Home / Lain / Ifat / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Ifat: Chapter 111 - Chapter 120

232 Chapters

Bab 111: Latihan dan Ujian

Bab 111: Latihan dan Ujian**Hari-hariku selanjutnya kujalani dengan tiga kegiatan utama, yaitu; latihan, latihan, dan latihan. Terapi untuk pengobatan bahu dan lenganku, itu juga latihan.Makan minum dengan menggunakan tangan kanan, aku golongkan juga itu ke dalam latihan, dan tentu saja termasuk mengangkat barbel ringan.Akan tetapi, lari pagi di sepanjang jalan pemukiman hingga sampai di ujung rute berupa sebuah danau kecil, aku menganggap itu bukan latihan, karena yang lebih tepat adalah ujian.Bagaimana tidak? Kassandra yang selalu menemani aku lari pagi dengan sepedanya dia berada di depanku. Dia mengayuh sepeda dengan bersemangat tapi aku yang paling banyak berkeringat.Dia memakai topi bisbol dengan rambutnya yang menjuntai, dengan kaus tak berlengan ‘ngepress’ yang mencetak tali bra-nya, dengan celana ekstra pendek dan super ketat yang menyiluetkan bentuk bokongnya.Gitar espanyola di depan mata dan betapa gatal
Read more

Bab 112: Hadiah Untuk Tahun Depan – part 1

Bab 112: Hadiah Untuk Tahun Depan – part 1**Beberapa hari kemudian..,Akhirnya, Johan mendapat jeda dari kesibukannya sebagai peserta Audisi Bintang Indonesia. Kami berdua segera mengatur rencana untuk bertemu.Ketika hari pertemuan kami sudah tiba, pukul sepuluh pagi aku mendatangi kamar Kassandra. Ini adalah momen yang sangat tepat untuk menunaikan janjiku padanya.Yaitu membuat dia percaya bahwa Johan Purba sang finalis di Audisi Bintang Indonesia itu, yang selalu ia dukung dengan mengirimkan SMS voting, yang Kristiani itu, yang pernah membuatnya terpana dengan lagu keroncong Bengawan Solo dalam tayangan ulang, adalah sahabatku sekaligus saudaraku.Akan tetapi, sayang sekali, Kassandra sedang tidak fit hari ini. Padahal, aku sudah menelepon Josep supaya dia mengatur ‘legalitasku’ untuk membawa Kassandra keluar.Aku memanggil Putri Ok Soo-ku di depan pintu kamarnya yang tertutup. Selang beberapa saat handel pintu
Read more

Bab 113: Hadiah Untuk Tahun Depan – part 2

Bab 113: Hadiah Untuk Tahun Depan – part 2**“Jo.., aku paham dengan kegiatanmu yang padat, dengan jadwal latihan vokal dan iklan-iklan endorsement ini itu. Kapan pun nanti kamu punya waktu untuk pulang ke Bandar Baru, telepon aku, Jo.”Johan memandangku dengan kening mengerut.“Aku serius, Jo. Kalau kamu sempat, detik ini juga aku bisa belikan kamu tiket pesawat.”Johan terus memandangku dalam diam. Dia lalu terperangah ketika aku ceritakan jengukanku yang terakhir pada Joni.“Dia bereaksi??”“Iya, benar, Jo. Aku melihat sendiri. Jari tangannya bergerak-gerak, seakan-akan dia sedang memetik gitar.”Johan mengatupkan dua tangannya di depan dada seperti biasanya dia berdoa.“Puji Tuhan, Puji Tuhan..!” Katanya lirih. Matanya mulai berkaca-kaca.Aku tidak ingin terus membawa Johan ke dalam suasana yang haru. Maka, aku utarakan niat yang telah aku bawa
Read more

Bab 114: Takut

Bab 114: Takut**Pertandingan kelima, aku melawan Carlos Benetto, asal Brazil, yang konon pernah bekerja sebagai pengawal truk-truk pengangkut marijuana milik seorang pengusaha dari Kuba.Sebagai petarung dapat dikatakan dia memiliki kemampuan yang kompleks. Jago pukul dari boxing, jago tendang dari karate, juga jago bantingan dan kuncian dari BJJ—Brazilian Jiu Jitsu.Satu lagi, aku tidak bisa memandang sebelah mata pada yang satu ini, dia jago Cavoeira, dan memadu-padankan kesemua itu di dalam satu sistem penyerangan dan pertahanan Mixed Martial Art—beladiri campuran—yang sempurna.Sempurna, setidaknya itu sebelum dia bertemu dengan The Pooh. Karena ketika bertanding melawan aku, dia kalah.Benar, aku yang menang!Apa sih hebatnya aku ini? Aku sering bertanya-tanya dalam hati.Hanya seorang mantan cleaning service, kerani, kondektur metromini dan mantan operator mesin konveksi, dengan postur tidak besar tida
Read more

Bab 115: Berita Langit – part 1

Bab 115: Berita Langit – part 1**Aku sedang berjalan di beranda samping ketika Kassandra memanggilku.“Mas! Ke sini, cepat, sini!”Aku menghampiri Kassandra yang sedang berjongkok di tengah taman samping. Ia mematung dengan tangan memegang sekop kecil, sedang menanam bunga rupanya.Kepalanya sendiri sedang tertunduk seperti menatapi sesuatu di tanah, mungkin ulat, atau cacing.“Ada apa, Kas?”“Aku ingat, Mas!” Serunya sembari memandangku dengan wajah cerah. Sinar matahari pagi mampir di bibirnya yang sedikit basah.“Ingat apa?” Aku penasaran. Kuambil posisi berjongkok di depannya.“Nama perempuan terakhir yang kamu sebut waktu mengigau.”“Nah, siapa?” Aku semakin penasaran.Kassandra segera mengucap.., tapi mendadak dia bengong, dengan mulut setengah terbuka dan pandangan matanya tiba-tiba saja kosong melompong.“Ih
Read more

Bab 116: Berita Langit – part 2

Bab 116: Berita Langit – part 2** “Tadi, waktu di bioskop, kamu tidurnya ngorok, Kas.”  Kataku bergurau dengan mimik wajah yang tetap datar.“Enak saja! Dari mana kamu tahu? Kamu saja tertidur lebih dulu.”“Tapi kan, aku yang duluan bangun.”“Kamu tuh, yang tidurnya mangap.” Balas Kassandra.“Ah, ngawur kamu, Kas.”“Iya, serius. Untung saja aku tidak bawa garam. Kalau bawa, aku masukkan garam ke mulut kamu, Mas.” Kassandra cekikikan sambil menutup mulut.Aku diam sebentar.“Kamu serius, Kas, aku tidurnya mangap?”“Iya, geli aku melihatnya.” Kassandra cekikikan lagi.“Seberapa lebar?”“Tidak terlalu lebar sih. Tapi cukuplah kalau aku masukin sandal.”Kami berdua tertawa, sambil sedikit dorong-dorongan.“Sekarang, kita ke mana lagi?” Tanyaku
Read more

Bab 117: Congklak

Bab 117: Congklak** Fiuh! Menipu si penipu, lalu siapa yang tertipu?Dalam hal ini, izinkan aku menjadi juri bagi ‘pertarunganku’ dengan sang Mami Gipsi itu.Aku berhasil menipunya, juga kroni setan yang telah mencuri berita langit untuknya. Aku menilai, seri. Skor kami, satu-satu, karena dia juga berhasil menipuku. Peramal Gipsi itu benar. Ainun masih hidup, dan akan tetap hidup. Dia ada di dalam dadaku, di dalam hatiku. Dengan kata lain, di dalam memoriku.Meskipun, dan walaupun.., aku nanti akan menjadi tua dan pikun. Ke mana pun aku melangkah pergi Ainun akan selalu membayangi serupa bayangan dari sebuah benda yang tersinar cahaya matahari.Benar kata orang, manusia tidak bisa melepaskan diri dari masa lalu. Benar pula orang lain yang berkata, bahwa masa lalu dan masa kini berjalan secara simultan, beriringan, dan akan terus begitu untuk membangun sebuah komposisi nasib di masa depan.Hai, k
Read more

Bab 118: Salinan  -  Part 1

Bab 118: Salinan  -  Part 1**“Ifat benar, Gun. Dia benar waktu bilang aku telah salah dalam berniat.”“Kenapa kamu tidak cerita ke aku, Leony?”  Anggun bertanya.“Aku malu, Gun. Malu sekali.”“Kenapa mesti malu. Aku ini kan sahabatmu. Paling tidak, dengan bercerita ke aku itu sudah mengurangi sedikit beban pikiranmu.”Leony menatap wajah Anggun, sahabat karibnya yang malam ini telah menyempatkan diri mengunjunginya di rumah. Sudah dua bulan mereka tidak bertemu sejak terakhir di warung Ayam Penyet Solo.“Eh, aku bikin minum dulu ya?”“Tidak usah, Leony, tak usah repot-repot.”“Tidak apa-apa. Biar kita ngobrolnya bisa lama.”“Air putih saja ya, jangan teh manis.”“Kenapa?”“Karena aku sudah manis.”Leony tersenyum mendengar gurauan Anggun itu.“Iy
Read more

Bab 119: Salinan – Part 2

Bab 119: Salinan – Part 2**Malam ini, aku makan nasi lembek dengan sayur bayam dimasak bening, sambal terasi, pepes ikan asin, telur setengah matang, tahu tempe dan ayam goreng.Semuanya bisa aku makan kecuali ayamnya. Ompong di kanan kiri telah membuatku kesulitan mengunyah.Sate daging juga ada, Bik Laras tadi sore yang membakarnya. Akan tetapi, mana mungkin aku bisa menyantap. Bisa tanggal gigi seriku yang memang sudah bergoyang ini.Usai makan aku duduk di halaman samping, pada sebuah batu yang berada tepat di depan kolam hias. Aku memeluk lutut dan memandang ke atas.Bulan purnama sedang bulat sempurna, memendarkan cahaya emas kekuningan sedikit merah seperti tersepuh tembaga.Agak lama, dan khayalanku sudah jauh entah sampai di mana, ketika kemudian Kassandra datang dan berdiri di sampingku.Aku menyodorkan tangan kananku padanya. Melihat karet gelang di tanganku ini, dia mengambilnya dan seperti biasa ia menarik
Read more

Bab 120: One Two Seven

Bab 120: One Two Seven**“One..! Two..! Seven..!”“One..! Two..! Seven..!”Sasana mini tempat biasa aku dilatih Reynold bersama para Sparring Partner letaknya ada di bagian belakang rumah.Bentuknya sebuah ruangan mirip aula, dengan kelengkapan sarana dan alat-alat bantu berupa sandbag, punchbag, boneka kayu, boneka lenting, dan alat-alat kebugaran lain.Lantainya dilapisi matras tebal. Lalu di salah satu sisinya dibuat sebuah sudut dengan jaring kawat, di mana itu adalah miniatur dari satu sudut ring oktagon yang bersegi enam.“One..! Two..! Seven..!”“One..! Two..! Seven..!”Samsak yang ada di ruangan ini berbeda dengan samsak yang ada di halaman belakang, yang tergantung di sebuah tiang dekat lapangan basket mini, di mana aku sering duduk di tengahnya dan membaca-baca lalu mencermati kitab kuno warisan Aldo. “Mas, ajarin aku silat dong,” kata Ka
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
24
DMCA.com Protection Status