Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Chapter 861 - Chapter 870

All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 861 - Chapter 870

1036 Chapters

860. Part 32

Blarrr...!Gayatri terpental lagi akibat gelombang ledakan dan angin kencang yang ditimbulkannya dari benturan dua sinar itu. Gayatri jatuh terpuruk dengan napas terengah-engah, sedangkan Karang Wesi hanya mundur satu tindak, sedikit guncang. Tapi ia segera palingkan pandang ke arah datangnya sinar hijau tadi.Dan ia terkesiap memandang seorang pemuda sebayanya sedang garuk-garuk kepala dengan santainya tanpa hiraukan pandangan mata orang lain.Pendekar Kera Sakti terlambat muncul. Ini karena ia sempat mengejar Siluman Selaksa Nyawa yang dilihatnya melesat dalam satu jarak pandang saat bersama Gayatri di perjalanan. Baraka mencoba mengejar Siluman Selaksa Nyawa, sementara Gayatri tak mau menunggu, ia langsung menuju ke Gua Sekat Sembilan. Andai ia mau menunggu Baraka, maka kehadirannya akan membuat Andini terlambat mendapat pertolongan darinya, tapi ia sendiri tak akan lama terluka dalam akibat pukulannya sendiri tadi."Siapa kau! Mengapa turut campur uru
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

861. Part 33

"Ha ha ha ha...! Pedang itu lagi! Percuma, Baraka! Itu bukan pedang pusaka! Buang saja!" ledek Karang Wesi, ia sempatkan diri untuk menggaruk-garuk bagian yang gatal itu. Mata Baraka memandang ke sana ke bagian yang digaruk itu, lalu timbul gagasan untuk menyerang bagian yang gatal itu. Baraka tak tahu bahwa bagian yang gatal itu pun terkena darah juga."Sebaiknya kita adu senjata!" kata Karang Wesi, lalu cepat ia mencabut kapaknya. Dan serta-merta ia melompat bagaikan terbang dengan kapak siap dihantamkan ke depan. Pendekar Kera Sakti pun berkelebat secepat kilat, Jurus Pedang Kilat Buana warisan kakek gurunya, Ki Ageng Buana dikerahkan, tahu-tahu sudah melesat menyerang dengan pedang dikibaskan.Wusss...! Trangng...!Jlegg...! Pendekar Kera Sakti sudah berdiri di tanah dengan memunggungi lawannya. Gerakan secepat setan itu membuat Gayatri dan Andini yang hanya jadi penonton menjadi kian bengong. Tak menyangka Baraka mampu bergerak secepat setan. Kalau saja Kar
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

862. Part 34

Kriiit... kkkriiit... kkkkrrriiiieett...!Burung-burung beterbangan sambil mencicit ketakutan. Ular-ular mendesis sambil cepat tinggalkan tempat sekitar situ. Dan seorang lelaki yang berada di salah satu pohon, pada bagian dahan yang atas, segera menutup telinganya dengan kedua tangan. Wajahnya menyeringai menahan rasa sakit pada gendang telinganya. Seolah-olah gendang telinganya bagai ditusuk-tusuk dengan jarum yang terpanggang api. Semakin panjang deritannya semakin kuat rasa sakit yang dirasakannya.Kriiiieeeet...!Laki-laki di atas pohon itu hampir saja menjerit untuk mengimbangi rasa sakit itu. Namun karena kedua tangannya dipakai untuk menutup telinga rapat-rapat, akhirnya tubuh pun oleng saat berdiri di atas dahan sebesar pahanya sendiri itu. Tubuh itu kehilangan keseimbangan dan jatuhlah lelaki itu dalam keadaan terjungkal.Brasss...! Bukk!Beruntung sekali ia bisa berjungkir balik satu kali pada saat jatuh dan melayang dari atas, sehingga
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

863. Part 35

Prahasto berpikir sejenak, setelah itu baru menjawab dengan suara yang sangat pelan, hampir tak mudah ditangkap oleh pendengaran, "Dayang... Selatan...!"Ratu Teluh Bumi terkesiap. "Dayang Selatan! Benarkah Dayang Selatan yang menyuruhmu membunuhku!""Be... benar...!""Apa alasannya ingin membunuhku? Dayang Selatan tak pernah berselisih denganku, dan aku sendiri tak pernah berbuat salah kepada Dayang Selatan!""Entah... yang jelas aku harus temui dia pada malam purnama nanti...!""Di mana kau mau temui dia? Biar aku sendiri yang hadapi dia! Katakan di mana, atau kau muntah kenikmatan lagi?""Di... di.... Di Bukit Gelagah!""Bukit Gelagah! Pada malam purnama...! Hmm..! Kurasa tak perlu aku membunuhmu, Cah Bagus! Yang perlu kubunuh adalah Dayang Selatan sebagai manusia lancang yang mau bikin persoalan denganku! Dia tak tahu, Ratu Teluh Bumi yang sekarang bukan lagi Ratu Teluh Bumi yang dulu!""Tapi... tapi...."Wesss...!
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

864. Part 36

"Mau lali ke mana kau, Tikus Busuk!" seru Dayang Selatan dengan suara cadelnya yang tidak bisa sebutkan huruf 'R', ia berdiri dalam jarak tujuh langkah dari tempat Wilduto."Mengapa kau masih mengejarku terus, Dayang Selatan! Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tidak punya salah apa-apa padamu!""Kalau tak punya salah, kau tak akan lali, Wilduto!" Dayang Selatan maju tiga tindak. Wilduto mundur dua langkah, ia berusaha menghindari pandangan mata Dayang Selatan yang tajam itu."Kembalikan gelangku, atau kau kubunuh sekalang juga, Wilduto!""Sungguh aku tidak mengerti apa maksudmu, Dayang Selatan!"Dayang Selatan segera menggenggam jari kelingkingnya. Wilduto segera tersentak dengan leher memanjang, ia mendelik dan tak bisa bernapas. Lehernya bagaikan ada yang mencekik dengan keras.Wajah Wilduto menjadi merah dan badannya bergerak-gerak, seakan kedua tangannya ingin menarik sesuatu yang mencekik leher, tapi tak ada tangan yang harus disingkirk
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

865. Part 37

"Plahasto! Mengapa kau menyelangku? Bukankah selama ini hubungan kita baik-baik saja!""Ada sesuatu hal yang membuatku terpaksa bersikap begini padamu, Dayang Selatan!"Hati Dayang Selatan menjadi benci melihat sikap Prahasto yang menyerang dengan sungguh-sungguh tadi. Karena itu, Dayang Selatan pun merencanakan untuk tidak segan-segan membunuh Prahasto, walau sebenarnya ia sangat sayang, karena sewaktu-waktu ia bisa menggunakan tenaga Prahasto untuk keperluan batiniahnya. Selagi Dayang Selatan merenungkan diri, tiba-tiba Prahasto melepaskan pukulan tenaga dalamnya melalui genggaman tangannya yang menghantam ke depan.Kepalan tangan itu keluarkan cahaya kuning yang nyaris tak terlihat jika dalam keadaan siang hari.Wussst...!Cepat-cepat telapak tangan Dayang Selatan dihadangkan ke dada. Dan sinar kuning itu menghantam telapak tangan tersebut.Debb...! Wuttt...!Dayang Selatan terlempar ke belakang, ia tak sangka kekuatan pukulan bercahaya ku
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

866. SABDA IBLIS

SEMILIR angin membawa keteduhan di bawah pohon rindang itu. Pendekar Kera Sakti yang sedang melepaskan lelah di bawah pohon tersebut mulai mengeluh dalam hati. Perutnya terasa lapar sekali, tapi tak tahu ke mana ia harus mencari tempat untuk makan. Dari ketinggian lereng itu, Pendekar Kera Sakti memandang ke arah utara, dan samar-samar ia melihat persawahan membentang dengan tanaman padinya yang masih menghijau.Dalam hatinya Baraka pun berkata membatin, "Kurasa tak jauh dari persawahan di sana pasti ada sebuah desa. Dan kurasa di desa itu ada kedai untuk makan. Sebaiknya aku segera ke sana saja!"Maka bergegaslah Baraka, si Pendekar Kera Sakti itu melangkah menuruni lereng perbukitan. Namun beberapa saat sebelum ia mencapai pematang sawah di seberang sana, langkahnya menjadi terhenti akibat kehadiran seseorang yang muncul dari balik sebatang pohon besar berdaun rimbun.Orang tersebut adalah pemuda sebaya dengannya, berambut panjang yang diikat ke belakang, tubu
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

867. Part 2

"Oh, salah besar itu, Jarum Lanang! Salah besar! Aku melangkah terburu-buru karena ingin segera mencapai desa seberang sana untuk mencari kedai! Aku lapar sekali dan ingin segera mengisi perut!""Bohong! Wajahmu lebih tampan dariku, pasti Sumping Rengganis lebih terpikat dengan senyumanmu!""Terima kasih atas pengakuanmu itu! Tapi sungguh mati aku tidak menculik atau menyembunyikan kekasihmu, Jarum Lanang! Sebaiknya, kau percaya saja padaku, supaya di antara kita tidak terjadi pertarungan!""Kau kira aku takut melawanmu!" sentak Jarum Lanang sambil melangkah dua tindak ke depan."Tentu saja kau tidak takut padaku! Kau punya ilmu tinggi mestinya, terbukti kau berani menyerangku dengan lemparan pisau. Tapi aku pun juga tidak akan gentar melawanmu, hanya saja aku tidak suka berselisih karena kesalahpahaman!""Rupanya kau perlu dipaksa, Baraka! Heaaah...!"Jarum Lanang segera melompat dan melepaskan pukulan tenaga dalamnya bercahaya kuning. Bara
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

868. Part 3

Sejak tadi Dayang Selatan berdiri bagai mematung memandang ke arah jurang. Remang-remang cahaya rembulan tampakkan lekak-lekuk jurang dengan beberapa tanaman di tebingnya yang merimbun. Dasar jurang terlalu jauh untuk dilihat dan terlalu gelap, karena tak sepenuhnya mendapatkan sinar rembulan bila malam hari.Hati Dayang Selatan pun membatin, "Rasa-rasanya jurang ini sangat cocok untuk membuang bangkai si Ratu Teluh Bumi nanti! Jerit suaranya yang menggema panjang akan menjadi kepuasan hatiku, ketimbang ia mati tanpa pekik tanpa jerit!"Baru berpikir begitu, Dayang Selatan merasakan ada getaran tanah yang terjadi akibat pijakan kaki orang berjalan. Cepat-cepat Dayang Selatan palingkan wajahnya ke belakang. Beberapa kejap kemudian sesosok bayangan telah melesat, kemudian mendarat di tanah depannya. Sesosok bayangan itu adalah perempuan berpedang pendek di pinggangnya. Dia tak lain dari Ratu Teluh Bumi.Mereka saling pandang sejenak. Sama-sama tajam dalam memandan
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

869. Part 4

Semuanya terjadi dengan sangat pelan. Tetapi kejap berikutnya, terdengar suara kasar, brukk...! Itu suara tubuh Ratu Teluh Bumi yang dilemparkan ke arah belakang oleh orang yang sedang semadi itu."Uhhg...! Monyet...!" maki Ratu Teluh Bumi dalam hati.Perempuan itu tidak mati. Perempuan itu hanya mengalami luka dalam akibat pukulan berasap dari Dayang Selatan itu. Tapi seandainya tubuhnya tidak disangga dan gerakannya tidak diatur oleh orang yang sedang duduk bersila itu, maka tubuh Ratu Teluh Bumi sudah pasti hancur tak berbentuk lagi. Ketinggian jurang itu sangat mengerikan jika dipandang dari bawah.Orang yang menyelamatkan Ratu Teluh Bumi itu duduk bersila tanpa peduli dengan keluh dan raungan kecil di belakangnya. Orang itu berkerudung kain hitam dari kepala sampai kaki. Matanya memandang ke satu arah tak berkedip. Di depannya itu, ada sungai kecil dengan lebar antara dua tombak. Celah-celah bebatuannya mempunyai tanaman setinggi mata kaki. Di sela-sela tan
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more
PREV
1
...
8586878889
...
104
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status