Semua Bab Pendekar Kera Sakti: Bab 1191 - Bab 1200

1236 Bab

1190. MISTERI PEDANG MAHA SAKTI

OMBAK laut bergulung-gulung dengan tenang. Tidak seliar biasanya. Karena saat itu angin berhembus sepoi-sepoi basah, tanpa badai dan topan yang memancing amukan sang ombak. Cuaca cerah sungguh baik untuk berlayar. Dan di sudut sana, tampak seorang wanita berjubah biru muda sedang mempersiapkan diri, menyewa sebuah perahu bersama pendayungnya.Perempuan itu tak lain adalah Sri Maharatu, dengan cambuk pusakanya yang terselip di pinggang, digulung membentuk lingkaran kecil. Dewa Sengat semakin percaya dengan ucapan Delima Gusti. Matanya tertuju pada cambuk di pinggang Sri Maharatu. Hatinya mulai berkecamuk sesuai dengan jalan pikirannya yang sedang mencari cara menyerobot cambuk itu."Kalau dia kuserang secara bertubi-tubi, dia tidak akan punya kesempatan untuk mencabut cambuk itu. Tapi sekali dia punya kesempatan, habislah aku! Seranganku harus terarah pada tangan kanannya, sebab ia akan gunakan tangan kanan untuk mencabut cambuk di pinggang kirinya. Kalau kugunakan juru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

1191. Part 2

Sri Maharatu mendengar suara gemuruh dari tiga arah. Tanpa berpaling memandang ke tiga arah itu ia sudah dapat menduga apa yang terjadi, ia pun sudah bisa simpulkan apa yang membuat Dewa Sengat sejak tadi tidak bergerak menyerang."Rupanya dia mencari kesempatan untuk menyerobot cambuk ini saat aku sibuk menghadapi pasukan lebahnya," pikir Sri Maharatu.Sambil sunggingkan senyum sinis, Sri Maharatu berkata kepada Dewa Sengat, "Rupanya kau sedang menunggu pasukan lebahmu itu Dewa Sengat. Dan kau akan curi kesempatan untuk menghantamku lalu menyerobot cambuk ini. Oh, mudah sekali pikiranmu kubaca, Dewa Sengat!"Tokoh tua itu tak bisa bilang apa-apa. Ia hanya memikirkan cara terbaik untuk segera lakukan gerakan serang. Tapi lawannya ternyata punya kecerdasan otak tersendiri. Sri Maharatu segera gerakkan cambuknya. Matanya masih memandangi Dewa Sengat tapi cambuk segera dilecutkan di atas kepalanya ketika bunyi gemuruh lebah itu kian mendekat.Wuutt...!Taarr.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

1192. Part 3

Sri Maharatu tertawa dan berseru, "Kalau kau kehendaki pertarungan sekarang juga, maka terimalah ajalmu ini, Anak Bengal!"Cambuk terangkat dan hendak dilecutkan. Jelas jika mengenai punggung Putri Kunang, maka tubuh gadis cerewet itu akan terpotong menjadi dua bagian, seperti nasib gurunya. Tapi ketika cambuk hendak dilecutkan, Delima Gusti lepaskan pukulan jarak jauhnya berupa sinar biru dari telapak tangannya.Claapp...! Selarik sinar biru tepat kenai bawah ketiak tangan kanan Sri Maharatu.Desss...!Wuuttt...! Bruukkk!Tubuh Sri Maharatu terlempar lima tombak jauhnya. Padahal seharusnya tubuh itu hancur berkeping-keping, tapi karena mempunyai kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi, maka tubuh itu hanya hangus di bagian bawah ketiak dan terlempar berguling-guling. Sayang cambuknya tidak terlepas dari tangan, sehingga Delima Gusti tak dapat menyambarnya."Uuhhg...!" Sri Maharatu mengerang kesakitan, tak lama kemudian memuntahkan darah seg
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

1193. Part 4

Senyum jalang Sri Maharatu mulai disunggingkan. Kerlingan matanya sengaja dipamerkan agar Baraka tergoda. Pendekar Kera Sakti membalas dengan senyuman lembutnya yang menawan. Tapi ia segera berkata dengan nada tegas."Cambuk itu tercemar kutuk. Kalau kau tidak segera menghancurkannya kau akan menjadi orang sesat sepanjang masa. Jika kau mati, rohmu akan hinggap pada binatang-binatang menjijikkan.""Jadi apa maksudmu datang kemari, Pendekar Tampan?""Menghancurkan cambuk itu, supaya tidak menjadi sumber malapetaka bagi kehidupan manusia di muka bumi!" jawab Pendekar Kera Sakti dengan tegas."Tidak bisa. Aku lebih setuju kalau kau ikut pulang ke Pulau Dadap dan menjadi suamiku. Aku sudah dua tahun menjanda, Pendekar Kera Sakti!""Lupakan tentang harapanmu itu, yang penting serahkan dulu cambuk itu padaku dan akan kuhancurkan sekarang juga, supaya kau bebas dari hidup sesat!"Sri Maharatu semakin berkerut dahi. "Kalau begitu kau ada di pihak De
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

1194. Part 5

"Mereka tak bisa mengejarku. Hi, hi, hi...! Mereka kehilangan jejakku! Oooh... alangkah dungunya mereka. Hi, hi, hi...!" gadis itu berkata dengan suara jelas, tapi seakan ditujukan kepada dirinya sendiri.Napasnya yang terengah-engah kini diredakan sambil tubuhnya bersandar di bawah pohon. Tawanya masih berderai-derai diselingi wajah tegang sepintas.Tiba-tiba dari kerimbunan semak di sampingnya muncul dua lelaki yang melompat dengan gesit dan lincah.Wuuurt...! Jleeeg...!"Aaauh...!" gadis itu memekik kaget dengan suara melengking tinggi. Dua lelaki yang masing-masing berusia sekitar tiga puluhan tahun itu melepaskan tawa bersamaan."Sekarang kau tak dapat lari lagi, Cah Ayu...! He, he, he, he...!" goda lelaki berpakaian hitam dengan ikat kepala dan ikat pinggang kain hitam pula. Kumisnya sedikit tebal dan matanya tampak liar, bernafsu sekali memandang gadis yang kini sedang mundur ke arah kerimbunan semak lainnya."Aku tidak mau! Pergi kal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

1195. Part 6

Namun angan-angannya itu tak terlaksana, karena sebelum ia mencapai tepian sungai, tubuhnya telah tersungkur jatuh karena diterkam Kobar dari belakang. Terkaman itu mengejutkan hingga suara kagetnya melengking tinggi."Aaaauh...! Jangaaan...! Lepaskan aku! Lepaskan...! Aku tidak mau! Tidak mau! Tidak mau di sini! Lepaskaaan...!"Palupi mencoba mengamuk, meronta, mendorong tubuh Kobar yang mulai menindih dirinya. Dengan mengerahkan tenaga wanitanya, tubuh Kobar yang kurus berhasil disentakkan dan orang itu terlempar ke samping.Palupi berusaha bangkit dengan merangkak, tapi tubuhnya tersungkur lagi karena segera diterkam oleh Raseta."Kena kau...!" teriak Raseta."Aaauh...! Jangan! Jangan! Jangan sekarang! Aauuuh...! Aku tidak mau. Tolooong...! Tolooong...! Aaauh...!" Palupi meronta terus."Pegang kuat-kuat, jangan sampai lepas!" seru Kobar kepada Raseta. Lalu Kobar pun ikut menerkam, memegangi kaki Palupi. Tapi kaki itu menjejak-jejak. Akhir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

1196. Part 7

"Memberi nasihat bukan tugas calon mertua saja, tetapi di antara kita perlu saling bertegur sapa, saling memberi nasihat, mengingatkan kepada siapa yang lupa akan langkahnya," kata Baraka dengan nada tenang.Palupi maju lagi dekati Baraka dan berkata, "Kang, kok ngobrol terus? Kapan tarungnya! Sudah, bres, bres, bres... begitu!" sambil mulutnya bersungut-sungut dan kembali kebalik pohon.Baraka membatin, "Gadis ini sepertinya lebih sinting dariku. Jangan-jangan apa yang dikatakan dua orang itu memang benar, bahwa gadis itu memang gila. Hmmm... rasa-rasanya aku tak perlu gunakan kekerasan untuk mencegah tindakan tak terpuji dari mereka. Cukup dengan saran dan ucapan saja, aku yakin mereka sadar dengan apa yang ingin mereka lakukan itu tadi.""Hei, Bocah Ingusan!" seru Kobar, "Kau telah berbuat lancang dengan menghadang langkah kami! Kau harus menerimapelajaran dari kami. Hiaaaah...!"Kobar menyeringai lebih dulu dengan sebuah lompatan. Baraka terkesiap sej
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

1197. Part 8

Raseta dan Kobar bergegas bangkit dengan perasaan takut kepada orang berselempang pita lebar itu. Mereka tundukkan wajah, seakan siap menerima hukuman dari orang yang lebih punya kharisma ketimbang keduanya itu.Baraka berkerut dahi memandangi lelaki berjenggot tipis warna hitam, dan berambut sedikit panjang namun diikat dengan kain satin, sama dengan warna selempangnya. Dalam hati Baraka bertanya-tanya, "Siapa orang ini? Agaknya ia adalah atasan dari Raseta dan Kobar."Orang tersebut menghardik Raseta, "Apakah sang Ketua menugaskan kau untuk mengejar-ngejar perempuan!""Tidak, Ki Wirogo!""Kobar, kau sadar siapa orang yang baru saja kau hadapi itu?""Bocah ingusan, yang berlagak ingin menjadi pendekar pembela gadis gila itu, Ki Wirogo!"Plook...!Ki Wirogo menampar dengan kelebatan kaki kanannya. Wajah Kobar menjadi merah matang karena tamparan kaki tersebut. Kobar tak berani lakukan apa-apa kecuali segera bangkit dari jatuhnya dan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

1198. Part 9

"Palupi, apakah kau tahu di mana Pedang Kayu Petir itu berada?""Di sana. Jauh...!" jawab Palupi sambil memainkan rambut Baraka dari samping."Sebutkan letaknya, Palupi," desak Baraka.Palupi tersenyum-senyum. Matanya memandangi Baraka penuh ungkapan rasa kagum dan tertarik. Desakan Baraka itu tidak dijawab, tapi gadis itu berkata, "Kamu tampan sekali. Ganteng, iiih...! Aku gemas sekali padamu!" sambil Palupi mencubit pipi Baraka.Pendekar Kera Sakti diam saja, karena memaklumi tingkah si gadis gila. Seandainya Palupi tak gila, tentunya ia malu mencubit-cubit pipi pemuda tampan yang baru saja dikenalnya."Agaknya aku harus membujuk dengan sabar," pikir Baraka. "Sepertinya dia tahu rahasia pedang itu. Tapi karena otaknya terganggu, maka ia tak bisa jelaskan sebaik mungkin. Aku yakin, lama-lama gadis ini dapat berikan keterangan yang kuharapkan melalui mulutnya yang kadang bicara tidak sesuai dengan kehendak otaknya, melainkan sesuai dengan hati keci
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

1199. Part 10

Keduanya sama-sama berbadan tegap, tidak gemuk, tidak pula kurus. Melihat cara memandang mereka yang tajam, Baraka dapat menduga keduanya mempunyai ilmu yang lumayan. "Apakah gadis ini keluarga kalian?""Kau tak perlu tahu," jawab orang berikat kepala kuning."Yang jelas, jangan halangi niat kami membawa pulang gadis itu ke Muara Singa!""Muara Singa?" gumam Baraka sambil berkerut dahi pertanda merasa asing dengan nama tersebut. Lalu, Baraka bertanya kepada Palupi, "Apakah kau orang Muara Singa, Palupi?""Enak saja! Aku bukan keturunan seekor singa!" sentak Palupi dengan cemberut.Baraka kembali bicara kepada dua orang utusan dari Muara Singa itu, "Kelihatannya gadis ini tak mau dibawa pulang ke Muara Singa, Sobat.""Kami akan memaksanya!" kata si ikat kepala kuning dengan tegas."Kalau kalian memaksa, mungkin dengan terpaksa aku akan melindunginya.""Apa hakmu melindungi dan mempertahankan gadis itu, hah?" gertak si ikat kepal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
118119120121122
...
124
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status