Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Chapter 841 - Chapter 850

All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 841 - Chapter 850

1036 Chapters

840. Part 12

Ki Candak Sedo melangkahkan kaki sampai di depan gubuk persinggahannya, kemudian dari sana dia berkata sambil palingkan wajah kepada Karang Wesi, "Hanya akulah yang tahu letak gua itu! Sebab dulu guruku pernah bertapa di depan pintu gua itu, dan aku pernah diajaknya ke sana! Karena itu aku memilih tempat persinggahan di hutan ini, supaya jika saatnya tiba, pintu gua terbuka, jarakku dengan gua itu tidaklah jauh!"Karang Wesi bangkit dengan wajah ceria, lalu ucapkan kata, "Kalau begitu kita berangkat sekarang ke sana, Guru! Saya akan dampingi Guru, sampai mendapatkan Darah Sabda Dewa itu, Guru!"Ki Candak Sedo kembali sunggingkan senyum bangga terhadap kesetiaan muridnya, kemudian ia ucapkan kata sambil mendekati Karang Wesi, "Kesetiaan dan kepatuhanmu selama ini adalah sesuatu yang menghibur hati tuaku, Karang Wesi! Ternyata aku tak salah pilih murid!" sambil pundak Karang Wesi ditepuk-tepuknya."Guru, jangan sanjung saya nanti bisa lupa diri!"Tawa tua d
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

841. Part 13

Nenek bungkuk berbadan kurus itu terpental saat ia melepaskan pukulan tenaga dalamnya bersinar kuning, karena oleh manusia berkerudung hitam itu pukulan kuningnya dihantam dengan sinar putih yang keluar dari ujung sabit panjangnya itu. Tapi agaknya si nenek masih bersemangat dan segera bangkit tanpa cedera apa pun.Kejap berikutnya terdengar suara Rawana Baka berkata kepada nenek itu, "Jangan harap kau bisa menang melawanku, Nyai Pungkur Maut! Sebaiknya urungkan saja niatmu membalas dendam atas kematian suamimu beberapa puluh tahun yang lalu!""Aku tidak akan biarkan kau lolos lagi, Manusia iblis! Apa pun yang terjadi, aku harus bisa membunuhmu sekarang juga. Karena baru sekarang kita bertemu lagi setelah sekian puluh tahun yang lalu kau membunuh suami dan anakku di depan mataku sendiri!" kata nenek yang ternyata bernama Nyai Pungkur Maut itu."Tidakkah kau sayang dengan sisa hidupmu yang tinggal beberapa hari ini? Sebaiknya jangan kau sia-siakan sisa hidupmu un
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

842. Part 14

Melihat keadaan Siluman Selaksa Nyawa terdesak dan sedikit kewalahan menahan serangan tenaga dalam Pendekar Kera Sakti, Nyai Pungkur Maut menggunakan kesempatan untuk menyerang Siluman Selaksa Nyawa, ia segera melompat dengan tongkatnya ditebaskan ke leher Siluman Selaksa Nyawa dalam gerakan cepat."Heeeaaah...!"Wuttt...! Trakk! Duarrr...!Tongkat itu ditangkis dengan ujung tongkatnya Siluman Selaksa Nyawa, sementara tangannya masih menahan pukulan tenaga dalam Baraka. Tongkat Nyai Pungkur Maut terpental lepas dari tangannya, dan tiba-tiba tubuhnya tersodok bagian bawah dari tongkat El Maut itu.Duhggg...!"Uuhg....!" Nyai Nyai Pungkur Maut tersentak dan terpekik, tubuhnya kembali terlempar dalam jarak antara tiga tombak.Pendekar Kera Sakti segera kibaskan pergelangan tangannya.Wings... Wings... Wings... Wings... Wings...!Gelang Brahmananda berkiblat ke arah Siluman Selaksa Nyawa. Gelang Brahmananda yang berkelebat itu dita
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

843. Part 15

"Sudah tua kok mau cari kekasih, Kek?""Habis semasa mudanya aku sibuk tarung ke sana sini!""O, kakek bekas pendekar?""Ya. Dulu, sebelum usiaku dua ratus tahun lebih seperti sekarang ini!""Hah...! Jadi usia kakek sudah dua ratus tahun lebih?'"Ya. Tapi semasa mudaku, aku menjadi pendekar yang gagah seperti kamu, tapi lebih sakti dari kamu!""Sekarang apa masih sakti, Kek?" pancing Baraka yang tertarik dengan percakapan itu."O, masih! Masih sakti! Benda apapun yang kupegang bisa dipakai untuk membunuh lawan! Seperti serulingmu itu, kalau aku yang memegangnya bisa menjadi sebuah pedang pusaka yang amat hebat!""Begitukah?""Ya! Kalau tidak percaya, coba kupinjam sebentar sulingmu itu! Kau akan melihat sendiri hasilnya!"Lalu, Pendekar Kera Sakti menyerahkan suling mustikanya kepada sang kakek. Setelah suling mustika diterima oleh sang kakek, tiba-tiba kakek itu bergerak cepat. Berlari meninggalkan Pendekar Kera
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

844. Part 16

"Lalu di ruangan yang bercahaya warna apa yang menyimpan Darah Sabda Dewa, Guru?"Ki Candak Sedo cepat memandang ke belakang, seperti merasa curiga terhadap hembusan angin yang baru saja dirasakan aneh itu. Maka ia pun segera berkata kepada muridnya."Karang Wesi, aku akan segera masuk untuk mengambil Darah Sabda Dewa itu sebelum orang lain mendahului kita!""Baik. Silakan, Guru! Saya akan menjaga di luar gua!" jawab Karang Wesi, walau hatinya sedikit kecewa karena tidak mendapat jawaban dari gurunya atas pertanyaan yang diajukan tadi.Angin memang berhembus agak kencang. Dedaunan kering berjatuhan bagai menjauh dari depan gua tersebut. Karang Wesi memandang sekelilingnya dengan mata sedikit menyipit menahan hembusan angin.Hanya deru angin itu yang ada di sekeliling gua. Hanya deru angin itu yang meresap masuk di telinga Karang Wesi. Pemuda bersenjata kapak tiga mata itu kini duduk di atas sebuah batu yang melekat di bawah pohon samping gua. Panda
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

845. Part 17

Wuttt...! Crakkk...!Sebuah senjata kecil berbentuk tusuk konde menancap di batu tempat Karang Wesi duduk. Batu itu kepulkan asap putih kebiruan dan menjadi serbuk sedikit demi sedikit. Serbuk itu dihembus angin sehingga makin lama batu itu menjadi habis bagai terkikis waktu. Kilatan tusuk konde putih mengkilap dari bahan baja itu datang dari arah kanan Karang Wesi. Maka secepatnya Karang Wesi pandangi keadaan sekeliling hutan di sebelah kanannya.Ternyata tak jauh dari pohon beringin biru itu telah berdiri seorang nenek bongkok berjubah biru. Rambutnya abu-abu, usianya sepertinya lebih tua dari Ki Candak Sedo. Selain bongkok juga berbadan kurus, mata cekung dan giginya tinggal tiga. Ia bersenjata tongkat pendek lengkung dari rotan kuning.Karang Wesi segera dapat mengenali perempuan kempot itu, yang dulu pernah tiga kali bertandang ke persinggahan Ki Candak Sedo, untuk membicarakan satu masalah yang tak diketahui Karang Wesi. Nenek itulah yang bernama Nyai Pung
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

846. Part 18

Sinar biru sebesar genggaman tangan itu menerjang lebih dari sepuluh pohon di belakang Karang Wesi. Pohon itu lenyap tak berbekas sedikit pun bagai ditelan bumi. Kurang dari dua kejap lebih dari sepuluh pohon yang lenyap dihantam sinar biru besar dari punggung Nyai Pungkur Maut. Barangkali karena jurus dahsyat yang keluar dari punggungnya itulah maka nenek kempot itu bergelar Nyai Pungkur Maut. Memang maut yang terjadi jika ia telah memunggungi lawan dan melepaskan sinar birunya itu. Kepala Nyai Pungkur Maut berpaling sebentar ke belakang. Agaknya ia ingin melepaskan kembali sinar birunya. Karang Wesi segera berguling ke tanah menuju ke arahnya. Lalu, dengan cepat kapaknya dikibaskan ke betis Nyai Pungkur Maut.Wutt...! Sattt...!Dengan lincah Nyai Pungkur Maut mengangkat kakinya itu dan menendang wajah Karang Wesi dengan cepat.Wusss...! Tabb...!Karang Wesi berhasil menepak telapak kaki lawannya yang hampir mengenai wajah."Uhg...!" Nyai Pungkur
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

847. Part 19

"O, ya! Kau penjaga gua yang sakti tentunya! Tapi belum tentu kau bisa menahan pukulan tongkatku yang bernama 'Belut Penyebar Maut'! Hiaaah...!"Wuttt...!Sinar merah melesat dari tongkat lengkung itu. Sinar merah ini yang dilepaskan untuk menyerang si Alu Amah kemarin malam, tapi akhirnya menghantam pohon, dan pohon itu menjadi terpotong-potong menjadi tiga puluh bagian lebih.Kali ini sinar merah dari jurus 'Belut Penyebar Maut' itu dilepaskan untuk menghantam tubuh Karang Wesi. Tetapi dengan cepat Karang Wesi menghadangkah kapak tiga mata itu ke depan, dan sinar merah tersebut menghantam kapak tiga mata.Trangngng...! Zrrrubb...!Sinar merah padam seketika. Hilang entah ke mana. Sedangkan kapak tiga mata masih utuh dengan kilauan cahaya logamnya yang terkena pantulan sinar matahari."Edan bocah ini!" Ki Cagar Nyawa terbelalak matanya. "Kapaknya bisa menahan jurus 'Belut Penyebar Maut'-ku! Ini sungguh-sungguh mengagumkan bagiku! Tak pernah
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

848. Part 20

Kali ini yang berbaju ungu serukan kata, "Andini! Kalau kau nekat berangkat ke sana, terpaksa aku bertindak lebih kasar lagi padanku! Jangan kau salahkan aku jika aku lebih kasar bertindak padamu, Andini!""Apa hakmu melarangku pergi, Gayatri! Kita sudah dewasa dan punya urusan masing-masing!"Gayatri, si gadis berbaju ungu itu, memandang dengan wajah cemberut marah kepada Andini, yang menyandang pedang di punggungnya. Gayatri berambut panjang sebatas lewat punggung sedikit dan dilepas meriap begitu saja, sehingga sesekali rambut itu meriap di depan wajahnya, membuat kecantikannya tampak samar-samar. Gayatri mempunyai kecantikan lembut, berbeda dengan Andini yang berkesan cantik-cantik genit. Yang jelas ia tidak kelihatan lembut seperti Gayatri. Tetapi melihat gerak saltonya yang tadi menghindari pukulan lawan dapat dilihat bahwa ia berilmu tinggi."Ingat, Gayatri! Sekali lagi kau masih mengejarku, kuhabisi nyawamu di mana saja kita bertemu!""Aku tak tak
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

849. Part 21

Takkk...!"Auuhh...!" Gayatri pejamkan mata sambil meringis kesakitan.Tiba-tiba sebelum Baraka mendekat untuk menolongnya, Andini melompat tinggi-tinggi bagaikan terbang, dan pedangnya berkelebat untuk ditebaskan ke leher Baraka.Wuttt...!Pendekar Kera Sakti sentakkan suling mustikanya naik ke atas.Trang...!Pedang Andini bagai menebas sebatang besi baja. Bahkan pedang itu terpental jatuh dari tangan Andini, karena pada saat itu tangan Andini merasa seperti kesemutan. Seolah-olah pedangnya menyentuh benda yang mempunyai getaran petir melumpuhkan persendian dan urat-uratnya.Andini jatuh, dengan buru-buru pedangnya diambil oleh Gayatri, dan sekarang pedang itu ditodongkan ke leher Baraka seraya Gayatri berseru, "Lepaskan suling keparat itu atau kurobek lehermu dengan pedang ini!""Sabar, Nona...!""Lepaskan suling keparat itu! Buang!" bentak Gayatri makin melotot matanya."Robeklah leherku kalau kau memang tega!
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
8384858687
...
104
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status