All Chapters of Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila: Chapter 11 - Chapter 20

94 Chapters

Bab11 Ancaman dari Aditya

Bab11"Berat," lirihnya, membuatku lekas membenarkan posisi berdiri."Maaf," ujarku sambil berdiri kaku. Entah kenapa, mendadak rasanya jadi salah tingkah."Lain kali hati- hati, selalu saja ceroboh," gumamnya lagi sambil berjalan meninggalkanku."Dasar es batu," batinku. Ah, kesal sekali. Kenapa sih kak Adam ini, malah kembali ke pengaturan awal kami dulu bertemu. Selalu bersikap dingin dan berkata seenak jidatnya saja.Ah sudahlah, lebih baik aku buat sarapan dulu, keburu si bayi rewel.Aku pun bergegas menuju dapur dan mulai membuka- buka kulkas, mengambil beberapa bahan dan memasaknya.Disaat asik memasak, terdengar suara tangisan bayi kecil itu dari kamar. "Cepet betul tuh bayi bangun," gumamku sambil mematikan api kompor, mencuci tangan dan bergegas menuju kamar. Namun langkahku langsung terhenti, ketika mau masuk ke kamar. Lelaki es batu itu sedang berusaha membujuk si bayi agar tidak menangis.Entah kenapa, hatiku menghangat melihatnya. Ditengah perasaan yang campur aduk me
Read more

Bab12 Tawaran Kak Adam

Bab12"Dam, apa ini?" Wanita paru baya yang kak Adam panggil Mamah itu menatap bingung sambil melempar tanya.Aku dan kak Adam merasa kikuk, ditambah Bulan yang susah ditenangkan."Dam, jawab!" pintanya dengan wajah yang mulai kesal."Istri Adam, Mah!" Spontan jawaban kak Adam, membuat aku syok berat. Apa- apaan ini?Mataku membulat, menatap kak Adam, begitu juga dengan Mamahnya."Kamu serius, Dam?" Mamah kak Adam nampak tidak percaya, dengan jawaban konyol lelaki itu. Aku berniat menyela pembicaraan mereka, namun kak Adam dengan gerak cepat, menutup mulutku dengan tangan, sambil tersenyum ke arah Mamahnya."Sayang, kamu tenangin si Dedek dulu," ujarnya lembut, membuat aku semakin kesal.Mamah kak Adam semakin tercengang, mendengar ucapan lelaki itu.Kak Adam menyeretku masuk ke arah kasur, dan dia pun bergegas keluar sambil menutup pintu.Terdengar suara mereka sedang berbicara di depan pintu kamar ini. "Astaga, masalah baru ini mah," batinku.Aku segera mengirim pesan pada Iren, m
Read more

Bab13 Kembali Ke Jakarta

Bab13Malam itu, mamah kak Adam pun akhirnya berpamitan pulang. "Tentang bayi itu, apa yang Kakak katakan sama Tante tadi?" tanyaku, sebelum kami masuk ke dalam rumah."Aku bilang dia anak teman aku, yang lagi dititipin, karena Ibunya lagi sakit dan dijagain sama Ayahnya.""Kakak bohongin orang tua loh.""Memangnya kamu mau aku jujur, kalau kamu penculik bayi?" ujarnya, membuatku sedikit kesal, meskipun ada benarnya juga.Akhirnya, kami pun masuk ke dalam Villa, dan tidur di kamar masing- masing.Malamku menjadi gelisah, tidurku pun menjadi susah karena terus kepikiran kedua orang tuaku, yang saat ini berada ditangan mas Aditya. Semoga mereka baik- baik saja.Berkali- kali kulirik ponsel, pesan singkatku, tidak kunjung Iren baca. Nomor ponselnya juga tidak aktif- aktif, entah kemana ini orang.Ah, Iren!! Kemana sih. Hingga pagi menjelang, tepat jam 5 subuh, aku baru mulai terlelap. "Dinda, Dinda ...." Aku terkejut, ketika mendengar bunyi ketukan pintu yang cukup keras itu.Bahkan b
Read more

Bab14 Bujukkan Mas Aditya

Bab14"Aku akan ikut menghadiri pertemuan itu," lanjutnya. Iren melepaskan pelukannya dan menatap ke kak Adam."Kakak yakin?""Ya." >
Read more

¹Bab15 Ceraikan Dinda

Bab15"Kamu ingat- ingat lagi masa- masa indah kita, sayang," ucapan mas Aditya kembali terdengar. Aku menatap wajah yang memohon itu kepadaku."Aku maafin kamu, Mas," lirihku, membuat hembusan napas Iren terdengar keras.Mas Aditya tersenyum lega."Tapi tidak untuk kembali ke rumah ini," lanjutku sambil melepaskan diri dari gendongan yang melilit tubuh.Senyum di wajah mas Aditya memudar."Kamu nggak sayang sama anak ini?" tanya mas Aditya, ketika melihatku menatap hampa pada gadis kecil di gendonganku ini."Aku sayang, tapi aku nggak berhak apa- apa tentang bayi ini. Jadi, aku kembalikan dia pada kalian, setelah kedua orang tuaku nanti datang.""Ya Allah, Din. Lihat aku, Din. Aku ini masih sah suami kamu, apa iya kamu nggak mau lagi dengerin aku?"Cih! Lagaknya. Mas Aditya ini memang orang yang paling pandai mengolah kata dan mempermainkan perasaan orang lain. Tapi aku, tidak akan tertipu untuk yang kedua kalinya lagi.Aku terkekeh, membuat mas Aditya menatap heran kepadaku."Kenap
Read more

Bab16 Akan Kurebut Semua Hakku.

"Kenapa kamu begitu ingin bercerai?" tanya mas Aditya dengan tatapan kesal."Buset, nggak sadar diri," timpal Iren sambil menggelengkan kepalanya."Dalam rumah tangga, itu wajar ada kekurangan, pertengkaran dan sebagainya. Selama ini, kita sudah bisa melewatinya dengan baik. Kamu mengenal aku bukan sehari dua hari, jika ada yang tidak kamu sukai dari aku, kita bisa perbaiki, bukan berpisah," lirih mas Aditya berdrama, benar- benar memuakkan."Pak Burhan sebaiknya pergi saja, kami tidak akan bercerai," lanjut mas Aditya. Pak Burhan masih terdiam tak langsung bereaksi."Kita tetap akan bercerai, Mas!" tegasku, sambil menarik napas berkali- kali."Mas janji akan berubah, apa itu kurang?" balasnya dengan wajah yang jelas sekali menahan kesal.Cih! Manusia manifulatif seperti ini, tidak akan pernah bisa berubah."Aku akan tuntut harta gono- gini sama kamu, Mas! Aku tidak lagi lemah, aku akan ambil semua yang menjadi hak aku di rumah ini," jelasku. Membuat Astri mengernyit."Harta gono- gin
Read more

Bab17 Abba Marah

"Sudah cukup! Bawa pergi wanita ini. Tidak akan ada pembagian harta apapun," usir mas Aditya, dengan nyalang menatap ke arahku."Wanita jelek, bodoh dan kurus kering sepertimu, tidak akan ada yang mau lagi, cuih," lanjutnya menghinaku.Untuk ketiga kalinya, hari ini dia menghina fisikku. Tanganku mengepal, dan kak Adam langsung memelukku secara tiba- tiba."Tahan emosi kamu!" bisiknya, kemudian berbalik badan, menatap mas Aditya."Tanda tangani surat perceraian itu! Setelahnya kamu akan tahu, bagaimana wanita ini akan menjadi cantik dan berharga, ditangan lelaki yang tepat!" tekan kak Adam sambil tersenyum."Ya, buktikan saja." Hanya itu jawaban mas Aditya. Kami pun berlalu dari sana, sedangkan Iren masih di dalam bersama pak Burhan, mengurus semuanya.Umma langsung memelukku, sedangkan Abba hanya terdiam di samping Umma."Ya Allah, Nak. Umma sampai sulit mengenali kamu sekarang, kamu sangat kurus," lirih Umma terisak.Aku hanya bisa menangis dipelukan Umma, tanpa bisa bersuara. Sete
Read more

Bab18 Pernikahan Resmi

"Abba telepon siapa?" tanyaku. Abba terkejut, melihat ke datanganku."Nanti saya hubungi lagi," ujar Abba, pada seseorang yang sedang ia telepon. Kemudian, Abba menatapku."Ada apa? Abba lagi menghubungi teman," ucap Abba, sambil memasukkan ponselnya ke dalam kantong celana."Teman yang mana? Dinda dengar lo, Ba. Abba meminta seseorang menghancurkan perusahaan, tempat mas Aditya bekerja?" cercaku.Abba menarik napas."Ya, begitulah.""Abba, kita ini orang biasa, sedangkan perusahaan tempat mas Aditya bekerja, itu perusahaan terbesar di Jakarta. Bahkan, pemiliknya terkenal berhati dingin, tegas dan tidak segan- segan menghancurkan lawan bisnisnya. Kita jangan coba- coba menganggu mereka, yang ada kita bakal dalam masalah," jelasku panjang lebar."Hah? Kamu pikir kita sekecil itu?" Aku mengernyit, mendapat jawaban Abba."Apa karena Abbamu ini seorang petani biasa? Dan Umma hanyalah seorang ibu rumah tangga, jadi kamu merasa kita tidak punya kekuatan apa- apa, untuk melawan Aditya, juga
Read more

Bab19 Papah Akan Datang

Panggilan pun kuabaikan begitu saja. Demi ketenangan pikiran ini, tiba- tiba lelaki itu malah mengirim pesan padaku.[Angkat teleponku, atau aku kesana temui orang tuamu?]Aku tercengang, membaca pesan darinya. Ini kak Adam kenapa sih?Dari pada orang tuaku mikir macam- macam, sebaiknya aku telepon dia saja. Lagian ini sudah hampir jam 9 malam, ngapain juga dia harus kemari lagi."Ada apa sih, Kak?" tanyaku kesal, ketika panggilan telepon kami tersambung."Kita harus bertemu besok, ada yang ingin aku sampaikan," ujarnya."Ini penting." Ia menegaskan permintaannya, seolah itu tidak bisa dibantah.Aku menghela napas."Jika kamu menolak, orang tuaku akan datang ke rumah malam ini juga," ujarnya lagi bersuara, disela kebisuanku.Mataku nyaris melompat dari tempatnya, mendengar ucapannya tadi."Memangnya ada apa sih, Kak?" "Kutunggu besok di cafe Delima," ujarnya.Dasar lelaki es batu, mengesalkan sekali. Akhirnya telepon pun diakhiri tanpa jawabanku. Malam itu kulalui dengan gelisah. Ak
Read more

Bab20 Dihina

"Perusahaan Danum Perkasa," gumam Abba, yang kini mendekati meja makan.Aku mengernyit, karena Abba menyebutkan nama perusahaan, tempat mas Aditya bekerja."Abba, ada apa?" selidikku. Abba menarik napas dan duduk kembali di kursinya."Hanya ingin tahu, sebaik apa kinerja si Aditya itu," jawab Abba dengan santai.Aku semakin tidak mengerti."Ba, itu bukan urusan kita. Tolong jangan seperti ini.""Abba berhak tau! Karena Aditya, bekerja di bawah perusahaan yang Ayah kamu miliki," jelas Abba, membuat aku sangat terkejut luar biasa."Ba, halusinasi macam apa ini?"Aku menatap Abba dengan tidak percaya."Kenapa? Abba tidak berhalusinasi. Abba juga punya saham di perusahaan itu, sebesar 30%. Jadi apa salahnya, Abba mencari tahu kinerja lelaki itu."Aku semakin syok aja, mendengar jawaban Abba. Sulit dipercaya rasanya semua ini. Aneh aja, orang yang hidup serba sederhana seperti Abba, mengaku memiliki saham 30% di perusahaan besar itu.Dan si pemiliknya adalah Papahku sendiri, benar- benar n
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status