Home / Romansa / Terjerat Kontrak Cassanova / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terjerat Kontrak Cassanova: Chapter 41 - Chapter 50

53 Chapters

41. Arena Baru Yang Panas

Javas yang tidak mengenakan apapun bergerak mendekati Zehra. Gadis itu kini terjebak di ruangan sempit berdinding dan berpintu kaca. Dalam guyuran shower, Zehra menarik pinggangnya lalu memagut bibirnya."Bukan di sini, Jav." Suara Zehra hampir tidak terdengar karena bunyi air yang menerpa dan kuluman Javas di bibirnya."Kamu sudah terlanjur basah, tinggal membuat yang di dalam juga basah," ujar Javas lalu menyesap leher Zehra.Jari Javas menyusup belahan milik Zehra, menempatkan ujung jari tengahnya di titik tertentu, kemudian perlahan bergerak memutar. Zehra melenguh karena gelenyar aneh menyerangnya. Isapan di leher, gerakan melingkar menekan tombol sensitifnya, guyuran air yang kian menggelitik menyebabkan Zehra membuka kakinya agar Javas lebih leluasa.Ah! tubuh Zehra malah bergerak tidak sesuai dengan pikiran dan ucapannya.Zehra menikmati permainan manja Javas di sana. Ya, dia harus menikmatinya selagi masih bergerak halus. Namun saat permainan kasar sudah Ya, dia harus menikmat
Read more

42. Kalah Telak

“Kamu tahu aku nggak suka ditolak ‘kan? Lagipula disini aku lah bossnya. Seperti yang kamu tanda tangani di kertas kesepakatan kita.” Zehra bisa memahami nada bicara dan tatapan yang mengancam khas Javas. benar, saat ini Javas lah bossnya dan dirinya hanyalah seseorang yang bekerja pada bossnya.“Bagaimana kalau kita lakukan sekarang. Maksudku, aku akan melayanimu hingga kamu puas, berapa kali pun aku akan melakukannya asal aku nggak ikut kamu ke sana," tawar Zehra."Kenapa?"“Aku masih punya pekerjaan lain, Javas! Dan disana pun aku hanyalah pegawai biasa.”Javas menatap Zehra dalam, menelusuri sekuat apa penolakan gadis ini. Mata Zehra cukup tajam menantang tatapannya. Javas tersenyum miring, dia yakin akan menang jika melakukan tawar- menawar."Jadi, kamu bersedia melayaniku seharian dan mengabulkan permintaanku?"“Permintaan yang mana?”“Aku mau kamu resign dari club malam itu, begitu aku pulang dari Singapura, kamu bukan lagi pelayan di tempat malam itu, bagaimana?” “Apa?! Java
Read more

43. Pertanyaan Tak Nyaman

“Nggak, dia nggak tau tempat ini… bahkan aku baru sekali bertemu lagi sama dia. Jadi kami nggak sering bertemu.” “Ok, cepat keluar dari mobilku dan pastikan kamu melaporkan semua kebaikanku pada Javas. Ok.”“Kamu itu pengacaranya Javas ‘kan? Maksud aku kenapa kamu mau repot-repot mengikuti semua keinginannya Javas? Apalagi aku tahu dari awal kamu nggak pernah suka aku mendekati Javas.”“Well, karena ini semua nggak gratis. Dan sayangnya itu bukan urusan kamu.”Zehra memaksakan menarik ujung bibirnya, tersenyum meringis. “Iya, maaf aku cuma penasaran. Aku pergi. Terima kasih.”***“Terserah setelah ini kamu anggap aku oportunis lah, matre lah, nggak tau diri lah. Tapi yang jelas aku benar-benar butuh diantarkan ke suatu tempat dan disediakan semuanya untuk berlibur.”“Hah?!”“Semua orang tahu kalau kamu orang kaya, maksud aku…. Kamu pasti punya destinasi dan tumpangan ke tempat yang tenang dan cocok bagi orang ingin berlibur sendirian. Kamu tenang aja, aku nggak mungkin menipu atau ma
Read more

44. Alven & Gista

"Aku tanya apa yang kamu pikirkan tentang aku sekarang? Apa kamu jadi ilfeel sama aku, karena akulah yang berperan jadi orang ketiga di rumah tangga yang kamu anggap harmonis itu?" “Aku nggak tau, jujur aku sadar kalau aku nggak berhak mempercayai sedikit dari yang aku lihat apalagi kalau sampai menghakimi kamu, aku cuma…. Mau bercerita tentang apa yang aku pikirkan tadi. Itu aja nggak lebih.” "Oke, biar aku beritahu satu hal. Bisa dibilang kami bekerja dunia yang sama, sama-sama berbisnis sebagai pemilik tempat jasa dan jasa. Kami sering bertemu di acara yang sama dan jangan salahkan aku kalau aku mampu menarik wanita manapun. Well, aku pria lajang dan Anne yang lebih dulu menggodaku, ok!”“Ok!”Sontak Alven menoleh, banyak tak percaya dengan jawaban cepat dan pendek dari Gista yang menurutnya setengah hati. Sial. Alven mendengus. "Jadi sekalipun kamu menyebarkan berita ini, yang terpuruk adalah Anne dan yang akan dipermasalahkan adalah kamu, sedangkan aku tetap di sini meneruskan
Read more

45. Semakin Intim

Gista tak sempat menolak atau memang imannya tak cukup kuat menolak cumbuan lanjutan dari pria cassanova macam Alven. Gista menerima sepenuhnya, ikut membalas walau terasa didominasi. Gista merasakan lumatan di bibirnya di posisi yang tidak menyenangkan. Gista bahkan tidak tahu kapan lidah pria itu menyusup masuk di mulutnya karena yang dirasakannya pria itu mulai menghisap lidah, bibir atas dan bawahnya secara brutal dan bergantian cukup lama hingga merasa napasnya akan berakhir di basement.Alven menghentikan lumatannya, memberikan waktu bagi dirinya dan Gista menghirup oksigen. Pria itu menarik lembut rambut Gista ke belakang agar kepalanya mendongak ke atas melihat wajah Alven. Mata mereka beradu, kobaran hasrat di bola mata hitam pekat itu jelas terlihat. Suara napas bersahutan mengiringi suasana panas mereka."Al, berhe....""Sssttttt...." Pria itu meletakkan jari telunjuknya di "Sssttttt...." Pria itu meletakkan jari telunjuknya di bibir Gista. "Aku suka cara kamu memanggil nam
Read more

46. Terpergok Selingkuh

“Zehra,”“Ya?”“Makasih ya buat hari ini, dan besok aku jemput kamu disini jam sembilan, ya!”“Ok,” Zehra melepaskan safety belt, dan melangkah keluar dari mobil Ricky, hanya butuh beberapa langkah ia dipanggil kembali oleh Ricky membuatnya berhenti dan menoleh dengan senyuman yang tak pernah luntur.Ricky melingkarkan tangannya pada pinggang Zehra, mendekatkan tubuh mereka dan mengangkat wajah Zehra demi mencumbu bibir merah muda milik Zehra, ia bisa merasakan tubuh Zehra yang tersentak kecil sebagai reaksi pertamanya dan diikuti dengan membalas cumbuannya, sejenak ia senang bukan kepalang terlebih Zehra cukup mengimbangi cumbuan mereka. Tak seperti dulu, Zehranya telah bermetamorfosa.“Rick, cukup ya. Udah malam, jangan lupa jemput aku besok pagi.” ucap Zehra dengan nada yang tersengal diselimuti kemanjaan, ia jelas menikmatinya.“Iya, istirahat dan mimpi yang indah, dah.”“Dah, hati-hati dijalan.”Zehra melepas kepergian Ricky dengan perasaan campur aduk, ada rasa deg-degan yang me
Read more

47. Sebuah Pelampiasan

“Diam! Atau aku akan memperkosa kamu disini, mau kamu?”Seketika Zehra bungkam, perasaan takut menjalar di seluruh tubuhnya setelah mendapatkan tatapan tajam disertai ancaman bernada tinggi dari Javas. Ia melarikan pandangannya ke arah samping menatap jalanan yang terasa dipacu lebih cepat di matanya, membuat ia semakin didera rasa takut. Biasanya ia akan lebih memilih melawan demi bisa diturunkan dari mobil agar ia terbebas dari rasa takut mengalami kecelakaan mobil.Zehra memutuskan untuk memakai seat belt dan memejamkan matanya dengan posisi duduk tegang."Jadi, udah puas bersenang-senang dengan kekasih rahasiamu? Oh sebentar, apa akulah yang sudah menjadi kekasih rahasiamu?" dengus Javas mencemooh membuka, sengaja membuka obrolan. “Kalau aku belum balik dan nggak menemukanmu tadi, apa itu artinya kalian akan lanjut bercinta di tempat itu, eh?!” tambahnya mengejek.Zehra tak menjawab. Hanya kembali memalingkan wajah ke arah depan. Ya, waktu bebasnya telah usai. Ia harus kembali be
Read more

48. Diintimidasi

“Kamu yakin sudah dihukum?” Dengan sebelah tangan yang bebas, Javas menarik pinggang Zehra hingga menabrak tubuhnya.“Kalau itu bisa buat kamu nggak mempermasalahkan hal ini lagi, aku siap."Jawaban Zehra membuat Javas menambahkan tekanan pada rahangnya, membuat Zehra mengaduh lirih, “Dan apa?! Kamu akan mengulangi kesalahan yang sama? Apa kamu sebegitu menginginkannya? Katakan! Apa yang kurang dari aku sampai kamu selingkuh dibelakangku, hah?!”Sejenak Zehra terpaku pada kemarahan Javas yang sarat akan kekecewaan, perkataan Javas barusan seolah mereka benar-benar dalam hubungan yang asli dan serius. “Aku paling benci pengkhianatan dan bukannya aku sudah mengatur semuanya di surat kesepakatan kita, hmm?”“Aku.. minta.. maaf,” jawab Zehra terseret-seret.“Siapa pun pria tadi, berhentilah menemuinya. Paham!”Meski kesulitan karena dagunya masih diremas kuat oleh Javas, Zehra menganggukkan kepalanya.“Katakan dengan jelas, sayang!”“Lepasin dulu daguku, ini sakit Jav!”Javas setuju mele
Read more

49. Pertentangan Batin

“Nggak semudah itu, Al! Setelah semua yang dia lakukan buat aku! Aku minta maaf…”Wanita itu tak berdaya meneruskan ucapannya sendiri, sibuk menghalau air mata yang hendak turun. "Kamu jelas tau aku pria yang nggak sabaran, dan aku bisa dengan mudah mendapatkan pengganti kamu-”"Dan aku tahu, aku nggak mungkin memintamu menunggu, kan?" saut Gista sengit, ia terganggu dengan pembelaan Alven barusan."Jangan memotong ucapanku. Kamu tahu pasti aku menginginkanmu, hingga kamu mungkin senang berada di atas angin sekarang. Tapi, aku bukan pria yang takut kehilangan. Aku mengizinkanmu masuk ke kehidupanku dengan syarat dia harus pergi dari kehidupanmu. Aku akan memberimu waktu. Bukan kamu yang menentukan, tapi aku. Jika aku memintamu datang, kamu wajib datang. Jika nggak setuju, kamu boleh melupakan apa yang barusan aku ucapkan."Gista bisa melihat pancaran mata yang marah dan tegas di kedua bola mata Alven, membuat ia semakin terpengaruh.“Bereskan semuanya, aku tunggu di lobi!” Alven tak
Read more

50. Mengeluarkan Uneg-uneg

Butuh beberapa detik bagi Gista untuk bisa menjawabnya, “Entah berapa kali gue pertanyakan hal yang sama ke diri gue sendiri…dan semuanya terjadi begitu aja, gue sama mas Eno udah backstreet selama dua tahun, Ra. Lo tahu itu!”“Dan bukan berarti jalan yang akan kalian lalui kedepan adalah jalan yang sama yang kalian udah dilalui, ‘kan. Gis!”“Entahlah, Ra. Jujur gue juga udah capek dan muak sama keadaan ini.”Zehra merasa gemas, akan jawaban Gista yang selalu ragu namun jujur disaat bersamaan. “Dan nggak menutup kemungkinan, hubungan kalian akan terbongkar setidaknya sama istri sah pacar Lo itu, hal yang sebelumnya belum terjadi. Apa yang akan lo lakukan? Dan apa lo udah pernah tanya sama pacar Lo itu tentang itu?”Gista menunjukkan raut wajah sendu hingga meringis, lidahnya kelu. Karena hal itu selalu menjadi momok yang paling ia hindari. Ia menyadari jika ia tak memiliki mental wanita simpanan yang berani dan cuek meski ia sudah menjadi wanita simpanan pria beristri selama dua tahun
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status