Home / Pernikahan / Mengandung Bayi Mantan Mertua / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Mengandung Bayi Mantan Mertua: Chapter 131 - Chapter 140

148 Chapters

132. Extra Part 18

Robin bangkit berdiri, ia mendekat untuk menggendong Alice. Alice menggeliat seraya bergumam pelan ketika ia berada dalam gendongan ayahnya, merasa kenyamanannya telah direnggut.Alice dibawa menuju kamar. Tubuh lemahnya dibaringkan di sana. Airin menyelimuti dengan lembut, lalu memberikan kecupan. Ia tatap wajah lelap putrinya untuk waktu yang lama. Tidak ada bosan-bosannya ia menatap gadis itu.“Mau ke mana kamu?” Pertanyaan Livy terdengar hingga ke kamar. Mengalihkan perhatian Airin dan Robin dari Alice.“Mau ke kamar, Ma? Kenapa?”“Ada Alice di dalam.”“Ya emang kenapa? Kan kamarnya bagi dua.”“Kamu tidak liat, kulitnya jadi jorok begitu. Nanti nular ke kamu. Tidur di kamar Alya saja. Nanti barang-barang kamu bawa ke sana.”“Tapi, Ma—”“Kamu harus nurut sama mama.” Livy berucap dengan kesal. Ia tidak pernah berucap dengan nada sekesal itu pada putrinya. Kekesalannya pada Alice dan Airin ia lampiaskan pada Belvina.Belvina terpaksa menurut. Langkahnya terhenti ketika melihat pintu
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

133. Extra Part 19

Lenzy dihubungi oleh pihak sekolah, memberi kabar jika siang ini teman sekelas dan wali kelas akan datang untuk menjenguk, sebab sudah hampir seminggu Alice libur dikarenakan sakit. Lenzy memberikan alamat rumah Robin. Ia lekas meluncur ke sana sebelum pihak sekolah tiba lebih dulu. Wanita itu membeli beberapa jenis camilan untuk dihidangkan.Alice tampak duduk di kursi teras, melamun sendirian.Lenzy merasa nyeri di dada melihat cucunya melamun seperti itu. Seakan ia tahu apa yang tengah dipikirkan oleh gadis itu.Setelah berdiam diri di mobil yang ia parkir tidak jauh dari pintu pagar, Lenzy turun seraya membawa beberapa kantung belanjaan. Ia membeli banyak jenis camilan dan juga minuman kaleng. Sebab, tidak ingin teman sekolah Alice kembali mengejek Alice karena tidak disuguhkan makanan dan juga minuman oleh keluarga Robin.“Sayang, kenapa di luar sendirian?” Lenzy menegur ketika ia menghampiri gadis itu.Alice cukup terkejut ketika tiba-tiba mendapati di hadapannya ada sang nenek.
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

134. Extra Part 20

“Alice.” Belvina menghampiri dengan ragu. Ia duduk di tepian ranjang, menatap Alice yang tampak tengah berbalas pesan.Alice tidak menanggapi, fokus gadis itu tertuju pada ponsel yang ada dalam genggaman.“Alice!” Belvina kembali memanggil.Alice mneoleh, menatap dengan malas.Belvina semakin memangkas jarak yang ada di antara mereka. Ia mendekat, menatap menuju pintu dan juga jendela yang tengah terbuka. Tampak sangat berhati-hati ingin bertanya.“Kamu … kamu tahu hubungan mama kamu sama opa?” Belvina bertanya dengan penuh kehati-hatian. “Ada banyak teka-teki yang ingin aku cari jawabannya. Jaya tidak ingin memberitahu, katanya tanya padamu saja.” Gadis itu berucap dengan penuh kelembutan, berharap bisa mendapat jawaban dari Alice.Alice menatap dengan tajam. “Bukan urusanmu.” Ia berucap dengan kasar.Belvina menghela napas dalam. Ia sudah berusaha baik dan ingin mengakrabkan diri, tapi respons Alice sungguh tidak sesui harapan. Ia memasang wajah kesal, lalu beranjak keluar dari kama
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

132. Extra Part 21

“Yang ini mau?” Airin bertanya dengan penuh perhatian pada sang putri. Ia menunjukkan baju model terbaru.Alice menggeleng.Setelah belasan tahun ia hidup di dunia, ini pertama kali ia menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya. Ruam di kulitnya membuat ia merasa malu ketika diajak untuk mengunjungi pusat perbelanjaan. Ia tampak tidak nyaman. Apalagi melihat tatapan orang-orang yang seakan mengejek dirinya.Robin seakan paham apa yang tengah Alice rasakan.“Kita pulang?” Lelaki paruh baya itu bertanya. Mereka bahkan belum membeli apa pun, baru sampai dan sudah diajak untuk pulang.Alice tidak menjawab. Gadis itu bersikap seolah ia tidak mendengar apa pun.“Alice, coba ini dulu, Sayang.” Airin menyerahkan sebua dress tanpa lengan.“Maaf, Mbak. Baju-baju di sini tidak bisa dicoba sembarangan. Saya benar-benar meminta maaf, takut pelanggan yang lain ketularan jika bajunya tidak jadi dibeli.” Pelayan itu berucap dengan ekspresi tidak enak hati.Alice berusaha menutupi ruam di kulitnya.
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

133. Extra Part 22

“Kenapa kamu ngajak ketemuan di sini?” Jaya bertanya seraya mengambil posisi duduk di samping Belvina. Posisi mereka sedikit berjarak dari Silmi yang ikut menemani setelah disogok dengan makanan. Jika tanpa Silmi, ia tidak akan memiliki alasan untuk terlambat pulang.Belvina tidak menjawab selama beberapa waktu. Ia hanya diam dengan helaan napas yang terdengar begitu berat. Gadis itu menatap, memberikan sorot yang begitu melenakan.“Alice sudah memberitahuku.” Gadis itu berucap dengan lemah.Ekspresi Jaya seketika berubah. Senyum di sudut bibirnya menghilang begitu saja. Ia menatap tidak percaya.“Aku ingin bertanya padamu untuk validasi. Sebenarnya apa yang terjadi? Orangtuaku marah jika aku bertanya tentang Alice.” Nada bicaranya terdengar begitu menuntut. Sorot matanya begitu dalam, seakan ingin menyelami apa yang ada dalam pikiran Belvina.Jaya terdiam untuk waktu yang lama. Ia tahu semuanya karena kedua orangtuanya telah membongkar kisah lama. Rasanya sakit sakit jika mengulang c
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

134. Extra Part 23

“Kamu pulang saja, ya.” Silmi berusaha membujuk, sebab waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Orang tua Belvina pasti akan sangat mengkhawatirkan putrinya.Belvina menggeleng, menolak untuk pulang. Ia takut dimarahi habis-habisan oleh orangtuanya karena ciuman yang ia berikan pada Jaya. Ia berpikir Jaya pasti akan memberitahu Alice, lalu Alice mengadukan semuanya pada Leonel dan Livy. Ia takut jika dirinya akan diusir dari rumah. Lebih baik ia tidak pulang sekalian.Hening. Suasana mendadak sengang karena duanya sama-sama diam.Terdengar dering ponsel memecah keheningan. Silmi melihat ponselnya, tertera nama Leonel di sana. Gadis itu terlihat ragu untuk menerima. Ia biarkan saja ponsel berhenti berdering sendiri. Leonel kembali menghubungi. Kali ini Silmi tidak bisa mengabaikan begitu saja, ia yakin orang tua Belvina pasti sedang mencari-cari putrinya.“Halo, Om.” Lembut sekali gadis itu berucap setelah panggilan tersambung.“Silmi, kamu tahu di mana Belvina? Apa kalian ada keg
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

135. Extra Part 24

“Papi?” Alice menatap heran ketika ia melihat kakeknya dari kejauhan. Lelaki paruh baya itu tampak tengah berbicara dengan serius bersama Robin. Sepertinya mereka tengah membicarakan hal yang memantik api pertengkaran. Terlihat dari wajah keduanya yang terlihat menahan kesal.Alice melangkah mendekat. Ingin tahu apa yang tengah mereka bicarakan. Namun, Robin sadar ketika putrinya datang. Wajah kesalnya kini berubah menjadi sebuah senyuman.“Alice.” Robin menyapa dengan penuh kelembutan.Arie ikut menoleh menatap gadis itu.“Sayang.”“Papi ke sini mau ngapain?” Alice menatap dengan penuh tanya.“Bukan apa-apa, papi kangen kamu. Malam ini tidur di rumah papi ya?” Arie berucap dengan penuh kelembutan. Menyorot dengan penuh kerinduan.“Opa!” Belvina ikut menghampiri, memeluk lengan Robin untuk bermanja di sana.“Sayang.” Robin mengecup puncak kepala Belvina dengan penuh kasih sayang. Merasa bersyukur karena cucunya baik-baik saja setelah tidak pulang semalaman. Ia berikan pelukan melepas
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

136. Extra Part 25

Ponsel kembali berdenting, kali ini pesan masuk dari Arie.[Siapa yang blokir? Papi baru megang HP.][Kok ceklis satu? Kok foto profilnya kosong?] Alice langsung mengirim pesan balasan.[Kan dari awal foto profl papi memang kosong. Tadi lupa nyambungin ke wifi.][Papi ih, bikin panik Alice aja. Alice pikir Papi benci sama Alice.][Kamu yang bikin papi panik. Papi kira kamu sudah lupa sama papi, buang papi karena kamu sudah dapat papa baru.][Maaf ya Pi soal yang kemaren, Alice tidak ada niat bikin Papi sakit hati. Alice sayang Papi.][Iya, Sayang. Tidak apa-apa.][Alice minta uang boleh, Pi?][Berapa, Sayang?][Terserah Papi saja, Alice mau beli laptop baru.][Nanti papi transfer ya. Jajan kamu gimana? Catering sekolah masih jalan kan? Jangan makan sembarangan.][Iya, Pi.][Uang papi jangan dibagi sama Belvina.]Alice tertawa kecil membaca pesan kakeknya.[Papi telpon bisa? Mami sama yang lainnya mau dengar suaramu.][Jangan dulu, Pi. Besok biar Alice yang ke sana.]***“Alice laptop
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

137. Extra Part 26

“Leonel, apa ini?” Livy bertanya dengan wajah memerah. Urat lehernya menonjol, pertanda bahwa ia tengah marah.“Suami pulang kerja bukannya disambut malah langsung marah-marah.” Leonel merungut. Ia melepas sepatu pantofel yang membungkus kakinya. Wajahnya tampak masam, sebab wajah Livy yang tidak enak untuk dipandang.“Berani kamu selingkuh dariku?” Livy menunjukkan lembaran foto Leonel bersama seorang wanita. Mereka terlihat mesra.“Jangan menuduh macam-macam. Aku sudah menjalani hidup dengan lempeng-lempeng saja, berangkat kerja, pulang, istirahat. Tidak ada waktu untuk main-main. Kau sendiri tahu, semua uangku ada padamu. Wanita mana yang mau denganku?”“Jangan banyak alasan. Dulu kau juga selingkuh denganku di jam kerja. Kau bahkan menyetubuhiku di ruangan kerjamu, bisa saja kau kembali melakukan itu. Apa aku kurang bisa memuaskanmu?”“Ck! Jaga bicaramu!” Leonel langsung membekap mulut istrinya, takut jika anak-anaknya sampai mendengar kalimat yang baru saja ia lontarkan.“Pa … jad
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

138. Extra Part 27

[Papa dipindahtugaskan ke Jakarta. Aku disuruh ke sana duluan, soalnya dia mau ngurus berkas. Aku disuruh nyari kontrakan dekat kantor yang baru.][Ini alamatnya. Kamu tahu.][Besok aku bakal ke sana, kamu bisa jemput aku ke bandara? Aku pengen kamu jadi orang pertama yang aku temui di kota itu.][Aku tunggu jam tiga ya, pesawat bakalan mendarat sekitar jam tiga.]Alice tersenyum membaca pesan beruntun yang ia terima dari Gala. Tidak menyangka jika LDR yang mereka jalani selama sepuluh tahun, akhirnya akan segera berakhir dengan sebuah pertemuan. Entah setinggi apa lelaki itu sekarang. Ia tidak sabar ingin segera bertemu, sebab perasaan rindu yang telah menggebu-gebu.[Kamu berani ke Jakarta sendirian? Aku pasti bakalan jemput kamu. Aku mau tahu, kamu bakalan langsung ngenalin aku atau tidak.][Tentu saja. Aku memajang fotomu di mana-mana.] Gala mengirim balasan yang disertai dengan beberapa foto.[Aku beruntung bisa dicintai sama kamu.][Aku yang lebih beruntung karena kamu mau mener
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status