Bab 100: Naungan Asuh ** Tiba-tiba, gerakan tangan Kassandra menyisir rambutku terhenti. Ia menyibak rambutku di sisi kanan seperti menemukan sesuatu. Memang benar, dia menemukan sesuatu. Bukan, bukan kurap, juga bukan kutu. “Ini kenapa, Mas?” Tanya Kassandra lembut, sembari jari telunjuknya menyentuh sebuah bekas luka di sisi kanan kepalaku. Aku memejamkan mata sebentar, untuk kemudian aku susul dengan senyuman. Dengan semua perlakuan Kassandra ini, aku tidak punya alasan lagi untuk terus meninggi-ninggikan nilai moral yang aku anut dan lantas menganggap diriku lebih suci. Aku tahu dia pxlacur, namun aku sadar aku hanyalah anjing di tepi sumur. Dia adalah budak yang dipuja-puji di altar pengkultusan birahi, sementara aku adalah budak yang disanjung-sanjung di meja persembahan judi. Kami berdua hanyalah budak bagi mereka yang menuhankan hawa nafsu. Aku dan Kassandra tiada berbeda pada essensinya, sebab kami bera
Baca selengkapnya