Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Chapter 851 - Chapter 860

All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 851 - Chapter 860

1036 Chapters

850. Part 22

Mereka yang mati, langsung dibuang oleh Karang Wesi ke jurang. Bahkan ada yang belum mati, tapi masuk jurang karena terpeleset. Kapak bermata tiga itu tak pernah kering oleh darah. Baru saja mau dikeringkan sudah datang mangsa lagi yang mendesaknya untuk berkelebat merobek bagian tubuh lawan atau memenggal kepala lawan. Pada umumnya mereka yang datang bukan berilmu rendah. Tapi beruntung sekali Karang Wesi, karena semua ilmu milik Ki Candak Sedo telah diturunkan kepadanya, sehingga mereka yang datang sama saja bertarung melawan kesaktian Ki Candak Sedo. Bahkan kali ini kesaktian Ki Candak Sedo berada di tangan orang perkasa dan lebih kekar lagi dari pemilik aslinya."Lama sekali Guru berada di dalam? Jangan-jangan dia mati karena salah masuk ruang bercahaya sembilan itu?" pikir Karang Wesi.Maka, ia pun bergegas masuk ke dalam gua untuk menyusul gurunya. Tapi baru saja ia melangkahkan kaki satu tindak, tiba-tiba sebuah pukulan jarak jauh telah melesat menghantam punggu
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

851. Part 23

Tombak tersebut diambil oleh Cambuk Guntur, lalu dihujamkan langsung ke dada Macan Bangkai. Tentu saja Macan Bangkai tak mampu menghindar lagi karena hal itu terjadi sangat di luar dugaan dan tak pernah terpikirkan sama sekali olehnya. Akibatnya, ia terpaksa menerima ajal di ujung tombak senjatanya sendiri. Dan itulah yang dikatakan senjata makan tuan.Macan Bangkai sempat mengerang ketika napasnya belum lepas dari raga. Bahkan ia masih berusaha ingin mencabut tombak mata tiga yang menembus dadanya itu. Tapi oleh Cambuk Guntur ujung tombak itu makin dihantam dengan telapak tangannya, membuat tombak makin masuk ke dalam tubuh dan tembus ke belakang.Cambuk Guntur pandangi lawannya dengan bengis, sementara sang lawan mendelik sambil muntahkan darah dan tak bisa ucapkan kata lagi, lalu rubuh tanpa nyawa.Dua kali Karang Wesi bertemu dengan Cambuk Guntur, yaitu pada saat ia diajak pergi oleh Ki Candak Sedo ke sebuah pertemuan orang-orang sakti di Bukit Jagal, dan ke
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

852. Part 24

"Baiklah," Karang Wesi menghembuskan napas kesal"Masuklah dan temui dia. Tapi kalau dia merasa terganggu dan marah, kau yang bertanggung jawab! Jangan aku yang menjadi pelampiasan kemarahan Guru!""Baik. Aku yang bertanggung jawab!""Masuklah!" Karang Wesi menyingkir dan mengizinkan Cambuk Guntur masuk ke dalam gua untuk menemui Ki Candak Sedo. Tetapi tiba-tiba ada sesuatu yang membuat Karang Wesi tersentak kaget. Lekas-lekas ia menahan lengan Cambuk Guntur seraya berkata dengan nada pelan, "Cambuk Guntur, aku mau bicara sebentar tentang seseorang, kuharap kau tidak keberatan!""Tentang seseorang siapa maksudmu?" Cambuk Guntur kerutkan dahi.Sambil menuntun lengan Cambuk Guntur, Karang Wesi berkata, "Kapan kau bertemu Nyai Sirih Wangsit?""Kira-kira satu bulan yang lalu, di Lembah Cupu Hasta?" Keadaan Cambuk Guntur sudah berada di luar gua, bahkan mereka bicara di bawah pohon berwarna kuning dari batang sampai daunnya."Apakah kau bi
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

853. Part 25

"O, kau rupanya, Warok Kober!" ucap Ki Candak Sedo."Syukur kalau kau masih mengenaliku, Candak Sedo!" katanya dengan suara besar."Aku memang mengenalmu, tapi tak menyangka kau ingin merebut darah ini dariku, Warok Kober!""Ha ha ha...! Kau memang perlu memperhitungkan kehadiranku, Candak Sedo. Memang selama ini kita berhubungan baik, tak pernah ada perselisihan apa pun. Tapi untuk kali ini, demi darah yang sudah hampir seratus tahun itu, aku terpaksa buka perkara denganmu, Candak Sedo!"Karang Wesi bergegas maju, tapi dicegah oleh Ki Candak Sedo. Karang Wesi menggeram. Setahu dia, Warok Kober memang tidak pernah berselisih dengan gurunya. Tapi sekarang Warok Kober merusak hubungan baik hanya gara-gara ingin memperebutkan pusaka Darah Sabda Dewa itu. Karang Wesi jadi berpikir, alangkah amat berharganya darah tersebut, sehingga seseorang sampai berani mengorbankan persahabatan demi mendapatkan darah keramat itu. Jelas ini sebuah pengorbanan yang amat luar
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

854. Part 26

Karang Wesi berkata, "Maaf, saya tak sempat menggunakan jurus 'Salju Hitam', karena dia mendesak terus, Guru!""Seharusnya tak perlu membunuh, biar dia cedera dan lari sendiri, Karang Wesi!"Karang Wesi diam menunduk, ia takut kena murka sang Guru. Tapi dalam hati Karang Wesi menggerutu berkepanjangan, "Dia memang enak, tinggal ngomong saja bisa! Aku ini yang merasakan tendangannya dan hampir mati, bisa lebih tahu bagaimana seharusnya mengalahkan dia! Sudah capek-capek melawan dan mengalahkan lawan, eh... masih saja dikecam salah! Uuh, sepertinya Guru tidak suka aku menggunakan ilmu andalan untuk mempercepat kerjaku!"Kemudian, Ki Candak Sedo segera perintahkan Karang Wesi untuk cepat tinggalkan tempat tersebut. Karang Wesi pun melompat dengan gerakan jurus peringan tubuh, ia menyusul gurunya yang sudah melesat lebih dulu.Tak seberapa jauh dari gua itu, mereka sudah harus menghentikan langkah karena kemunculan seorang lelaki botak berpakaian longgar. Lel
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

855. Part 27

Dan lorong itu kini ditemukan oleh Karang Wesi. Di lorong itulah Karang Wesi melepaskan seluruh pakaiannya, sampai pada cincin, perak penghias jari pun dilepaskan. Setelah Karang Wesi berhasil polos seperti bayi baru lahir, ia segera membuka penutup guci. Guci hitam itu disumpal lubangnya memakai sepotong kayu randu.Karang Wesi pun mencabut kayu penyumbat mulut guci. Tetapi ternyata tidak semudah mencabut penyumbat tutup guci seperti biasanya. Penyumbat itu sangat kuat, seakan menjadi satu dengan mulut gucinya. Dengan kerahkan tenaga Karang Wesi mencabut penyumbat itu, namun tetap tidak bisa terlepas. Bahkan kali ini dengan kerahkan tenaga dalamnya Karang Wesi mencabut kayu penutup itu, namun sampai tubuhnya gemetar dan menjadi merah, masih saja tutup itu tak bisa dilepaskan.Sementara itu, di luar gua terdengar suara percakapan dua-tiga orang yang agaknya mau masuk ke dalam gua namun merasa sangsi. Karang Wesi sedikit gugup karena keadaannya masih telanjang, sedangka
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

856. Part 28

Ternyata bukan hanya mereka yang muncul, melainkan semua korban yang mati dibunuh oleh Karang Wesi bermunculan dengan mengenakan kain kerudung dari kepala sampai kaki warna putih bersih. Mereka memenuhi lorong itu hingga Karang Wesi tak punya jalan untuk lari keluar dari gua tersebut.Ia segera berpaling ke belakang untuk mencari jalan menuju Sekat Sembilan. Tetapi dari arah sana pun muncul sosok berpakaian putih dari kepala sampai kaki. Jumlah mereka pun cukup banyak. Satu di antara wajah yang .sempat dikenali oleh Karang Wesi adalah wajah Nyai Sirih Wangsit, Kidung Sentanu, dan Eyang Danujaya, Talang Sukma, serta Permeswari Bayangan, yang semua itu adalah teman baik dari Ki Candak Sedo. Juga tokoh-tokoh lain yang tidak dikenali oleh Karang Wesi.Tetapi anehnya, Ki Candak Sedo juga ada di rombongan orang-orang golongan putih yang telah tiada, jadi bukan hanya ada pada rombongan orang-orang yang menjadi korban pembunuhan Karang Wesi saja. Wajah Ki Candak Sedo yang ada
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

857. Part 29

Akhirnya, ketika batu itu hampir menggilas tubuhnya, Karang Wesi segera kerahkan pukulan 'Angin Lahar'.Tepat pada saat batu besar mendekatinya, kedua tangannya yang telah mengandung pukulan 'Angin Lahar' itu digunakan untuk menahan gerakan batu.Gluduk gluduk gluduk...! Plakk...! Gluduk gluduk..!Ternyata batu tetap menggelinding dan menggilas tubuh Karang Wesi yang tak mampu menghindar lagi itu. "Aaaa...!" suara jerit ketakutannya hilang seketika sewaktu batu menggilasnya tanpa ampun lagi. Kemudian alam pun menjadi sepi, bumi bagaikan mati. Hening tercipta panjang tanpa suara hembusan angin sekalipun. Matikah murid keji Ki Candak Sedo itu?Tidak, ia tidak mati. Ia masih hidup dan membuka matanya pelan-pelan. Mengerjap-ngerjap sebentar sambil pulihkan kesadaran dan keyakinan dalam hatinya bahwa ia belum mati. Ia memang terkapar, namun masih bisa bernapas dan bergerak."Oh, di mana aku? Sepertinya aku tidak mati! Aku masih bisa bernapas dan... tula
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

858. Part 30

"Suatu khayalan atau gangguan penglihatan karena aku mandi Darah Sabda Dewa? Barangkali Darah Sabda Dewa ingin membuktikan padaku, bahwa tubuhku telah menjadi kebal dan tak mampu digilas batu sebesar itu! Atau mungkin semua yang kualami ini hanya impian mata melek saja? Tapi bagaimana dengan wajah-wajah berkerudung kain putih dari kepala sampai kaki itu? Apakah itu juga mimpi?"Karang Wesi termangu-mangu di depan gua, memikirkan keanehan itu sambil tak sadar menggaruk-garuk bagian yang ditutup daun itu. Ia juga tak sadar kalau daun itu rontok satu persatu akibat garukan tangannya.Sementara itu, Andini menunggu di belakang Karang Wesi di balik sebatang pohon jati merah. Perempuan yang kenakan pakaian pinjung hijau sebatas dada itu bukan menunggu untuk melihat kepolosan tubuh Karang Wesi, tapi menunggu untuk mendapatkan janjinya. Janji dari Karang Wesi, yang ingin membagi dua darah tersebut, jika Andini mau palingkan wajah dan tidak sering memandangnya selama Karang Wes
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

859. Part 31

Bagian tangan, kaki, kepala, perut, punggung, semuanya sudah dicoba oleh Andini untuk dilukai, tapi tak berhasil. Bahkan untuk memotong daun telinga pun pedang itu tak mampu melakukannya."Ha ha ha ha...!" Karang Wesi tertawa kegirangan terbahak-bahak. Sementara itu, Andini melesat mundur empat tindak."Jangan merasa bangga dulu, Karang Wesi! Terimalah jurus 'Pedang Langit Pitu' ini! Hiaaah...!"Pedang itu dibabatkan ke samping kanan-kiri dengan cepat, lalu tiba-tiba disentakkan ke depan dengan tangan kiri Andini ke atas lurus dan satu kakinya ke belakang lurus, kaki satunya sedikit merendah. Maka, zlappp...!Seberkas sinar biru tanpa putus melesat cepat menembus dada Karang Wesi. Sinar itu jelas-jelas menghantam pertengahan dada, namun dada itu tak bisa bolong. Sinar itu hanya melesat mengitari tubuh Karang Wesi, berlarian ke sana-sini, tanpa bisa melukai. Padahal cukup lama sinar biru tanpa putus itu menerpa dada lawannya, bahkan berpindah ke pusar sega
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
PREV
1
...
8485868788
...
104
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status