Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Chapter 961 - Chapter 970

All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 961 - Chapter 970

1031 Chapters

960. Part 14

Wadal membatin dalam hatinya, "Celaka! Bagaimanapun tingginya ilmuku, tak mungkin aku bisa melawan dia! Dia seperti angin, tak bisa disentuh dan dilukai! Kalau begini caranya aku bisa mati di tangannya! Sebaiknya aku melarikan diri saja sebelum kutemukan jurus maut untuk menandingi ilmunya itu!"Blasss...!Wadal segera melompat meninggalkan tempat itu dengan cepatnya. Ia ditertawakan oleh Tulang Neraka. Bahkan ia mendengar suara Tulang Neraka berseru dari tempatnya, "Ke mana pun larimu, kukejar kau sampai dapat, Tikus Busuk! Hah ha ha ha...!"Pelarian Wadal semakin kencang dan cepat. Api saja diterabasnya selagi masih bisa dipakai untuk lewat. Ia benar-benar ketakutan sekali, ketika dilihatnya ke belakang, ternyata Tulang Neraka benar-benar mengejarnya. Kecepatan lari mereka seimbang, sehingga jarak mereka pun selalu sama. Tapi ketika Wadal tersungkur jatuh dan segera bangkit lagi, jarak mereka menjadi lebih pendek. Ini membuat Wadal makin mempercepat larinya. B
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

961. Part 15

Dewi Taring Ayu diam, seakan membenarkan kesimpulan adiknya. Tetapi Pendekar Kera Sakti segera berkata, "Ki Darma Paksi pernah mengatakan padaku, bahwa eyang buyut kalian pernah mengeluarkan semacam wasiat, bahwa kelak pada suatu saat, ia akan menitiskan ilmu itu kepada salah satu keturunannya.""Menitiskan...?" gumam Arum Kafan sambil memandang Pendekar Kera Sakti dengan dahi berkerut."Ya. Itu yang kudengar dari mulut Ki Darma Paksi."Dewi Taring Ayu segera berkata, "Jelas sudah sekarang! Kitab itu pasti ada pada Tulang Neraka, mungkin disimpan di Pulau Neraka. Selama ini ia mendekam di sana hanya dengan alasan mencari titisan ilmu setan itu, jelas tak mungkin! Dari mana dia tahu bahwa Eyang Buyut Bayan Maruto ingin menitiskan ilmunya kepada dia? Pasti ia tekuni ilmu itu, sampai tiba ilmu itu menitis dengan sendirinya di luar rencana sebenarnya."Delima Ungu segera berkata, "Yang perlu kita pikirkan sekarang, apa yang harus kita lakukan! Menyerangnya de
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

962. Part 16

"Ahg...!" cukup pendek pekikan Wadal, setelah itu ia roboh tak bernyawa lagi.Dewi Taring Ayu sempat berpikir untuk memancing gerakan lawan agar semakin menjauhi rumahnya. Walaupun Dewi Taring Ayu tadi sempat melihat kelebatan ketiga adiknya lewat pintu belakang, tapi ia khawatir Tulang Neraka mengetahui dan segera mengejarnya. Karena itu, Dewi Taring Ayu pun segera berlagak menyerangnya dengan jurus pukulan jarak jauhnya. Sekalipun ia tahu tak akan mengenai sasaran tapi pancingan menjauhnya itu membuat Tulang Neraka semakin geram semakin penasaran untuk membunuh Dewi Taring Ayu."Percuma kau mempunyai ilmu 'Kidung Mantei Gaib' jika membunuhku saja tak mampu!" seru Dewi Taring Ayu. "Mana kehebatanmu sebagai Manusia Tembus Raga, hah! Mana...!""Bangsat kau, Dewi! Ke mana pun kau lari akan ku buru nyawamu!" teriak Tulang Neraka yang merasa terhina oleh ucapan Dewi Taring Ayu. Maka ia pun mengejar perempuan itu. Bertarung mengalahkan kegesitan gerakan Dewi Taring A
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

963. Pat 17

"Menyimpan segenggam cinta adalah lebih abadi daripada mencurahkannya, Cah Ayu. Barangkali kalian belum mengetahui, bahwa Pendekar Kera Sakti itu telah terikat hatinya oleh perempuan lain yang anggun dan bijaksana.""Siapa perempuan itu, Ki Darma?" sergah Kembang Darah ingin tahu.Tersenyum Ki Darma Paksi memandangi Kembang Darah, lalu ia menjawab, "Aku tak punya wewenang untuk menyebutkan nya, sekalipun aku tahu siapa orangnya! Jadi menurut naluri tuaku ini, sebaiknya simpan saja cinta kalian kepada Pendekar Kera Sakti itu, karena Baraka tak akan jatuh hati lagi kepada perempuan lain. Cintanya telah menjadi karang abadi dan hanya perempuan itulah yang merasuk dalam jiwa, darah, dan sukmanya. Tetapi sebagai seorang sahabat, Baraka bisa lebih hangat dari seorang kekasih dalam batas-batas tertentu. Tak ada ruginya kalian bersahabat dengan murid Setan Bodong yang sebenarnya adalah kakak dari eyang buyutmu itu!""Barangkali memang kita harus begitu, Delima," kata Ke
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

964. Part 18

"Dewi Taring Ayu...!" terdengar suara berteriak kasar dan keras dari pekarangan."Aku tahu kau lari kemari, karena darahmu yang menetes di bumi menunjukkan kepadaku! Kau tak akan bisa lari dari kematianmu, Dewi Taring Ayu! Ha ha ha ha...!""Keparat si Tulang Neraka itu!" Delima Ungu menggeram, lalu segera bergegas keluar. Tapi tangan Ki Darma Paksi menghadang, menghalanginya dan berkata, "Bukan dia tandinganmu, dan bukan kamu tandingannya, Delima Manis! Biarkan Baraka yang menghadapi angkara murka, si setan sesat berjiwa laknat itu!"Baraka selesai mengobati Dewi Taring Ayu. Saat itu terdengar suara Ki Darma Paksi, "Saat inilah kejahatan akan dikalahkan oleh kebaikan, yang hitam akan dihancurkan oleh yang putih, dan sudah saatnya kau turun tangan mengatasi kesesatan jiwa ini sebagai murid Setan Bodong!""Jangan, Baraka! Jangan menghadapi dia!" kata Dewi Taring Ayu."Dia benar-benar tak bisa dilawan!" tambah Dewi Taring Ayu setelah Baraka menyunggin
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

965. Misteri Pusaka Pucuk Cemara Tunggal

KEGELAPAN malam bagaikan selubung kematian warna hitam. Sekalipun langit cerah berbintang tanpa rembulan, tapi tak sedikit pun bias sinar cerah ada yang menerangi jalanan di ujung jembatan bambu. Jembatan itulah yang menghubungkan Tanah Merah dengan Lembah Kabut.Rindangnya dedaunan di sekitar Jembatan bambu itu yang membuat kadang sinar rembulan pun tak bisa menerobos masuk untuk menyinari jalanan penghubung itu. Sementara mereka yang akan melintas dari Tanah Merah ke Lembah Kabut tak punya pilihan lain kecuali melewati jalanan tersebut. Karena di bawah Jembatan bambu yang sering berderit reot jika terkena angin kencang itu adalah jurang yang amat dalam dan tak mungkin bisa dilalui orang. Tetapi sudah tiga malam ini di ujung jembatan nyala api lentera yang cukup menerangi keadaan sekitarnya. Memang tak bisa sampai ke seberang jembatan bias sinar lentera itu, tapi setidaknya bisa digunakan pemandu langkah sebelum memasuki jembatan bambu.Seorang berpakaian putih bersam
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

966. Part 2

Esoknya, gemparlah seluruh Lembah Kabut membicarakan tentang kematian kelima orangnya. Peristiwa itu sungguh membuat dunia seakan menjadi heboh, karena kematian lima korban itu ternyata membawa korban lain.Setiap orang yang mengangkut korban tersebut beberapa saat kemudian mengalami nasib yang sama. Mengejang, kaku, mata melotot, dan keluarkan keringat amis, setelan itu mati.Dalam waktu singkat sembilan korban mati dengan keadaan sama seperti kelima korban malam hari itu. Kesembilan korban itu segera ditolong, dirawat mayatnya, tapi toh tetap saja membawa korban baru sehingga jumlah keseluruhan sampai siang hari ada dua puluh tiga korban yang mati aneh. Kedua puluh tiga korban itu sama-sama keluarkan keringat berbau amis.Perguruan Kobra Hitam ditimpa musibah misterius. Logayo, sebagai ketua perguruan tersebut segera keluarkan perintah, "Jangan sentuh lagi mayat-mayat korban!""Bagaimana kami mau memakamkan mereka Ketua!Mengapa Ketua melarang kami menye
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

967. Part 3

Ekayana mengambil napas, menahan kesabaran. Ia mengangkat tangannya sambil berkata, "Baiklah, baiklah...! Kita cari dulu kemungkinan di tempat lain. Embun Salju adalah kemungkinan terakhir jika memang di tempat lain tak ada orang yang memiliki Racun Getah Tengkorak itu!"Kemudian setelah terjadi hening sekejap, Logayo bertanya kepada Brajawisnu dengan sisa suara geramnya."Siapa lagi yang pantas kita curigai menurutmu?""Tabib Cawan Maut!" jawab Brajawisnu."Apa urusannya orang setua renta begitu masih mau mengganggu ketenangan kita!" Ekayana menyanggah, karena ia tahu, Tabib Cawan Maut sudah sangat tua, bahkan untuk berjalan pun sudah payah, pelan, terbungkuk-bungkuk, sempoyongan, dan tertatih-tatih.  Tabib Cawan Maut tak pernah keluar dari pondoknya. Mereka yang butuh obat datang kepadanya dan ia tak pernah bersedia dibawa keluar dari rumah."Mengapa kau mencurigai orang setua Tabib Cawan Maut?" tanya Logayo kepada Brajawisnu."Dia pu
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

968. Part 4

Sementara itu, si Jubah Putih juga duduk bersila dengan kedua tangan di depan dada, hanya dua telunjuk dan dua ibu jarinya yang saling bertemu, sisa jari lainnya menggenggam. Orang itu juga tampak sedang memusatkan segenap jiwa, batin dan pikirannya untuk mengeluarkan serangan tenaga dalam kepada lawannya. Mulut mereka sama-sama bungkam mencapai lima puluh helaan napas. Tetapi tiba-tiba dari ujung jari telunjuk si Jubah Putih melesat sinar biru memanjang bagaikan sebatang tongkat kecil. Sinar biru itu melesat menuju Nini Pasung Jagat.Tetapi dari tengah kening Nini Pasung Jagat mendadak keluar sinar merah berbentuk bola sebesar jeruk nipis. Cahaya merah berpendar-pendar itu berkelebat bagai di panahkan dari tengah dahi Nini Pasung Jagat, kemudian menghantam sinar biru bagaikan menyongsong serangan sang lawan.Blarrr...!Entah untuk yang keberapa kalinya bunyi ledekan menggelegar itu terjadi di atas perairan laut biru itu. Ledakan yang kali ini ternyata menimbulk
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

969. Part 5

Pada waktu itu, seorang pemuda gagah dan tampan, berpakaian keemasan, tiba di pantai tersebut. Langkahnya terhenti ketika dilihat-nya sesosok tubuh menyerosot ke arah depan kaki nya. Dan pemuda itu segera terkesiap matanya, kaget melihat wajah orang yang menyerobot di depan kakinya itu."Ki Padmanaba...!" cetusnya kemudian.Pemuda yang memiliki rajah naga emas di punggung lengannya itu segera berjongkok untuk memeriksa keadaan orang sakti yang dikenalnya itu."Ki Padmanaba? Apa yang terjadi!"Mata tua yang sedang sekarat itu sempat memandang ke arah pemuda yang tak lain adalah si Pendekar Kera Sakti itu. Mulutnya yang sulit bernapas segera mengucapkan kata pelan, "Baraka....""Ya, saya Baraka, murid dari Setan Bodong, sahabat Ki Padmanaba itu! Kita pernah bertemu walau satu kali. Masih ingatkah Ki Padmanaba pada guru saya?”"Selamatkan... pusaka... Pucuk Cemara Tunggal dalam purnama..." Ki Padmanaba tidak menggubris pertanyaan Pendekar
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more
PREV
1
...
9596979899
...
104
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status