Kayshan mendekati istrinya. "Maaf untuk apa, Hana?" bisiknya sembari menyeka air mata Farhana."Maaf kalau aku tanpa sengaja melukai Kakak," tutur Hana pelan melihat Kemal. Ingatan masa kecilnya belum jelas betul, dia takut salah arti. "Pokoknya maaf."Kayshan tersenyum manis seraya berkata, "Wajar kalau lupa, kamu masih piyik." Pria itu mengusap pucuk kepala istrinya, ada rasa lega semua luka lamanya tak terbuka bersamaan.Sementara Kemal lagi-lagi diterpa kehampaan. Harapannya terlalu tinggi pada Farhana. "Iya, nggak apa-apa ... aku cuma merasa lucu. Pertemuan orang tuaku kok seperti ki--" Dia menunduk, urung melanjutkan kalimatnya. Percuma, siapalah dirinya kala itu, tidak terlihat bahkan sampai saat ini. Kemal pun memilih pergi meninggalkan hunian Kamala. Wanita senja itu mengejar putra bungsunya. Dia meminta Kemal untuk datang ke GE esok pagi. Rencana awal harus tetap berjalan, meskipun Kayshan masih mengungguli hasil voting meeting hari ini.Kemal hanya mengangguk, bersedia men
Read more