Semua Bab Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila: Bab 41 - Bab 50

94 Bab

Bab41 Bertemu Pak Hanung

Mobilku melaju, sembari tersenyum jahat, membayangkan mas Aditya. Aku yakin, lelaki brengsek mata duitan itu, akan menyelidiki semua tentang ceritaku tadi.Dia pasti akan mati penasaran, jika tidak memastikan kebenaran dari ceritaku tadi. 3 tahun kami bersama, dia bahkan tidak tahu asal- usulku, yang ternyata adalah anak dari bosnya.Jangankan dia, aku sebagai anak saja tidak tahu. Setelah tahu, nyawaku malah jadi buronan mereka. Sialan memang.Sesampainya di parkiran apartemen, ponselku mendapatkan panggilan dari nomor tidak dikenal.Aku terkekeh, entah siapalagi, yang menghubungiku kali ini.Disaat panggilan telepon aku jawab, suara teriakkan melengking di ponselku. Aku menjauhkan ponsel dari telingaku, karena bass suaranya yang memekkan telinga. [Janda gatal ....] Suara yang cukup aku kenali. Aku terkekeh, wanita gila itu rupanya.[Ah, aku kira mas Aditya yang telepon. Baru aja tadi kami bersama, masa tiba- tiba kangen, eh ternyata kamu yang telepon,] ejekku dengan sengaja, biar m
Baca selengkapnya

Bab42 Mulai membalas mereka

Di depan tivi yang baru saja aku setting, aku terdiam memantau sekitar apartemenku.Terlihat seorang lelaki misterius, mulai memantau disekitar. Bener- bener nggak sabaran banget keluarga pak Hanung ini, pengen banget aku mati rupanya.Aku tetap duduk santai, mengamati gerak- geriknya. Nampaknya orang itu hanya mengamati sekitar, kemudian pergi. Mungkin saja, dia hanya mengenali lingkungan apartemen ini, sembari mengenali tingkat keamanannya.Andai saja dia berani mencoba membuka pintu apartemenku, bisa- bisa dia mengantarkan nyawanya saja. Karena aku, sudah memasang sentruman tegangan tinggi disana. Haha, sayangnya umurnya panjang masih mungkin.******Seperti biasa, pagi ini aku bersiap- siap, untuk berangkat ke kantor. Hari ini, aku akan memulai pembalasan kepada mereka. Enak saja mereka terus yang beraksi, sedangkan aku mode kalem. Mereka bakal menginjak- injakku terus kalau begini.Aku melajukan mobil, membelah jalanan kota, menuju kantor. Sesampainya di kantor, aku masih duduk
Baca selengkapnya

Bab43 Kekuasaan Hanung

Aku pun melaporkan perbuatan Sesil ke kantor polisi, dengan membawa hasil visum, dan juga bukti cctv yang memperlihatkan betapa brutalnya Sesil.Berita tentang penganiayaan Sesil kepadaku langsung menjadi trending topik di media sosial. Aku sengaja menyuruh orang untuk memviralkannya dengan judul- judul memalukan.Dan hari itu juga, Sesil dibawa pihak yang berwajib, dan lagi- lagi aku meminta seseorang merekam sebuah video penangkapan Sesil di kantor kerjaku.Semua berjalan sesuai harapan. Aku memilih pulang, dibandingkan melanjutkan kerjaanku. Rasanya aku butuh ketenangan. Kuabaikan panggilan telepon pak Anwar yang terus- menerus masuk.Tanpa kuduga, disaat aku sampai ke apartemen, om Kustomi berdiri di depan pintu, menatap datar ke arahku.Aku pun menyapanya, dia hanya diam. Aku membuka pintu dan mempersilahkannya masuk.________Aku menjelaskan semua yang terjadi hari ini. Tanpa kuduga, om Kustomi langsung marah.Brak .... Om Kustomi menggebrak meja tamu dengan emosi, tatapannya
Baca selengkapnya

Bab44 Menipu mantan

Disaat pikiran sedang kalut, tiba- tiba panggilan telepon dari mas Aditya masuk. Aku menatap sesaat, kemudian menjawabnya.[Ya, Mas.][Ehem. Din, lagi ngapain? Mas ganggu kamu nggak ya?] tanya mas Aditya.[Aku lagi rebahan saja, Mas. Aku bingung, rumah, dan kebun peninggalan Abba terbakar habis. Kini, keunganku menjadi tipis,] jawabku dengan suara lesu.Meskipun om Kustomi memberikan aku biaya hidup selama ini. Tapi aku juga tahu, kalau dia mengelola kebun dan ternak Abba di Kalimantan. Dan ongkos yang biasa aku terima, adalah hasil bagi rata kami.[Kok bisa, jadi sekarang gimana kondisinya disana?][Nggak tau, Mas.] [Padahal aku rencananya mau jual kebun dan tanahnya. Buat ngelawan Papahku di Pengadilan. Dia membawa surat wasiat saham dari Abba katanya] aku terpaksa menjelaskan semua ini ke mas Aditya.Aku terpaksa menggunakan mas Aditya, untuk melawan papah. [Sudah kuduga. Aku mendengar kabar, kamu laporin Sesil ke kantor polisi. Untuk apa, Din? Percuma, pak Hanung dan ibu Melisa
Baca selengkapnya

Bab45 Tertembak

Tiba- tiba, rasa panas mengenai lenganku. Aku memekik pelan, merasakan sakit. "Sialan," umpat ibu Melisa, yang langsung masuk ke dalam mobilnya. Aku memegang lenganku dan menoleh ke arah belakang.Aku cukup terkejut, ketika melihat kak Adam, sedang berkelahi dengan lelaki yang ditangannya masih memegang senjata api.Aku berlari ke arah mereka, dan ikut menyerang lelaki itu. Meskipun lenganku yang kiri sakit dan terluka. Tapi aku masih mampu menggunakan 1 tangan kananku, juga dua kakiku untuk menghajar lelaki si penembak itu.Aku dan kak Adam berusaha menangkapnya. Namun ketika aku berhasil merebut senjata apinya, dia melemparkan kami bubuk cabe, membuat aku dan kak Adam seketika menjauh darinya.Lelaki kurang ajar itu pun berhasil kabur. "Kamu nggak apa- apa?" tanya kak Adam, menatap khawatir ke arahku."Alhamdulilah cuma luka, Kak. Aku masih hidup," jawabku sambil terkekeh."Dasar!!" ujarnya sambil menjitak kepalaku."Aww, sakit." Aku memekik."Ayo, kita ke rumah sakit," katanya sa
Baca selengkapnya

Bab46 Keberadaan Iren

"Aku juga nggak tau, Kak. Aku nggak ada ngasih tahu siapa- siapa tentang kondisiku," jawabku yang juga ikutan bingung."Kamu nggak ada hubungin Anwar kan?" "Belum ada, Kak. Sensi banget sama pak Anwar, kan kalian masih ada hubungan keluarga," kataku merasa heran dengan tingkahnya."Sudahlah, aku liat dulu." Kak Adam menutup wajahnya dengan masker, kemudian bangkit dan langsung berjalan ke arah pintu. Entah kenapa, sikapnya begitu menunjukkan ketidaksukaan pada pak Anwar, ada masalah apa mereka?Disaat aku termenung, tiba' tiba pintu terbuka. Aku terkejut, ketika melihat yang masuk ke dalam kamarku, adalah om Kustomi."Om," lirihku. Kak Adam masih menunduk diam, agar om Kustomi tidak mengenalinya."Ceroboh! Kenapa kamu sampai tertembak seperti ini?" bentak om Kustomi, menatap marah kepadaku."Dari mana Om tahu aku disini?" tanyaku penasaran. Om Kustomi mendengkus."Kamu pikir, Om akan diam saja, tanpa memantau kamu sama sekali setelah kamu mempermalukan keluarga Hanung? Om itu sangat
Baca selengkapnya

Bab47 Tidak Percaya Siapapun

[Din, Dinda ....] Belum lagi kubalas pesan pak Anwar, masuk pula pesan dari mas Aditya.[Ya, Mas.] Langsung kubalas saja, pesan dari mas Aditya.[Maaf, Pak. Saya masih cukup kaget dengan kejadian hari ini. Saya ditemani om Kustomi, Bapak tidak perlu khawatir.] Aku mengirim pesan balasan pada pak Anwar.[Uangnya sudah cair, Din. Mau langsung aku transfer, atau gimana?] Balasan dari mas Aditya, membuat cerah hatiku.Uhh, mas Aditya, kerja bagus. [Transfer, Mas.] Hanya itu balasanku, tidak lupa kukirim nomor rekening. Tidak menunggu waktu lama, sejumlah uang yang cukup besar, masuk ke rekeningku. Aku tersenyum bahagia, akhirnya aku dapatkan kembali hak aku.Mas Aditya pasti akan syok dan frustasi, jika pada akhirnya, dia hanya kumanfaatkan. Andai saja dia tidak sejahat itu, aku tidak mungkin melakukan hal seperti ini.[Kamu yang terbaik, Mas.] Aku mengirimkan pesan padanya, dan dia membalas pesanku dengan stiker love. Dasar buaya.Entah bagaimana, jika Astri tahu semua ini? Bisa- bisa
Baca selengkapnya

Bab48 Siapa?

"Sesil depresi, Din. Gara- gara dihujat para netizen," jelas pak Anwar."Entah siapa penyebar video penganiayaan Sesil sama kamu, bahkan keluarga ibu Melisa, tidak bisa menghentikan lajunya media sosial, yang terus menyebarkan video itu. Netizen benar- benar bar- bar. Tapi setidaknya, saya merasa lega," lanjut pak Anwar, yang menarik napas sembari tersenyum."Lega kenapa, Pak?" tanyaku penasaran."Tidak dibayang- bayangi Sesil lagi." Aku terkekeh, mendengar jawabannya."Kamu itu terlalu berani, Dinda." Pak Anwar berkata sembari menggeleng."Cuma kamu yang berani melawan keluarga pak Hanung. Sejauh ini, para karyawan saya, memilih resign dari pada harus berurusan dengan anak pak Hanung itu. Tapi ya gini, resikonya nyawa, Din.""Saya tidak takut, Pak. Hanya saja, saya minta maaf. Karena saya, nama baik perusahaan menjadi terdampak.""Nggak apa- apa, Din. Jujur saja, saya risih sekali dengan sikap arrogant Sesil." Pak Anwar menyahut sambil berjalan ke arah om Kustomi."Sebaiknya kita ha
Baca selengkapnya

Bab49 Penyerangan Lagi

"Buka aja, Pak," ujarku. Pak Anwar mengernyit.Aku melepaskan selang infusku dan turun langsung dari brankar."Din, kenapa dilepas?" tanya pak Anwar, yang langsung mendekat ke arahku. Suara lelaki itu cukup pelan."Bisa mati saya kalau diam di tempat." Aku berjalan ke arah pintu.Dan kami pun membuka pintu, ketika pak Anwar berdiri di sampingku. Disaat pintu terbuka, masuklah seseorang yang tidak kami kenali. Tanpa menunggu lagi, aku melayangkan tendangan dan pak Anwar pun menangunci tubuh lelaki itu yang terjatuh akibat tendangan keras dariku."Siapa kamu!!" tanya pak Anwar.Lelaki itu tidak menyahut, dia terus meronta meminta untuk dilepaskan. Aku berjalan, mengambil jarum infus dan mengancam ke arahnya."Jika kamu tidak mau bicara! Akan kutusukkan jarum ini ke matamu," ancamku yang mulai mengarahkan jarum itu ke bola matanya."Saya kemari atas perintah ibu Melisa," lirihnya."Untuk apa?" tanyaku."Mau membunuh saya lagi?" lanjutku menggebu- gebu. Rasanya aku benar- benar murka sek
Baca selengkapnya

Bab50 Obrolan Mereka

Dari gerak- geriknya. Wanita itu nampaknya sangat hati- hati. Terlihat dari cara jalannya yang cukup cepat, dengan sikap yang mencurigakan.Kupikir ibu Melisa akan menuju restoran atau cek in. Namun, dia justru berjalan menuju ke samping hotel.Menemui siapa sih dia?Karena diburu rasa penasaran, aku pun terus melajukan langkah, berharap mendapatkan bukti yang menguntungkan untukku.Dan aku cukup terkejut, ketika melihat orang yang ibu Melisa temui."Kamu melaporkan saya, Kustomi ...."Om Kustomi terkekeh, mendengar lontaran pertanyaan dari ibu Melisa. Wanita itu pun duduk, bersebrangan dengan om Kustomi di taman hotel ini.Aku bersembunyi ke kejauhan, sembari memantau mereka."Ada hubungan apa, kamu dengan wanita sialan itu?" Lanjut ibu Melisa melempar tanya."Untuk apa kamu terus memburunya, Melisa? Bukankah dulu, aku sudah peringatkan kamu, untuk tidak menyakitinya lagi. Aku masih menyimpan bukti, rekaman kejahatan kamu dulu, Melisa. Aku bisa saja, menyerahkan bukti itu ke polisi.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status