Home / Rumah Tangga / Mengandung Bayi Mantan Mertua / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Mengandung Bayi Mantan Mertua: Chapter 111 - Chapter 120

148 Chapters

112. Gila

“Gila!” Airin tertawa mendengar jawaban Leonel. Bagaimana mungkin mereka menganggap pernikahan sebagai permainan? Dia seakan tidak memiliki harga diri yang dioper ke sana ke mari. Bapak dan anak ternyata sama saja. Pikirannya tidak ada yang waras. Pantas saja Robin menduda selama itu tanpa ada wanita di sisinya. Ternyata ia red flag untuk dijadikan pasangan.Airin tidak lagi ingin merendahkan harga diri. Ia berbalik, lalu beranjak pergi. Sepanjang perjalanan ia bertanya-tanya dalam hati. Mengapa dulu ia bisa jatuh cinta pada dua lelaki itu hanya karena fisiknya yang memikat hati.Airin menghentikan taksi setelah ia berjalan cukup jauh dari area rumah sakit. Saran dari Leonel barusan membuka hati dan pikirannya. Bisa-bisanya ia lupa jika ia masih punya Arie yang bisa dimintai pertolongan. Persetan dengan sakit hati yang masih berbekas hingga kini. Masa bodo dengan hinaan yang akan kembali ia dapatkan nanti. Inilah saatnya ia membalas budi pada Lenzy.Taksi berhenti ketika ia tiba di ge
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

113. Berbaikan

“Kau baru datang, dan sekarang kau mau pergi lagi? Apa kau tidak merindukan papi? Ayo kita temui mami.” Arie berucap dengan suara serak. Ia cekal lengan Airin ketika wanita itu hendak beranjak pergi.Airin kembali berbalik, ia tatap lelaki paruh baya itu dengan sorot begitu dalam. Matanya tampak berkaca-kaca. Tidak percaya jika ayahnya ingin mengulurkan tangan untuk membantu diirnya setelah apa yang ia lakukan hingga sejauh ini.“Makasih, Papi. Airin sayang Papi.” Airin kembali menenggelamkan diri ke dalam pelukan Arie. Menumpahkan segala perasaan yang ada dalam hati.“Papi juga sayang sama kamu.” Arie membalas pelukan itu. Ia kecup puncak kepala Airin berulang kali.Mobil lain menyusul dari belakang sana. Mobil yang dikendarai oleh supir, mengantar anak-anak menuju sekolah masing-masing. Arka akan mulai masuk SD tahun depan, sementara Jaya masih harus TK. Mobil itu berhenti, sebab jalan keluarnya dihalangi oleh mobil Arie.Arka dan Jaya lekas turun dari mobil ketika mereka melihat Ai
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

114. Tamat

Setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama, akhirnya persidangan dilakukan secara tertutup. Airin datang bersama ayah dan neneknya, didampingi pengacara kelas kakap yang disewa oleh Arie. Sementara di pihak penuntut ada Alex bersama Leonel dan pengacara dari pihak mereka yang tampak cukup cakap dalam berbicara.Airin terlihat begitu gelisah. Ini hari penentuan, entah hukuman apa yang akan Lenzy dapatkan. Ia tidak mengira jika tindakan yang ia lakukan akan membuat ibunya berada di situasi sepelik ini. Ia menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa gugup. Memainkan ujung-ujung jarinya agar hati bisa sedikit lebih tenang.Arie menoleh menatap sang putri. Ia bisa merasakan kegelisahan yang dirasakan oleh Airin. Diraihnya telapak tangan wanita itu, lalu ia bawa ke dalam genggaman. Telapak tangan itu terasa dingin dan basah.“Pi ….” Airin meremas lembut punggung tangan ayahnya dengan telapak tangan yang lain.“Apa pun keputusannya, itu yang terbaik buat mami. Kita harus terima.” Arie m
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

115. Extra Part 1

Hari ini hari pertama Alice mulai masuk SMA. Karena Arka harus ke kantor sebagai pekerja magang sembari menunggu jadwal wisuda, terpaksa Jaya yang mengantar keponakannya meski mereka belum berbaikan sejak kemarin lusa.Alice tampak kesal berpegangan pada besi penyangga. Sepanjang perjalanan mereka tidak ada bertukar kata sama sekali. Mereka seperti sepasang kekasih yang tengah bertengkar. Raut wajah gadis cantik itu terukir dengan jelas bahwa ia tengah menahan kesal.Motor berhenti ketika mereka tiba di depan gerbang sekolah. Alice turun dengan wajah merungut, tidak mengatakan apa pun ketika ia hendak beranjak memasuki gerbang.“Sopan banget jadi anak, tangan sudah terulur pun tidak disambut. Itu helm dilepas!” Jaya berkomentar.Alice berhenti melangkah, ia berusaha melepas helm yang terpasang di kepalanya. Namun, gadis itu tampak kesulitan karena pengaitnya susah dilepas.“Kalau tidak bisa, minta tolong!” Jaya mengingatkan.Alice berbalik, melangkah mendekat seraya menyodorkan kepalan
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

116. Extra Part 2

“Ma, papa pernah selingkuh, ya?” Belvina bertanya pada Livy selepas mereka selesai makan malam bersama.“Heh? Kenapa tiba-tiba nanya begitu?” Livy dibuat terkejut akan pertanyaan yang diberikan oleh putri sulungnya.“Mama sama papa dulu pisah karena papa selingkuh?” Belvina kembali menanyakan hal yang serupa. Ia tahu jika kedua ornagtuanya pernah pisah sebelum akhirnya kembali memutuskan hidup bersama demi dirinya. “Iya kan, Ma?” Belvina kian mendesak jawaban. Ia benar-benar ingin tahu mengenai Alice yang ia temui di sekolah siang tadi, sebab garis wajahnya yang sangat mirip dengan Leonel.“Kenapa? Ada apa? Cerita sama mama.” Livy berusaha menggali informasi. Sebab, Belvina tidak akan berhenti bertanya sebelum ia puas dengan jawabannya.“Ada anak baru di sekolah yang mirip sama papa.” Belvina memberitahu dengan wajah kesal, menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan adik kelasnya itu.Livy tertawa tipis. “Itu biasa, kan manusia di dunia ini ada milyaran. Wajar kalau ada yang mirip.”“Tapi
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

117. Extra Part 3

Robin tiba di bandara menjelang malam. Lelaki itu menghirup udara kota kelahiran dengan sangat dalam. Setelah lima belas tahun, akhirnya ia kembali dari negeri rantauan. Ia akan menepati janjinya pada Airin, mencari dan menemui putranya sebagai orang asing.Lima belas tahun bukan waktu yang gampang dilewati dengan hati yang diselimuti oleh kerinduan mendalam. Ia selalu rindu Airin sepanjang waktu. Setiap detik, setiap menit, setiap helaan napas yang ia hirup. Ada rasa rindu yang menggunung di dalam dada yang hampir meledak karena tidak pernah ada temu di antara mereka. Apalagi ia tidak tahu seperti apa wajah putranya. Ia tidak ingin mengganggu hidup Airin, sebab ia pikir Airin akan bahagoa jika ia tidak lagi menunjukkan wajahnya.“Opaaa!” Belvina melambaikan tangan. Menyambut dengan penuh girang. Setelah ratusan kali berbicara lewat video call, akhirnya kakek dan cucu itu bertemu juga.Belvina berlari menuju Robin, memeluk lelaki paruh baya itu tanpa ada rasa sungkan sama sekali. Mere
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

118. Extra Part 4

“Kamu cantik sekali. Siapa namamu? Ibumu pasti bangga punya anak sepertimu.” Airin berucap dengan senyuman ketika Alice memandikannya pagi ini.Alice tersenyum getir. Kedua sudut bibirnya tertarik ke samping membentuk simpul senyum, tapi hatinya menangis ketika ibunya tidak mengenali dirinya.“Alice.” Alice menjawab dengan lembut. Ia gosok tubuh ibunya dengan penuh kasih sayang. membersihkan semua kotoran yang menempel di kulit putihnya.Ada banyak luka yang bisa Alice tangkap dari sorot mata yang ia terima. Luka yang hanya Airin bisa merasakannya.“Alice?” Airin bertanya memastikan. “Putriku juga namanya Alice. Dia cantik sekali, anaknya baik dan penurut. Aku benci pada diriku karena belum bisa jadi ibu yang baik. Aku selalu melarangnya ini dan itu. Kau tahu, ada banyak orang jahat di luar sana kan. Aku hanya ingin melindungi putriku. Aku tidak ingin dia merasakan apa yang sudah kurasakan. Rasanya sakit sekali.” Airin berucap seraya memukul dadanya, sebab merasa sesak saat berucap de
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

119. Extra Part 5

Alice tidak bisa konsentrasi sama sekali. Tubuhnya ada di sekolah, tapi pikirannya berada di rumah. Ia tidak sabar ingin lekas pulang, sebab ingin cepat-cepat bertemu dengan sang ibu. Gadis itu menatap ke luar jendela. Menyorot jauh ke depan sana. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Tampak wajah ibunya tergambar di atas awan.Bel pulang terdengar berbunyi. Alice bangkit berdiri, menyandang tas dan lekas menyerobot keluar dari kelas setelah guru keluar lebih dulu.“Tuh anaknya sudah keluar.” Silmi menunjuk Alice yang tengah berlari.Belvina menatap ke arah jari telunjuk Silmi. Tatapannya tampak begitu tajam, seakan hendak menikam.Alice berlari tanpa memerhatikan sekitar. Ia bahkan tidak fokus pada jalan. Saat melewati Belvina, ia terjatuh karena tersandung oleh kaki Belvina yang terjulur.“Sialan.” Alice mengumpat seraya kembali bangkit berdiri. Tampak sikunya memar karena terbentur dengan lantai.“Makanya, kalau jalan itu hati-hati. Ini sekolah, bukan jalur lomba lari.” Belvina tertaw
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

120. Extra Part Enam

“Robin.” Arie tampak sangat terkejut ketika mantan sahabat lamanya itu datang berkunjung. Sudah lama sekali semenjak mereka terakhir bertemu.Arie tampak sangat gelisah. Ada rasa takut yang luar biasa memenuhi hati dan pikiran. Ia menoleh ke semua sudut ruangan, berharap Alice ataupun Airin tidak muncul dan bertemu dengan lelaki paruh baya itu.Suara gelak tawa terdengar dari arah dalam sana. Itu suara Jaya dan Arka yang tertawa setelah berhasil membuat Alice kesal. Mereka suka sekali menggodanya. Menganggap gadis itu seperti adik mereka.Arie tampak semakin gelisah. Ia tidak ingin Robin mencium keberadaan Airin dan Alice di sana. Biarkan saja semua orang berpikir jika Airin menghilang bersama putranya.“Jangan ih! Mami, lihat tuh Om Arka!”“Arka! Jangan diganggu Alice-nya!”Rumah itu terdengar ramai meski anak-anak mulai tumbuh dewasa.“Mau apa?” Arie berusaha mengalihkan perhatian Robin dari keributan yang diciptakan oleh anak-anak dari ruang keluarga.“Alice itu putriku?” Robin la
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

121. Extra Part 7

“Alice! Alice!” Terdengar teriakan Airin berasal dari dalam sebuah kamar. Disusul dengan barang-barang yang dibanting ke lantai.“Airin?” Robin tersentak mendengar suara itu. Ia spontan bangkit berdiri, hendak mencari sumber suara agar bisa bertemu dengan Airin. Ia harus memastikan jika Alice benar-benar putri mereka.“Mau ke mana kau?” Arie langsung menahan langkah Robin. Tidak ia benarkan lelaki itu untuk menjelajahi rumah lebih dalam lagi.“Alice!” Teriakan Airin semakin histeris. Teriakan itu terdengar seperti orang yang tengah menahan rasa takut.“Itu Airin?”“Airin tidak ada di sini.” Arie berusaha menutupi. Ia tidak ingin kondisi Airin semakin parah jika wanita itu bertemu dengan Robin.“Apa yang terjadi? Airin baik-baik saja?” Robin dibuat khawatir.“Itu bukan urusanmu. Kau yang sudah menghancurkan hidupnya, jadi tolong cepat pergi dari sini sebelum aku menghubungi polisi untuk menyeretmu keluar dari sini.”“Airin!” Robin memanggil dengan suara tinggi. Lelaki itu memberontak d
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status