Home / Pernikahan / Mengandung Bayi Mantan Mertua / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Mengandung Bayi Mantan Mertua: Chapter 121 - Chapter 130

148 Chapters

122. Ekstra Part 8

Robin berdiri di depan pagar tinggi menjulang. Sebab, ia tidak diizinkan untuk masuk sama sekali. Sudah lama lelaki itu berdiri di sana, menunggu seseorang membukakan pintu gerbang untuknya. Dari kejauhan, ia melihat Airin dan Alice yang tengah merawat tanaman di taman sisi kanan halaman.Halaman rumah itu memang sangat luas. Bahkan dari pintu gerbang ke rumah cukup jauh untuk dilewati dengan berjalan kaki.“Alice!” Robin memanggil dengan setengah berteriak.Alice mendengar, hanya saja ia mengabaikan. Gadis itu sudah lelah karena merasa selalu diganggu oleh Robin. Ia tidak suka, apalagi Robin selalu memancing keributan setiap kali mereka berjumpa.“Kamu suka bunga apa?” Alice bertanya dengan lembut. Jemarinya menuntun tangan Airin untuk menyentuh tanah menanam bunga. Seperti artikel yang pernah ia baca. Energi negative yang ada pada diri akan diserap oleh bumi jika kita menyatu dengan alam.“Alice suka bunga mawar.” Airin berucap dengan senyuman. Yang ada di pikiran dan hatinya hanya
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

123. Extra Part 9

[Aku ada kelas tambahan. Kamu pulangnya naik taksi aja atau minta dijemput sama Bang Arka.] Alice membaca pesan yang masuk dari Jaya.Gadis berhidung mancung itu menghela napas dengan berat. Ia memesan ojek online, sebab tidak ingin merepotkan Arka yang kantornya berlainan arah dengan sekolah.Belvina masih tidak terima akan tamparan yang ia dapatkan. Sungguh, ia tidak mengira jika Alice akan berani melawan. Apalagi kerap kali guru selalu membela dirinya dan menghukum Alice setiap kali mereka terlibat pertengkaran.Lingkungan sekolah sudah tampak sunyi. Hanya beberapa siswa yang tersisa menunggu jemputan. Belvina melangkah mendekat. Hendak mendorong Alice ke jalan raya yang ramai dilewati oleh kendaraan lalu-lalang.“Vina!” Panggilan itu menghentikan aksi Belvina.“Opa.”Alice menoleh ke belakang. Menatap Belvina yang hanya berjarak beberapa senti dari dirinya.“Mau ngapain kamu?” Alice menatap dengan penuh selidik. Ia harus sangat berhati-hati mulai sekarang.“Apa?” Belvina memasang
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

124. Extra Part 10

“Cantik.” Alice memberikan pujian setelah ia mendandani sang ibu.Hari ini ulang tahun Airin yang ke 38 tahun. Di usianya yang mendekati kepala empat, ia masih terlihat begitu cantik.Lenzy dan Arie sudah memutuskan untuk merayakan bersama keluarga di rumah saja. Namun, Alice ingin ulang tahun ibunya dirayakan di luar. Ia ingin ibunya kembali bisa melihat dunia, juga dilihat oleh dunia. Ia ingin ibunya bisa hidup layaknya orang normal. Berbaur dengan yang lain.“Alice di mana?”“Ma, ini Alice.” Alice tidak lagi ingin masuk ke dalam dunia ibunya. Ia ingin ibunya yang keluar dari imajinasi dan hidup dalam dunia asli. Ia raih tangan ibunya, kedua telapak tangan wanita itu ia tempelkan ke pipi. “Ini Alice, Ma. Lihat wajah Alice, apa Mama tidak bisa mengenali putri Mama?” Gadis itu berucap dengan penuh kelembutan.“Kamu bukan putriku. Alice-ku masih kecil.” Airin menyangkal.Alice menghela napas dengan dalam. Ia beranjak pergi, lalu kembali lagi dengan album foto di tangan. Ia tunjukkan fo
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

125. Extra Part 11

Alice menangis mendengar penjelasan Arie mengenai kisah cinta Airin di masa silam. Gadis itu berulang kali menatap ibunya, memberikan remasan lembut pada jemari lentiknya. Berusaha menyalurkan rasa tenang dan aman dari genggaman tangan. Ia peluk tubuh ibunya dengan penuh kasih sayang.Setelah pertemuan dengan Zayyan kemarin malam. Alice dan kedua pamannya terus menuntut meminta penjelasan. Pada akhirnya, rahasia yang telah disembunyikan selama belasan tahun, terpaksa diberitahu pada mereka.Alice tidak menyangka jika ibunya akan melewati masa-masa sulit belasan tahun lamanya. Bahkan terpisah dari keluarga selama sepuluh tahun untuk menjalani pengobatan di rumah sakit jiwa. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya yang berada di posisi sang ibu.“Ma … Mama wanita kuat.” Alice berucap dengan suara bergetar.“Yang mana orangnya?” Arka ingin tahu. Ia ingin memberi pelajaran pada orang-orang itu.“Masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Kalian tidak perlu tahu yang mana orangnya. Mami tahu dend
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

126. Extra Part 12

“Alice?” Belvina tampak sangat terkejut ketika ia mendapati sang kakek pulang membawa adik kelasnya itu.“Hai.” Alice menyapa dengan senyuman. Menunjukkan wajah ramahnya pada semua orang.Kening Belvina tampak berkerut menatap kover yang ada di tangan Robin. Gadis itu sangat bingung melihat Alice yang memeluk lengan paruh baya itu dengan santai. Tampak mereka seakan orang-orang yang sudah saling kenal sejak lama.“Opa … kenapa Opa membawanya ke sini?” Akhirnya Belvina melontarkan pertanyaan yang sejak tadi bersarang dalam hati.“Dia akan tinggal di sini.” Robin menjawab dengan senyuman. Tampak lelaki itu sangat senang, sebab Alice mengakui dirinya sebagai ayah dan ingin tinggal bersama untuk menebus semua waktu yang telah terlewati selama lima belas tahun ini. Alice berkata ingin melakukan pendekatan agar ia tahu seperti apa rasanya punya seorang ayah.“Tapi kenapa?” Belvina masih terlihat bingung. Kerutan di keningnya bertambah seiring kebingungannya yang semakin besar.“Papa. Apa-ap
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

127. Extra Part 13

“Papa!” Alice memanggil dengan nada tinggi dari ambang pintu kamar yang terbuka. Matanya memerah dengan kaca-kaca yang menghalangi pandangan mata. Wajahnya tampak panik.“Kenapa, Alice?” Belvina berusaha untuk melakukan pendekatan. Ia merasa bingung, sebab Alice tiba-tiba berteriak memanggil Robin dengan ekspresi menahan tangis. Sementara ia tidak melakukan apa-apa, hubungan mereka masih sangat canggung meski telah tidur satu ranjang berdua.“Papa!” Alice kembali memanggil. Kali ini nadanya terdengar begitu menuntut.“Ada apa sih, masih pagi sudah bikin keributan. Ganggu orang saja.” Livy muncul dengan wajah garangnya.“Kamu apain, Belvina?” Leonel menatap putrinya.Belvina yang ditatap dan ditanya mengerutkan kening. Ia melambaikan tangan seraya menggeleng dengan cepat. “Bukan Vina, Papa.” Belvina melakukan pembelaan.Gadis itu tidur dan bangun seperti biasa. Tidak ada hal aneh yang ia lakukan. Ranjang dibagi dua dengan adil, ada guling di tengah-tengah sebagai pembatas. Ia tidak men
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

128 Extra Part 14

“Alice!” Jaya melambaikan tangan dari depan gerbang sana. Di tangannya tampak ada ponsel. Ia selalu main ponsel ketika menunggu Alice pulang.“Alice.” Belvina menghentikan langkah Alice. “Kalau Jaya nanyain aku, tolong cerita yang baik-baik ya.” Belvina menatap dengan penuh harap. Ia memasang wajah begitu manis, ingin Alice melupakan apa yang pernah terjadi di antara mereka sebelum ini.“Tenang saja. Aku tidak akan cerita yang buruk-buruk. Selama kamu baik, aku juga akan baik.” Alice memasang topeng agar tetap terlihat baik.“Tolong bujuk Jaya buat putusin pacarnya yang lain.” Belvina memohon dengan sangat.“Aku minta maaf, tapi aku tidak punya hak untuk itu.”Belvina memasang wajah masam. Ia sudah meminta berulang kali pada Jaya, tapi kerap kali ia mendapat laporan dari Silmi yang papasan dengan Jaya tengah berkencan dengan gadis lainnya.“Aku bakal lakuin apa pun, asal kamu mau bantu.” Belvina sangat memohon.Alice mengerutkan kening, menggigit bibir untuk berpikir.“Aku dengar-deng
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

129. Extra Part 15

“Pa!” Alice menepuk pundak ayahnya ketika mereka tengah makan malam bersama. Wajahnya tampak memerah, ia terlihat kesulitan bernapas.Livy menatap dengan tajam. Merasa jengah menunggu drama selanjutnya. Ia memutar bola mata dengan malas, kembali mengunyah makanan dengan susah payah. Nafsu makannya menurun semenjak Alice bergabung di meja makan. Ia sangat muak, ingin muntah setiap kali melihat Alice yang sok polos bak malaikat.Ruang makan yang tadinya sengang, kini berubah heboh karena keributan yang Alice ciptakan.“Alice, kenapa?” Robin tampak sangat khawatir ketika Alice bangkit berdiri seraya memukul dada.“Tersedak mungkin, Opa.” Belvina menebak.Robin bangkit berdiri, ia pukul dengan lembut punggung Alice. Berharap dengan itu bisa membuat Alice kembali bernapas dengan normal. Namun, wajah Alice tampak semakin memerah. Ia memukul dadanya semakin kuat. Napasnya terdengar berat, juga tersendat.Robin mendekap tubuh putrinya dari belakang. Menekan dada Alice dengan kedua telapak tan
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

130. Extra Part 16

“Mama.” Alice memanggil dengan lembut. Tangannya terulur, ingin dipeluk.Airin menoleh, menatap Alice yang beberapa hari ini tidak pernah ia temui. Senyum Airin mendadak hilang di saat sekelebat bayangan Alice kecil muncul dalam pikiran. Seperti dejavu ketika ia melihat putrinya terbaring lemah di sana dan mengulurkan tangan ingin dipeluk olehnya. Bintik-bintik merah di kulit putihnya mengingatkan Airin akan Alice yang pernah mengalami hal serupa.“Alice!” Airin mendadak panik. Ia berbalik, hendak berlari keluar dari ruangan. Namun, Arka dengan cepat menutup pintu.“Alice! Di mana Alice?!” Airin sangat histeris. Wajahnya tampak memerah dengan mata berkaca-kaca. Ada rasa khawtair yang begitu besar di sana. Ia menginginkan putrinya.“Mama! Alice di sini!” Alice berucap menahan tangisan. Ia tidak sabar menungg Airin sembuh dan bisa hidup dengan tenang. Ia ingin memiliki ibu yang normal.“Alice!” Airin memberontak ketika Arie memeluk menenangkan. Ia bahkan menggigit dan mencakar. Sudah beb
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

131. Extra Part 17.

“Saya sendiri tidak mengerti mengapa tiba-tiba pikirannya menjadi membaik seperti itu. Omongannya sudah nyambung. Dia juga sudah mulai bisa mengatur emosi. Ia tahu kapan ia harus tersenyum dan menangis.”“Apa itu artinya Airin telah pulih?” Lenzy bertanya dengan penuh harap. Ia tatap lelaki yang ada di hadapannya. Dokter jiwa yang menangani Airin beberapa bulan ini.“Belum bisa dipastikan. Dia harus rutin minum obat seperti biasa. Beberapa hari lagi saya akan melakukan tes ulang. Tolong beritahu saya apa pun yang dia lakukan selama beberapa hari ini. Catat perkembangannya, aktivitasnya.” Psikiater itu berucap dengan kening berkerut. Sebab, bingung sendiri akan kasus Airin yang tidak biasa. Biasanya, butuh waktu bertahun-tahu untuk penyembuhan jiwa. Namun, Airin hanya butuh dua bulan untuk itu. Ia tidak yakin bahwa Airin pulih karena obat dan teraphi yang ia berikan.“Mi, Airin ke rumah sakit sebentar. Katanya Alice mau pulang.” Airin pamit pada Lenzy. Ia tampak rapi sore ini, sudah bi
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status