577 Chapters

Bab 0481

"Tahu apa kamu?" Wanita tua itu mengganti sasarannya menjadi Yara. "Ibu hamil harus lebih jaga omongan. Pikirkan anak di perutmu.""Cuma ingin uang, 'kan?" Yudha yang berada di samping tiba-tiba berbicara. "Berapa banyak yang kamu inginkan?"Yara dan yang lainnya serempak menoleh.Wanita tua itu menatap Yudha dari atas ke bawah.Gilang segera menghampiri dan berbisik, "Bu, orang ini kaya. Dia punya mobil harga miliaran."Dengan kata lain, minta harga yang tinggi dan ambil keuntungannya."Kami sudah merawat Naya selama bertahun-tahun, menambahkan kekurangan untuk pengobatan Naya. Sekarang Gilang nggak punya pekerjaan yang cocok ...." kata wanita tua itu, berlagak baik."Berapa?" Yudha tampak tidak sabar.Wanita tua itu menggertakkan gigi. "Sepuluh miliar!"Gilang mengangguk penuh semangat dari samping. Jantungnya melonjak kegirangan.Jika mereka benar-benar bisa meraup sepuluh miliar, mereka tinggal menikmati masa depan indah yang tidak ada habisnya.Yara tahu bahwa sepuluh miliar tidak
Read more

Bab 0482

"Naya ada di atas, ayo naik." Wanita tua memimpin jalan dengan senyum manis yang dibuat-buat.Gilang berjalan paling belakang, takut Yudha kabur.Dalam perjalanan ke atas, Yara beberapa kali memandang Yudha. Yudha tidak terlihat seperti orang yang mudah dimanfaatkan. Namun, apa sebenarnya yang direncanakan pria itu?Setibanya di depan pintu rumah, wanita tua itu tersenyum lagi pada Berlina."Naya sudah nggak bisa bangun dari tempat tidur lagi. Dia jarang gerak, makannya juga berkurang, jadi berat badannya turun."Jantung Berlina langsung berdegup kencang mendengarnya. "Buka pintunya!"Wanita tua itu membuka pintu dengan agak lambat.Dalam sekejap, tercium bau tak sedap. Wanita tua itu pun mengumpat, "Dasar anak sialan, kamu buang air di tempat tidur lagi ya?"Tubuh Berlina terhuyung dan menarik wanita tua itu bersamanya. "Coba kulihat.""Jangan khawatir, tunggu aku masuk membersihkannya dulu." Wanita tua itu dengan santai mengambil lap kotor di sampingnya."Aku sendiri saja." Suara Ber
Read more

Bab 0483

Berlina menoleh dan melihat Naya memegang ujung bajunya.Anak itu cepat-cepat melepaskan tangannya. Meski masih waspada, tatapan matanya jelas menunjukkan bahwa dia tidak ingin Berlina pergi."Sebentar ya, Ibu mau beli baju dulu buat Naya. Sebentar saja." Berlina membendung rasa pilu dalam hatinya dan segera turun ke bawah."Bagaimana?" Melihatnya keluar, Yara segera menyapanya.Berlina tampak sedang buru-buru. "Aku mau beli baju bersih dulu, dia nggak punya baju ganti.""Kamu ini bilang apa? Baju gantinya ada di lemari semua, nggak perlu beli yang baru. Sini aku carikan," teriak ibu Gilang dengan tidak sabar.Berlina menggertakkan gigi dan memelototi wanita tua itu. "Nggak ada yang bisa dipakai sama sekali. Tunggu nanti, aku selesaikan masalah ini denganmu."Pada saat itu, Revan turun dari mobil dan bergegas menghampiri. "Pak Yudha, ada yang perlu dibantu?""Belikan baju untuk anak-anak ...." Yudha menoleh kepada Yara."Umur tujuh tahun, laki-laki." Yara mengingatkan.Yudha mengangguk
Read more

Bab 0484

"Oh iya, kamu belum tahu nomor rekeningku." Gilang lalu mencari-cari di ponselnya.Yudha merasa dua orang di depannya ini betul-betul bodoh dan serakah, sangat konyol."Aku sudah minta kalian minta maaf, tapi kalian nggak bilang apa-apa. Masih minta uang lagi? Sudah terlambat!""Apa maksudmu?" Mata wanita tua itu membelalak. "Bukannya kami tadi sudah minta maaf ke Bella ...""Bella?" Yudha mengerutkan kening. "Berlina? Maaf, aku nggak terlalu kenal dia. Aku juga nggak akan mengeluarkan uang sepuluh miliar untuk dia."Urat-urat di leher Gilang menegang. "Kamu mau menipu?""Sepuluh miliar nggak ada artinya di mataku. Aku nggak peduli sama sekali." Yudha menatap dingin. "Tapi kalian mencaci-maki orang yang dekat denganku dan belum meminta maaf. Jadi aku pakai sepuluh miliar ini agar kalian minta maaf.""Kamu ... ingin kami minta maaf pada Rara itu?" Gilang lalu menyadarinya. "Tapi dia 'kan sudah pergi?""Makanya kubilang sudah terlambat!""Ya Tuhan!" Siapa sangka, wanita tua itu tiba-tiba
Read more

Bab 0485

Di sepanjang perjalanan, Yara tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kepalanya menunduk, hatinya berat.Yudha menyadarinya. Saat bimbang ingin membuka mulut, Felix mendahuluinya bicara."Rara, jangan khawatir, Naya akan baik-baik saja."Yara menoleh, matanya memerah. "Kak Felix, aku sedang memikirkan Okti."Dia tidak bisa mengendalikan emosinya lagi dan menjatuhkan kepala di bahu Felix dengan lembut dan terisak pelan."Aku takut Naya akan seperti Okti, tetap nggak bisa diselamatkan."Felix menegang sejenak sampai pikirannya terhubung dan menatap Yudha, "Kamu sudah cerita tentang Okti?"Yudha menatap Yara bersandar di dada Felix dan hanya merasakan api berkobar dalam hatinya. Kata-kata Felix tidak sampai di telinganya sama sekali.Dia menarik Yara dan berkata dengan nada dingin, "Sudah kubilang, air mata tidak akan menyelesaikan apa-apa."Yara ditarik begitu kuat hingga dia menoleh dan menatapnya dengan kening berkerut. "Lepas. Cengkeramanmu sakit.""Yudha, kamu sedang apa?" Felix juga men
Read more

Bab 0486

Sementara itu, Yara dan Siska sudah selesai mandi dan sedang tiduran bersama.Setelah sekian lama berpisah, mereka berdua telah memendam sangat banyak hal untuk diceritakan.Yara banyak bercerita tentang pengalamannya di Meria dan hal-hal yang dia pelajari di Tala. Dia merasa perjalanan ini sangat berharga.Siska mengangguk-angguk hampir sepanjang waktu, sesekali mengucapkan selamat kepada Yara dan mengingatkannya untuk tidak terlalu memaksakan tubuhnya."Siska, bagaimana kabarmu?" Saat di Meria, Yara awalnya sering melakukan panggilan video bersama Siska. Namun, semakin jarang seiring kesibukannya bertambahBahkan kadang-kadang, setelah mendapat waktu untuk telepon pun, kebanyakan hanya Yara yang bicara dan Siska mendengarkan."Semuanya baik-baik saja." Siska tersenyum dan menyentuh dengan lembut perut Yara yang membuncit.Yara memperhatikan, sejak tadi, Siska tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu. Sepertinya memang ada sesuatu.Dia tidak memaksa, dan memberi ruang bagi Si
Read more

Bab 0487

Pegawai itu masih berusaha membujuk, tetapi dihentikan pegawai lainnya.Yara mengenalinya. Pegawai ini yang dua kali mengurus perceraiannya.Dia tersenyum canggung kepada Yara."Kenapa kamu sendirian?" Wanita muda itu mengerutkan kening. Mungkin dia sedikit terbawa emosi karena telah menyaksikan drama Yara dan Yudha dua kali.Yara merasa semakin malu dan melirik ke arah pintu. "Tenang saja, sebentar lagi pasti dia datang.""Semoga jangan terlalu lama." Wanita muda itu memberikan nomor antrean pertama pada Yara dan berbalik untuk mulai bekerja.Yara memegang kertas itu. Tubuhnya terasa berat. Dia bergegas ke samping untuk menelepon Yudha, tetapi tidak diangkat.Firasat buruk tiba-tiba muncul.Tak lama kemudian, kantor catatan sipil memulai jam operasi. Yara memegang nomor antrean pertama, menatap pegawai muda tadi dari kejauhan, lalu berbalik untuk menelepon Yudha lagi. Masih tidak bisa tersambung.Dia duduk di samping, menundukkan kepala, tidak berani menatap mata para pegawai di sana.
Read more

Bab 0488

Yara bertanya ragu-ragu, "Aku ke sini mau ketemu Kakek.""Oh, iya, iya, Kakek sering bilang kangen kamu akhir-akhir ini," kata Agnes, tersenyum.Yara semakin gelisah setelah mendengarnya. "Bibi, bagaimana kabar Kakek akhir-akhir ini?""Cukup baik."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Yara naik ke lantai atas dengan pikiran bingung. Dan ternyata memang tidak ada yang salah dengan kondisi Kakek. Dia dikerjai Yudha.Setelah mengobrol sebentar, Kakek Susilo kemudian menyadari bahwa Yara sejak tadi melamun. "Kamu ke sini mau ketemu Yudha? Atau Felix?""Nggak." Yara menarik sudut mulutnya.Kakek Susilo berkata sambil tertawa kecil, "Ya sudah sana. Kakek baik-baik saja. Kakek pasti bisa melihat bayi-bayimu lahir.""Oke, aku pergi dulu ya, Kakek." Yara keluar dan langsung menuju kamar tidur Yudha. Setelah mengetuk pintu, benar Yudha ada di sana."Apa maksudmu?" tanya Yara dengan suara dingin begitu dia masuk."Maksud apa?" Yudha terlihat biasa saja.Yara menggertakkan gigi penuh rasa kesal. "K
Read more

Bab 0489

Setelah menutup telepon, rasa cemas Yara semakin bertumpuk."Ada apa?" Yudha melihat wajah Yara yang penuh pikiran. "Apa yang terjadi?"Yara menatapnya dan menggeleng. "Bukan apa-apa."Dia tidak punya waktu untuk memikirkan perceraian lagi. Lagi pula, bukan dia yang sedang buru-buru ingin menikah."Bisakah kita menemui Deka sekarang? Aku harus ke Meria lagi besok.""Besok?" Yudha mengerutkan kening. "Kenapa buru-buru sekali? Apa TaLa sekejam itu? Kamu 'kan bukan karyawan tetap mereka, jangan diam saja kalau ditekan.""Nggak, ini urusan lain." Yara agak kesal. "Jangan tanya."Yudha menahan diri dan menertawakan diri sendiri. "Benar, buat apa aku tanya-tanya. Bukan urusanku.""Bisa pergi sekarang?" Yara benar-benar kesal."Ayolah, sekarang." Yudha memimpin jalan.Agnes yang melihat keduanya pergi bersama mengira mereka pergi untuk mengambil surat cerai.Sepanjang perjalanan, Yara hanya melihat ke luar jendela dan tidak mengatakan apa-apa. Seperti sedang banyak pikiran."Aku ingatkan, Dek
Read more

Bab 0490

Deka seketika menatap Yudha dengan penuh simpati."Ayo pergi." Wajah Yudha berubah kelam dan masuk ke dalam mobil lebih dulu.Yara tidak berencana ikut. "Aku mau naik taksi sendiri.""Terserah." Yudha yang sedang kesal pun langsung pergi.Yara pulang naik taksi sendiri. Setelah bertemu dengan Siska, dia langsung bercerita tentang kematian Nando."Jangan-jangan si bajingan Melanie itu?" Siska sungguh kaget. "Gila, sudah nggak tertolong lagi. Dia kecanduan membunuh?""Entahlah, tapi kemungkinannya memang besar." Yara juga punya kecurigaan yang sama. Dia mendesah dengan hati yang berat. "Nggak seharusnya aku menyarankan Amel diserahkan ke Melanie. Malah jadi membuat Melanie ingin membunuh Nando.""Rara, ini bukan salahmu." Siska bergegas menenangkan Rara. "Melanie saja yang terlalu gila. Dia pasti akan mendapat hukumannya."Yara tidak mengatakan apa-apa, tampak sedang berpikir keras.Saat itu, dia hanya memikirkan bahwa Nando yang kecanduan narkoba tidak bisa merawat Amel dengan baik. Dan
Read more
PREV
1
...
4748495051
...
58
DMCA.com Protection Status