Home / Lain / Ifat / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Ifat: Chapter 121 - Chapter 130

232 Chapters

Bab 121: Bekas Knalpot

Bab 121: Bekas Knalpot**Kota Tua, sudah. Itu yang paling menggugah.Seaworld, sudah, bulan lalu, dan di situ termasuk ‘vacation’ yang paling indah.Dufan juga sudah, dan di situ terjadi momen paling memorable.Kami menaiki roller coaster. Takut dan terkejutnya Kassandra ketika itu sampai memekik-mekik histeris serupa anak kecil, meningkahi suara penumpang wahana lainnya.Ia memegangi tangan kiriku kuat-kuat. Sementara aku, tak kurang menggilanya. Sumpah mati aku takut, bukan karena sensasi dari momentum yang ditimbulkan roller coaster.Akan tetapi, lebih kepada.., bagaimana kalau kereta luncur ini keluar jalur, lepas dari track dan, suiiiingg..! Jatuh??Selesai dengan itu, aku keluar dari kereta wahana dengan perasaan lega yang luar biasa.Oke, baiklah. Maka sekarang, ke mana lagi?TMII! Alias Taman Mini Indonesia Indah!Hari ini, kami berdua pun pergi ke situ.Aku dan Kassandra berjala
Read more

Bab 122: Pak Menteri

Bab 122: Pak Menteri**Malam hari sebelum tidur, seperti biasa aku duduk di halaman belakang, di samping gazebo, tepat di tengah lapangan basket mini.Aku mencoba mengeja kitab kuno warisan Aldo, alias Aldiansyah sang Sutan Mudo.Ini tidak mudah bagiku, sebab kitab peninggalan perguruan Bungo Rampai yang telah hilang dari muka bumi ini menggunakan aksara Arab Melayu. Tambahan lagi, ternyata menggunakan bahasa Minangkabau yang bukan bahasa ibuku.Tentu saja aku tidak perlu mengartikan semuanya, kata per kata, sebab yang terpenting adalah maksud inti dari susunan kalimatnya, di mana ini berisi penjelasan singkat dari gerakan-gerakan yang dicontohkan dalam gambar, yang hanya berupa coretan garis-garis seperti manusia lidi.Beberapa saat kemudian, aku pun bangkit, lalu mencoba menirukan gerakan-gerakan pada kitab berisi rangkaian jurus Bumi Dipijak Langit Dijunjung ini.Tidak terlalu sulit aku menghafalnya, sebab di dalam memoriku telah
Read more

Bab 123: Pasak Bumi

Bab 123: Pasak Bumi**  “Be.., betul ini dengan Pak Menteri?” Tanyaku gugup.Tiba-tiba, meledaklah suara tawa dari seberang telepon  sana.“Huahahaha..! Ini aku, Fat! Aku.., Ucon!”Kucing kurap! Makiku dalam hati. Tak urung aku tertawa juga.Novelis jadi-jadian itu memang selalu punya ide untuk bercanda. Tidak terasa sudah empat bulan lebih aku tidak bertemu dengannya.“Apa kabar, Ucon?” Tanyaku kemudian.“Baik, baik, kabarku baik, Fat. Walaupun di sini makannya susah, tapi syukurlah, masih bisa makan juga.”“Susah?” Aku penasaran.Ucon bercerita panjang lebar tentang areal tempat dia bekerja sekarang. Sebuah hutan pedalaman yang berjarak kurag lebih 120 kilometer dari jalan lintas Sumatera.Mengingat akses jalan yang hanya berupa rintisan, dibutuhkan paling tidak satu hari satu malam dari kampung terdekat untuk sampai ke sa
Read more

Bab 124: Karena Aku Suka Dia

Bab 124: Karena Aku Suka Dia**Dengan perlahan, aku terus melangkah pada Kassandra..,Hingga kemudian, pada jarak sedekat ini tidak akan ada yang mampu menghalangi tafsirku pada keindahan yang dia persembahkan.Jelas, jelas sekali. Tiada noktah, baik itu panu, kadas, kudis, bekas kurap atau pun bekas knalpot. Benar-benar mulus seumpama panci dapur baru keluar dari plastik.Semakin khusyuk aku menghayatinya, maka semakin bertalu degup jantungku, semakin laju denyut nadiku, semakin menegang urat-uratku, dan semakin keras pula otot-ototku.Kini, aku telah sampai di depan Kassandra, yang berdiri mematung bak manekin peraga busana.Aku dekatkan wajahku pada wajahnya. Sedikit menyisi ke samping aku dekatkan pula bibirku pada pipinya.Lalu dengan tetap menjaga jarak hanya dua inci, pelan-pelan aku sapukan pandanganku pada sekujur tubuh Kassandra.Terus turun ke bawah, singgah sebentar di samping gunung gemumung tadi, singgah l
Read more

Bab 125: Sakura Mekar di Fujiyama

Bab 125: Sakura Mekar di Fujiyama**Jujur, aku mulai menyukai Kassandra. Benar, aku telah memasukkan namanya ke dalam daftar rencana-rencana.Tapi itu nanti, jauh, jauh sekali, dan dia mendapat porsi yang paling sedikit dari kuota probabilitas—aku mencintainya dan sedia hidup dalam ikatan yang sah.Bahkan, jika salinan dari Muhammad Fatih benar-benar ada namun dalam versi yang paling punya rasa tega, dia pasti akan berkata; “Kamu jangan berharap dulu ya, Kas.”Pastinya, Muhammad Fatih yang itu bukan aku.Jujur aku mengakui kekagumanku pada sikap Kassandra, yang mengungkapkan rasa cintanya tanpa mengucapkan kata cinta.Momen kemarin di kolam ikan, aku mencatat itu sebagai yang keempat, dan dia melakukan itu melalui perantara ikan koi di dalam kolam.Betapa elegannya, dan betapa berkelasnya. Sangat mengejutkan ketika itu dilakukan oleh seorang wanita tunasusila yang di dalam kehidupan sosial dan dalam tatanan n
Read more

Bab 126: Dunia Yang Kecil

Bab 126: Dunia Yang Kecil**Di bandara Sultan Syariq Qasim, menunggu pesawatku terbang ke Jakarta, aku melamun di ruang tunggu, ditemani majalah otomotif yang belum kubuka sejak membelinya di dekat kampus UNRI tadi.Aku terus saja melamunkan Jihan. Bagaimana mungkin hanya dengan sekali bertemu tadi aku langsung suka kepadanya?Tuhan memang Maha Pembolak-Balik Hati, dan sekarang ini, Dia pasti sedang kurang kerjaan!Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Tetap tidak mengacuhkan para calon penumpang lain di sekelilingku, termasuk dua gadis yang duduk persis di depanku.Sekilas pandang sekilas dengar, aku baru sadar kalau kedua gadis itu bule. Cantik, yang satu. Yang satu lagi, biasa saja.Mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris, dan sedang membahas isi berita di tabloid yang sedang mereka bentang bersama.Begitu antusiasnya mereka berbicara, hingga telingaku bisa mendengar dengan jelas isi perbincangan mereka.Aku tidak m
Read more

Bab 127: Abatasa

Bab 127: Abatasa**Satu-satunya benda milikku yang belum pernah dipegang atau disentuh oleh Kassandra adalah kitab perguruan Bungo Rampai warisan dari Aldo.Aku selalu menjaganya dengan pengawasan ekstra ketat. Jika aku pergi, aku sengaja menyembunyikannya di atas lemari supaya Kassandra tidak bisa menjangkaunya.Dia juga masih belum mengerti, apa yang aku cermati di hampir setiap malam di halaman belakang di lapangan basket mini.Hingga esok malamnya, mungkin karena sedikit melamun, aku tidak menyadari Kassandra yang tiba di sampingku dan aku terlambat menutup kitab Bungo Rampai.Kassandra sempat melihat isi tulisan di dalamnya yang beraksara Arab Melayu. Dia mematung beberapa saat, dan aku pun menunggu barangkali dia ingin menyampaikan sesuatu.“Kamu bisa mengaji, Mas?” Dia bertanya, terkait dengan aksara Arab Melayu di kitab Bungo Rampai.Aku tersenyum sembari menoleh padanya. Sedikit menarik ujung bibirku kemud
Read more

Bab 128: Sang Petarung – part 1

Bab 128: Sang Petarung – part 1**Flash! Flash! Flash! Sungguh, aku pernah mengalaminya. Kilatan cahaya menampar-nampar wajahku serupa blitz kamera; flash.. flash.. flash!Di masing-masing kilatan cahaya itu aku melihat semua orang yang aku kenal dan aku sayangi.Namun, di antara mereka hanya Joni yang wajahnya bersinar-sinar, dan dari jemarinya, seakan ia ingin memberikannya kepadaku, beberapa kuntum bunga kamboja berjatuhan, berputar seperti gasing tapi lambat, lalu jatuh pasrah diterima tanah.Joni dengan bunga kamboja.., inilah rupanya arti dari ‘vision’ itu!Mendadak saja duniaku menjadi gelap. Ke mana pun aku memandang yang tampak hanya jelaga yang pekat.Lalu tiba-tiba semburan api keluar dari perut bumi, menyala berkobar-kobar dan membumi-hanguskan apa pun yang berdiri dan tumbuh di atas tanah.Gedung-gedung seakan rubuh, langit berderak lalu amblas. Laut memuntahkan semua ya
Read more

Bab 129: Sang Petarung – part 2

Bab 129: Sang Petarung – part 2**Reynold memberi tahu aku bahwa taruhan malam ini mencapai angka yang bisa membangun 750 desa tertinggal. Lengkap dengan semua infrastrukturnya, fasilitas pendidikan, juga fasilitas kesehatan.Josep sendiri bertaruh 5 milyar dan Big Boss 15 milyar. Dua bandit itu berkepentingan besar dengan kemenanganku malam ini.Dan aku, setelah ketiadaan Joni, berkepentingan dengan Idah. Hanya dia, seorang Idah.  Aku bahkan sudah tidak peduli dengan diriku sendiri.Lawanku di pertarungan malam ini bukanlah orang sembarang. Dia bernama Jordan Smith, seorang Afro-Amerika dari California, USA.Julukannya Black Mamba, diambil dari nama ular yang bisanya paling mematikan di dunia.Berbeda dengan ular kobra yang tidak akan menyerang manusia jika tidak merasa terganggu, ular mamba hitam selalu menyerang siapa pun, dan apa pun yang terdeteksi ke dalam indera penciuman di lidahnya.Karena itu, dis
Read more

Bab 130: Sang Petarung – part 3

Bab 130: Sang Petarung – part 3**Mataku berkunang-kunang. Semua yang kulihat serba berbayang. Tapi aku tahu di luar ring sana, dekat Wisnu dan Bondan, Kassandra tengah menatapku sembari menangkupkan dua tangannya di depan bibir.Airmatanya meleleh, dan samar dapat kulihat ia berbisik lamat-lamat; “Bangun, Mas,”Perlahan aku bangkit. Kukerjap-kerjapkan mata dan kugoyang-goyangkan kepala untuk menarik penuh kesadaranku dari pengaruh ‘black out’.  Para penonton kembali berteriak riuh.“The Pooh..! The Pooh..! The Pooh..!!”“Jordan.! Jordan.! Jordan..!!!”Jordan menyeringai. Cepat ia menghampiriku. Karena masih kunang-kunang aku kurang waspada ketika ia menyergap kepalaku, bersamaan dengan lututnya bertubi-tubi menghantam wajahku.Aku berusaha menahan serangan itu dengan kedua tangan, tak banyak berguna. Aku juga berusaha menghindar dengan menggerakkan kepala kan
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
24
DMCA.com Protection Status