Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Bab 981 - Bab 990

Semua Bab Pendekar Kera Sakti: Bab 981 - Bab 990

1031 Bab

980. Part 16

Begitu Kirana berhasil cepat berdiri, takut diserang lagi, ia menjadi tertegun melihat kakaknya rubuh tak bernyawa dan Sedayu pun tergolek mati di samping Pranawijaya."Prana...!" Kirana ingin berteriak, tapi tak mampu, sehingga yang keluar hanya berupa desah kesedihan mendalam.Ia pun tak bisa mendekati mayat kakaknya karena serangan dari Ekayana kembali membahayakan jiwanya. Kirana menangkis serangan itu dua kali dan berhasil menendang tubuh Ekayana hingga terjeng kang jatuh sang lawan, kemudian ia cepat-cepat melarikan diri meninggalkan lawannya yang membahayakan itu. Ia berlari sambil membawa kesedihan atas kematian kakaknya, namun juga membawa ketegangan karena Ekayana berlari mengejarnya.Kalau Kirana tidak lari, dia akan mati. Kirana tahu persis kekuatan ilmu pedang lawannya itu. Ia tak mau mati konyol melawan sesuatu yang jelas lebih tinggi ilmunya dari ilmu yang dimilikinya. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana menghindari kejaran dari Ekayana
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

981. Part 17

"Hmm... di mana tempat itu? Maksudku, Bukit Canang terletak di sebelah mana?" tanya Baraka semakin serius.Tapi tiba-tiba Kirana terperanjat. Matanya melebar seketika, karena ia melihat sekelebat sinar hijau tua yang melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Kirana yang terkesiap dan tak sempat menghindar itu dihantam sinar hijau tua dalam bentuk seperti ujung anak panah.Melihat hal itu, Baraka bergerak cepat di luar dugaan Kirana. Suling mustikanya dihadangkan di depan Kirana, dan sinar hijau itu membentur suling tersebut.Trangng...!Bagai dua besi baja beradu suara nya. Sinar hijau itu membalik kearah pemiliknya dengan lebih besar dan lebih cepat gerakan terbangnya.Zlappp...! Duarrr...! Brrrukk...!Sebatang pohon kelapa menjadi sasaran sinar hijau tersebut, sebab pemiliknya segera melompat menghindari sinar yang membalik. Dan pohon kelapa itu pecah berantakan pada bagian yang terkena sinar hijau, sehingga sisanya di bagian atas tumban
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

982. Part 18

"Kau mengatai dirimu sendiri!" kata Baraka. "Kalau kau tidak merasa banci, cengeng, dan kecil nyalimu, coba kau lepaskan diri dari pengaruh totokan itu! Coba!" tantang Baraka makin memanaskan hati Ekayana.Saat itu, darah Ekayana benar-benar mendidih. Tapi karena tak bisa berbuat apa-apa, Ekayana hanya bisa menggeram penuh kejengkelan. "Tunggu! Jangan pergi ke mana pun kalian! Aku akan datang kembali menemui kalian di sini!" setelah berkata begitu, Ekayana segera pergi meninggalkan pantai dengan berlari lari, tangan keduanya masih menggenggam pedang di atas pundak kanannya. Baraka menertawakan dan Kirana pun cekikikan geli melihat Ekayana lari dalam keadaan seperti itu.Mereka tak tahu apa yang dicemaskan hati Ekayana sebelum berlari meninggalkan tempat, "Nini Pasung Jagat pasti sedang memburuku! Kalau aku dalam keadaan seperti ini. Nini Pasung Jagat pasti dengan mudah membunuhku. Sebelum nenek setan itu muncul, aku harus melarikan diri lebih dulu. Kurasa Brajawisnu at
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

983. Part 19

Banyak yang dibicarakan oleh Kirana dan Tabib Cawan Maut. Karena asyiknya mereka bicara, Baraka keluar menikmati pemandangan dan udara malam, karena saat itu rembulan muncul separo bagian di balik awan bermega putih perak. Memandang malam, menikmati sunyi, merupakan sesuatu yang berarti sekali bagi jiwa Pendekar Kera Sakti itu. Setidaknya ia memperoleh sebentuk ketentraman jiwa yang begitu menyegarkan.Sesaat kemudian, Jongos Daki muncul dan mendekati Baraka yang duduk di pelataran dekat pagar tebing samping. Baraka duduk di sebuah bangku dari kayu gelondongan, hanya dikemas bagian atasnya supaya enak dipakai duduk. Jongos Daki membawa kan empat potong jagung rebus yang konon diambilnya dari ladang petani yang sudah kenal baik dengannya, beberapa waktu yang lalu.Di bangku itu, mereka duduk menghadap ke tebing tinggi dan laut yang menggelora. Suara debur ombaknya terdengar jelas dari tempat mereka berada. Tanpa sadar percakapan mereka sampai pada Kirana."Dia ga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

984. Part 20

Kembali Baraka tersentak kaget begitu Jongos Daki menyebutkan nama Ki Padmanaba. Cepat-cepat Pendekar Kera Sakti bertanya kepada Jongos Daki, "Apakah Paman banyak mengetahui tentang Ki Padmanaba"'"Hmmm.. yah, sedikit banyak tahulah! Dulu aku pernah mengabdi menjadi pelayannya. Tapi semenjak dia mengangkat murid yang bernama Ekayana, aku mengundurkan diri, tak tahan melihat tingkah laku muridnya yang sekaligus cucunya sendiri itu.""Hmmm...!" Baraka manggut-manggut."Kakek dan cucunya sangat bertolak belakang sifatnya. Ekayana itu sombong dan berjiwa kejam. Kakeknya kebalikannya dan...""Tunggu, Paman!" kali ini Baraka baru memotong pembicaraan karena dirasakan ada yang perlu ditanyakan sebelum percakapan menginjak ke masalah lain."Apakah Paman tahu, bahwa Ki Padmanaba mempunyai sebuah pusaka yang sangat dirahasiakan?""Hmmm... ya, memang dia punya! Dia pernah bercerita padaku tentang pusaka tersebut. Tapi tak pernah ditunjukkannya kepadaku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

985. Part 21

Setelah dijelaskan lebih rinci lagi maka meledaklah tawa Logayo bersama yang lainnya. Rupanya Logayo salah duga dan menyangka mau dibabat pedang oleh Ekayana, padahal Ekayana mau memberi laporan dan meminta tolong tentang tangannya yang kaku itu. Andai Ekayana datangnya tidak dari belakang Logayo dan menyapanya tidak dari jarak dua langkah di belakang Logayo, tentunya Logayo tak akan berpikiran buruk. Peristiwa salah paham itu sungguh menggelikan bagi mereka, tapi memalukan bagi Ekayana.Untuk menghibur hati Ekayana, Logayo membuat pesta kecil-kecilan dengan beberapa guci arak yang paling bagus dan berharga mahal. Apalagi setelah Brajawisnu dan beberapa orang membuktikan mayat Sedayu terkapar di samping Pranawijaya, mereka semakin yakin dan mengelu-elukan Ekayana, memuji dan menyanjung-nyanjung Ekayana.Bahkan Logayo berkata, "Tak ada lagi yang perlu dicemaskan oleh kita sekarang ini! Dua orang itu sudah mati. Sedayu dan Pranawijaya! Dan kalau bukan karena kehebatan Ek
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

986. Pedang Wukir Kencana

BARAKA merencanakan untuk mencari pusaka itu di Cemara Tunggal. Ia akan mendesak Kirana agar mau mengantarkan ke Bukit Canang. Tetapi, ketika bangun di pagi hari, ternyata Kirana sudah tidak ada di tempat tidurnya. Sementara itu, Tabib Cawan Maut dan Jongos Daki belum bangun. Baraka bangun lebih dulu karena tiba tiba hatinya tersentak kaget tanpa tahu apa sebabnya."Kirana hilang! Pasti dia mau menghindar dari janjinya! Aku sudah tolong dia, tapi dia tidak mau tunjukkan di mana Bukit Canang dan Cemara Tunggal itu! Kurang ajar!"Baraka menggaruk kepalanya sebentar, kemudian bergegas pergi walaupun hari masih terlalu pagi. Ia tak sempat membangunkan Jongos Daki atau Tabib Cawan Maut karena tergesa-gesa. Hatinya diliputi rasa jengkel dan ia berharap bisa mengejar Kirana. Karena tergesa-gesa itulah maka Pendekar Kera Sakti pun lupa menutup pintu kembali. Namun, baru saja ia melangkah tiga tindak dari depan pintu, ia melihat Kirana berjalan santai dengan kedua tangan berada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

987. Part 2

"Menurutmu, apa yang dicari gurumu di petilasan tempat tinggalnya dulu itu!""Sudah kubilang, aku tak tahu!" sentak Kirana. "Tapi sebelum guruku pergi, sudah pamit kepada salah satu temanku bahwa dia mau ke Cemara Tunggal. Lalu aku menyusulnya kemari dan menemukan Guru sudah terkapar di batu sebelah sana itu!" sambil Kirana menuding ke arah dua batu yang berjejeran, masing-masing tingginya sebatas dada manusia dewasa."Mari kita ke sana!" ajak Pendekar Kera Sakti dan hal itu semakin membuat Kirana terheran-heran.Sampai di batu dua jajar itu pun, Kirana bertambah kerutkan dahi melihat Baraka berusaha mendorong batu itu dengan tenaga biasa. Baraka juga memandangi sekeliling batu tersebut. Kirana tidak tahu bahwa Baraka menduga ada lubang atau ruangan di bawah tanah yang pintunya melalui tempat sekitar batu tersebut. Baraka menyangka cara membuka pintu ruangan itu dengan menggeser batu tersebut. Tapi ternyata, Baraka segera menghapus dugaan itu. Karena menurutnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

988. Part 3

Baraka ikut memandang jauh. Dan ternyata benar, ada seseorang yang berlari menuju ke arah Cemara Tunggal itu. Orang tersebut mengenakan pakaian abu-abu dan berbadan sedikit pendek dan agak gemuk. Semakin dekat semakin jelas bentuk wajahnya, "Paman Jongos Daki!" gumam Kirana."Benar! Kelihatannya memang dia. Tapi mengapa dia menyusul kita kemari? Pasti ada sesuatu yang penting."Mereka berdua bergegas menyongsong kedatangan Jongos Daki yang tampak berwajah tegang. Kirana yang menyapa lebih dulu dengan cemas, karena firasatnya mengatakan ada yang tak beres telah terjadi di kediaman Tabib Cawan Maut itu."Ada apa, Paman!"Jongos Daki menjawab dengan napas terengah-engah. Agaknya ia melarikan diri terus-menerus tanpa berhenti dari bukit karang itu sampai ke Bukit Canang."Tabib... tewas!""Hahh...!" Baraka dan Kirana sama-sama terkejut dan terbelalak. "Apa yang terjadi sebenarnya, Paman!""Orang... orang-orang Kobra Hitam menyerang. Tabib
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

989. Part 4

Ketiga manusia yang masing-masing berjuluk Malaikat Maha Pedang, untuk Ekayana, Iblis Maha Racun untuk Brajawisnu, dan Hantu Naga Belah untuk Pancakana, segera turun dari punggung kuda setelah diberi aba-aba oleh Ekayana. Tali kekang kuda ditambatkan begitu saja di rimbunan semak yang menggerombol tak jauh dari mereka. Kemudian dengan langkah pelan dan menegangkan mereka bertiga mendekati Pendekar Kera Sakti yang tetap berdiri dengan tenang, memandang dengan kalem, bahkan terhias senyum tipis membayang di bibirnya.Saat itu, Ekayana sempat berbisik kepada kedua temannya, "Itu yang kubilang pemuda setan kurap! Dia yang menotokku dengan cara yang tak kuketahui.""Sikapnya sengaja menunggu kedatangan kita," gumam Brajawisnu. "Apakah dia berpihak pada Jogos Daki?""Entahlah. Tapi tadi kulihat Jongos Daki bersama Kirana, orang Perguruan Mawar Seruni!""Kalau begitu, jelas sudah pemuda itu pasti berpihak kepada Jongos Daki. Atau, mungkin saja dialah orangnya ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
979899100101
...
104
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status