Semua Bab Diam-Diam Jatuh Cinta: Bab 301 - Bab 310

384 Bab

Jawaban Zeline

JEVINAku pikir ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengungkapkannya pada Zeline. Momen seperti ini mungkin tidak akan pernah terulang lagi. Sebelum terlambat, sebelum aku benar-benar memulainya dengan Niken.Zeline yang duduk di sebelahku diam tanpa kata. Tubuhnya tidak bergerak. Dia membeku dalam bungkam. Entah sedang memikirkan jawaban dari pertanyaanku atau … entahlah.Detik demi detik berlalu dan Zeline masih betah dalam gemingnya. Aku menanti dengan tegang apa yang akan disampaikannya. Semoga rasa itu ada untukku. Semoga saat ini Zeline mash sendiri sehingga peluang itu terbuka untukku.“Zel …" Aku memanggilnya, meminta agar dia segera menjawab pertanyaanku. Zeline nggak akan pernah tahu betapa tersiksanya aku menanti.Dia masih tetap dalam posisinya. Duduk dengan tatapan lurus ke depan seakan tidak mendengar kata-kataku.Apa dia butuh waktu untuk mempertimbangkannya? Apa dia butuh pikiran jernih sebelum memutuskan untuk mengatakan iya atau tidak?“Kalau kamu butuh waktu ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

She's a 10

JEVIN Malam ini setelah kembali dari kamar Zeline, Zach mengajakku mengobrol. Kami duduk berdua di beranda samping. Bertiga lebih tepatnya karena ada Fai juga.Fai menggelendot manja di pangkuan Zach. Anak itu memang sangat dekat dengan papanya.“Fai udah ngantuk ya?” Zach berujar pelan sambil mengecup puncak kepala jagoan kecilnya saat melihat Fai menguap. “Papa antar ke kamar yuk, Fai bobo sama Mama dulu ya, Papa mau ngobrol sebentar sama Om Jevin.”“Mau sama Papa …” Fai menolak. Ia mengeratkan pelukannya di tubuh Zach.To be honest, kedekatan dan interaksi keduanya begitu menyentuh hatiku. Tidak pernah ada dalam prediksiku jika adik bungsuku yang menjunjung tinggi kebebasan akan menikah muda dan menjadi family man seperti saat ini.“Sini sama Om aja yuk.” Aku meminta Fai dari Zach.“Sama Om Jevin ya, Nak.” Zach meminta persetujuan jagoan kecilnya.Fai menggelengkan kepala tidak ingin denganku.“Dia nggak mau, Jev. Biasanya kalau udah ngantuk dia memang begini. Maunya cuma sama gu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

Khawatir

ZELINEPak Ariq menyetir di sebelahku dalam diam. Begitu pun aku yang duduk di sebelahnya ikut membungkam suara.Jevin dan Niken menyabotase pikiranku meski aku tidak ingin memikirkan mereka. Sedangkan Pak Ariq, aku tidak tahu apa yang saat ini mengisi kepalanya. Sudah sejak pertama masuk ke mobil tadi dia tidak mengatakan apapun. Aku yang melihat hal itu merasa dia sedang tidak ingin bicara pun memilih untuk tidak mengucapkan apa-apa.“Zel, kamu lapar nggak?” Pertanyaan itu memecah hening di antara kami. Aku memutar kepala dan mendapati Pak Ariq sedang memandang padaku. “Lumayan, Pak.”“Kamu suka burger?”“Suka, Pak.”“Dua kilometer lagi ada drive thru, nanti kita mampir di sana.”Lalu kami kembali membiarkan hening mengisi. Sejujurnya aku ingin mengobrol banyak dengan Pak Ariq agar pikiranku jauh dari Jevin. Tapi entah mengapa saat ini aku kehabisan bahan percakapan.“Tumben kamu nggak bawel.”“Eh, apa, Pak?” Aku tersentak, lantas menoleh ke samping dan menemukan Pak Ariq dengan se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

Kalah

JEVINAku berhenti tepat di kawasan apartemen lalu menyesuaikan lagi alamatnya dengan yang tertera di ponsel. Nggak salah lagi. Memang ini apartemen tempat Ariq tinggal.Aku lalu turun dari mobil dan melangkah dengan cepat menuju unit apartemen Ariq.Sulit membayangkan entah pekerjaan seperti apa yang dilakukan Zeline di apartemen Ariq tengah malam begini. Yup. Sepuluh menit lagi jarum pendek akan bergerak menuju angka dua belas. Bayangkan saja, saat pergantian hari Zeline masih berada di tempat laki-laki. Dan mungkin saja hanya berdua.Langkahku terhenti tepat di depan pintu unit yang ditempati Ariq. Benar ini dia. Unit nomor sepuluh seperti yang tadi dikirim Javas.Pintu tidak langsung terbuka setelah aku menekan bel. Mungkin dua orang di dalam sana terlalu sibuk bekerja.Tanganku akan kembali terulur menekan bel ketika tiba-tiba daun pintu terkuak. Ariq muncul dan tentu saja kaget kala mengetahui kedatanganku.“Jevin?”“Riq, Zeline masih di sini?”“Masih. Dia lagi di kamar.”Sek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

Move On

ZELINEIni adalah hari ketujuh aku menginap di apartemen Pak Ariq. Setelah pertemuan dengan Jevin seminggu yang lalu aku memutuskan tidak pulang ke rumahnya. Aku menelepon Tante Rosella dan mengatakan menginap di rumah teman yang jaraknya dekat dengan kantor. Tante Rosella nggak masalah. Dia mengizinkan. Lagian dia nggak berhak melarang apapun yang kulakukan. Dia dan Jevin tidak tahu bahwa sebenarnya aku berada di apartemen Pak Ariq. Aku merasa nyaman berada di sana. Pak Ariq membebaskanku melakukan apa saja seakan tempat itu adalah rumahku sendiri. Hampir setiap hari Pak Ariq bercerita mengenai Mbak Zola. Mulai dari pertama mengenalnya dulu, sampai hari-hari saat kakakku itu menjadi asistennya. Bahkan sehari setelah Mbak Zola pergi ke Amerika Pak Ariq memintaku untuk meneleponnya dan ikut bicara melalui ponselku.Kebahagiaan kecilku selama berada di apartemen Pak Ariq harus berakhir. Tadi siang Mbak Zoi sudah tiba dari Semarang. Dan itu artinya aku harus kembali ke rumahnya.“Zeline
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

Ada Yang Luka Tapi Tak Berdarah

ZELINE“Ka, udah dong, Aunty capek, Naaaak …” Aku menyingkirkan tangan Bjorka. Sudah sedari tadi dia menjahiliku. Mulai dari menggelitik pinggang sampai mencubit perutku. Baru beberapa hari aku di sini tapi aku sudah menjadi korban kejahilannya. Setiap aku pulang kerja dia akan mengekor lalu masuk ke kamarku hanya untuk mengacak-acak barangku atau menggelitik dan mencubit seperti yang dilakukannya barusan.“Dia tuh mau balas dendam sama kamu karena kamu pernah jahilin dia,” kata Mbak Zoi yang masuk ke kamarku.Aku ingat kala itu pernah mengganggu Bjorka waktu dia sedang tidur hingga membuatnya menangis. Tapi kalau mau membalas aku ya nggak kayak gini juga. Masa setiap hari aku digangguin.“Kaka tega banget sama Aunty. Aunty kan cuma sekali tapi masa Kaka ngebalesnya tiap hari sih, Nak?” Aku memasang wajah sedih lalu pura-pura menangis yang membuat Bjorka tertawa.“Ka, dicariin Papa tuh, sana gih, temui Papa dulu.” Mbak Zoi mengusap kepala Bjorka sambil memintanya pergi dari kamarku.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

Bjorka Sang Pemersatu

JEVINAku tidak pernah tahu bahwa hari ini ada di dalam hidupku. Hari di mana aku bertemu Zeline di tempat, waktu, dan situasi yang tidak terduga.Zeline ikut serta mendengar dan menyumbang ide untuk pernikahanku dan Niken. Iya, aku memutuskan untuk memulai hubungan yang serius dengan Niken.Mungkin keputusanku untuk menikah dengan Niken merupakan tindakan yang impulsif dan terburu-buru. Tapi bukan berarti tanpa pemikiran yang panjang. Aku dan Niken memang baru kenal, tapi aku merasa cocok dengannya. Dia bisa mengimbangiku, dan aku pun sanggup mengisinya. Bukankah itu yang terpenting?Bicara soal cinta, aku dan dia sama-sama mengerti bahwa perasaan itu belum hadir di antara kami. Tapi itu bukan lagi yang utama. Cinta bisa tumbuh belakangan.Sebut aku jahat karena aku … menjadikan Niken pelarian untuk melupakan Zeline. Tapi aku nggak punya cara lain. Selama aku masih sendiri aku nggak akan bisa move on darinya.Aku mengajak Niken bicara serius tentang hubungan kami. Aku mengajaknya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-18
Baca selengkapnya

Gimana Menurut Kamu?

ZELINEAku sontak memandang ke arah Mbak Zoi setelah mendengar perintahnya. Apa-apaan Mbak Zoi pake nyuruh aku? Aku ingin menolak tapi pasti dia akan curiga. Alhasil, aku terpaksa menurut.“Ayo, Ka!” Aku bermaksud menggandeng tangan Bjorka, tapi anak itu lebih dulu mengaitkan tangannya ke lengan Jevin. “Nggak mau sama onti,” sungutnya.Aku menahan geli di dalam hati. Dia masih saja dendam padaku hanya karena aku mengganggunya sekali. Dasar bocil. Aku nggak tahu dari mana Bjorka mewarisi sifat itu karena setahuku Mbak Zoi bukanlah tipe pendendam.Aku membuntuti Jevin yang berjalan di depanku sambil menggandeng tangan Bjorka menuju mobil. Seharusnya Mbak Zoi nggak usah menyuruhku. Tanpa ditemani pun Jevin pasti tahu di mana tempat jualan es krim.Jevin membukakan pintu mobil, lalu mengangkat tubuh mungil Bjorka ke sana.“Zel, kamu di sini sama Bjorka,” suruh Jevin saat aku membuka pintu belakang dan bermaksud duduk sendiri.“Aku di sini aja, Jev.” Kutolak tawaran Jevin yang memintaku d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-18
Baca selengkapnya

Dilema

JEVINZeline menghentikan suapannya setelah mendengar kata-kataku. Selama hitungan detik dia terdiam. Namun sesaat kemudian wajahnya mengeras, sementara tangannya menelungkupkan sendok dan garpu di dalam piring.“Gimana, Jev?” tanyanya dengan dahi berkerut menatapku.Aku berdeham guna menjernihkan tenggorokan yang tiba-tiba keruh. Aku nggak bermaksud mempermainkan Niken ataupun Zeline.“Mumpung masih rencana aku masih bisa membatalkan pernikahan itu, Zel,” jawabku.“Kenapa dibatalkan?”Banyak kata yang ingin kuucapkan pada Zeline tapi seperti ada yang menahan hingga akhirnya hanya mengendap di dasar lidah. Aku ingin Zeline mengerti dengan sendirinya tanpa perlu kuterangkan. Bukankah perempuan jauh lebih peka dari laki-laki?“Jev, kenapa dibatalkan?” Zeline mengulangi pertanyaannya karena aku tidak menjawab.Mungkin aku memang pecundang, pengecut, dan entah apa lagi sebutan yang pantas untukku. Tapi hanya ini kesempatan terakhir untukku sebelum aku benar-benar menikah dengan Niken. In
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-18
Baca selengkapnya

Buka-Bukaan

JEVIN“Hentikan ide gila kamu itu, Jev. Apa yang akan kamu lakukan bukannya menyelesaikan masalah, tapi malah bikin semua jadi makin sulit.” Zeline mengoceh tanpa spasi untuk menghalangi rencanaku.Mulutnya yang komat-kamit, bola matanya yang melebar, membuatnya tampak semakin menggemaskan. Kalau di sini bukan ruang publik sudah kulumat bibirnya.“Aku lebih suka mendengar desahan kamu dari pada kamu ngomel kayak gini, Zel,” jawabku menghentikannya, dan berhasil.Zeline sontak membisu dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sementara matanya menyorotku penuh amarah.Apapun ekspresinya Zeline tetap memesona. Semakin dewasa dia semakin membuatku jatuh cinta. Aku sudah sering bertemu perempuan yang jauh lebih segalanya dari Zeline, tapi dia berbeda. Entah apa yang dimilikinya sampai aku nggak bisa melupakannya.Aku menatapnya lurus-lurus, mencoba untuk memberi pengertian padanya walaupun aku yakin dia belum tentu bisa menerimanya.“Semua ini akan semakin kacau kalau aku tetap melanjutkan pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2930313233
...
39
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status