Share

1194. Part 5

last update Huling Na-update: 2025-03-28 01:01:58

"Mereka tak bisa mengejarku. Hi, hi, hi...! Mereka kehilangan jejakku! Oooh... alangkah dungunya mereka. Hi, hi, hi...!" gadis itu berkata dengan suara jelas, tapi seakan ditujukan kepada dirinya sendiri.

Napasnya yang terengah-engah kini diredakan sambil tubuhnya bersandar di bawah pohon. Tawanya masih berderai-derai diselingi wajah tegang sepintas.

Tiba-tiba dari kerimbunan semak di sampingnya muncul dua lelaki yang melompat dengan gesit dan lincah.

Wuuurt...! Jleeeg...!

"Aaauh...!" gadis itu memekik kaget dengan suara melengking tinggi. Dua lelaki yang masing-masing berusia sekitar tiga puluhan tahun itu melepaskan tawa bersamaan.

"Sekarang kau tak dapat lari lagi, Cah Ayu...! He, he, he, he...!" goda lelaki berpakaian hitam dengan ikat kepala dan ikat pinggang kain hitam pula. Kumisnya sedikit tebal dan matanya tampak liar, bernafsu sekali memandang gadis yang kini sedang mundur ke arah kerimbunan semak lainnya.

"Aku tidak mau! Pergi kal

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pendekar Kera Sakti   1195. Part 6

    Namun angan-angannya itu tak terlaksana, karena sebelum ia mencapai tepian sungai, tubuhnya telah tersungkur jatuh karena diterkam Kobar dari belakang. Terkaman itu mengejutkan hingga suara kagetnya melengking tinggi."Aaaauh...! Jangaaan...! Lepaskan aku! Lepaskan...! Aku tidak mau! Tidak mau! Tidak mau di sini! Lepaskaaan...!"Palupi mencoba mengamuk, meronta, mendorong tubuh Kobar yang mulai menindih dirinya. Dengan mengerahkan tenaga wanitanya, tubuh Kobar yang kurus berhasil disentakkan dan orang itu terlempar ke samping.Palupi berusaha bangkit dengan merangkak, tapi tubuhnya tersungkur lagi karena segera diterkam oleh Raseta."Kena kau...!" teriak Raseta."Aaauh...! Jangan! Jangan! Jangan sekarang! Aauuuh...! Aku tidak mau. Tolooong...! Tolooong...! Aaauh...!" Palupi meronta terus."Pegang kuat-kuat, jangan sampai lepas!" seru Kobar kepada Raseta. Lalu Kobar pun ikut menerkam, memegangi kaki Palupi. Tapi kaki itu menjejak-jejak. Akhir

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • Pendekar Kera Sakti   1196. Part 7

    "Memberi nasihat bukan tugas calon mertua saja, tetapi di antara kita perlu saling bertegur sapa, saling memberi nasihat, mengingatkan kepada siapa yang lupa akan langkahnya," kata Baraka dengan nada tenang.Palupi maju lagi dekati Baraka dan berkata, "Kang, kok ngobrol terus? Kapan tarungnya! Sudah, bres, bres, bres... begitu!" sambil mulutnya bersungut-sungut dan kembali kebalik pohon.Baraka membatin, "Gadis ini sepertinya lebih sinting dariku. Jangan-jangan apa yang dikatakan dua orang itu memang benar, bahwa gadis itu memang gila. Hmmm... rasa-rasanya aku tak perlu gunakan kekerasan untuk mencegah tindakan tak terpuji dari mereka. Cukup dengan saran dan ucapan saja, aku yakin mereka sadar dengan apa yang ingin mereka lakukan itu tadi.""Hei, Bocah Ingusan!" seru Kobar, "Kau telah berbuat lancang dengan menghadang langkah kami! Kau harus menerimapelajaran dari kami. Hiaaaah...!"Kobar menyeringai lebih dulu dengan sebuah lompatan. Baraka terkesiap sej

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Pendekar Kera Sakti   1197. Part 8

    Raseta dan Kobar bergegas bangkit dengan perasaan takut kepada orang berselempang pita lebar itu. Mereka tundukkan wajah, seakan siap menerima hukuman dari orang yang lebih punya kharisma ketimbang keduanya itu.Baraka berkerut dahi memandangi lelaki berjenggot tipis warna hitam, dan berambut sedikit panjang namun diikat dengan kain satin, sama dengan warna selempangnya. Dalam hati Baraka bertanya-tanya, "Siapa orang ini? Agaknya ia adalah atasan dari Raseta dan Kobar."Orang tersebut menghardik Raseta, "Apakah sang Ketua menugaskan kau untuk mengejar-ngejar perempuan!""Tidak, Ki Wirogo!""Kobar, kau sadar siapa orang yang baru saja kau hadapi itu?""Bocah ingusan, yang berlagak ingin menjadi pendekar pembela gadis gila itu, Ki Wirogo!"Plook...!Ki Wirogo menampar dengan kelebatan kaki kanannya. Wajah Kobar menjadi merah matang karena tamparan kaki tersebut. Kobar tak berani lakukan apa-apa kecuali segera bangkit dari jatuhnya dan k

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Pendekar Kera Sakti   1198. Part 9

    "Palupi, apakah kau tahu di mana Pedang Kayu Petir itu berada?""Di sana. Jauh...!" jawab Palupi sambil memainkan rambut Baraka dari samping."Sebutkan letaknya, Palupi," desak Baraka.Palupi tersenyum-senyum. Matanya memandangi Baraka penuh ungkapan rasa kagum dan tertarik. Desakan Baraka itu tidak dijawab, tapi gadis itu berkata, "Kamu tampan sekali. Ganteng, iiih...! Aku gemas sekali padamu!" sambil Palupi mencubit pipi Baraka.Pendekar Kera Sakti diam saja, karena memaklumi tingkah si gadis gila. Seandainya Palupi tak gila, tentunya ia malu mencubit-cubit pipi pemuda tampan yang baru saja dikenalnya."Agaknya aku harus membujuk dengan sabar," pikir Baraka. "Sepertinya dia tahu rahasia pedang itu. Tapi karena otaknya terganggu, maka ia tak bisa jelaskan sebaik mungkin. Aku yakin, lama-lama gadis ini dapat berikan keterangan yang kuharapkan melalui mulutnya yang kadang bicara tidak sesuai dengan kehendak otaknya, melainkan sesuai dengan hati keci

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Pendekar Kera Sakti   1199. Part 10

    Keduanya sama-sama berbadan tegap, tidak gemuk, tidak pula kurus. Melihat cara memandang mereka yang tajam, Baraka dapat menduga keduanya mempunyai ilmu yang lumayan. "Apakah gadis ini keluarga kalian?""Kau tak perlu tahu," jawab orang berikat kepala kuning."Yang jelas, jangan halangi niat kami membawa pulang gadis itu ke Muara Singa!""Muara Singa?" gumam Baraka sambil berkerut dahi pertanda merasa asing dengan nama tersebut. Lalu, Baraka bertanya kepada Palupi, "Apakah kau orang Muara Singa, Palupi?""Enak saja! Aku bukan keturunan seekor singa!" sentak Palupi dengan cemberut.Baraka kembali bicara kepada dua orang utusan dari Muara Singa itu, "Kelihatannya gadis ini tak mau dibawa pulang ke Muara Singa, Sobat.""Kami akan memaksanya!" kata si ikat kepala kuning dengan tegas."Kalau kalian memaksa, mungkin dengan terpaksa aku akan melindunginya.""Apa hakmu melindungi dan mempertahankan gadis itu, hah?" gertak si ikat kepal

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Pendekar Kera Sakti   1200. Part 11

    Kini Kisworo yang mendorong tubuh Marjan hingga Marjan terpelanting mendekati Baraka. Jaraknya yang cukup dekat itu membuat Marjan cemas, takut dihantam Baraka. Karenanya, Marjan segera lepaskan serangan tangan kosongnya ke arah rahang kiri Baraka.Wuuut...!Kepala Baraka mundur dan pukulan itu tak kenai sasaran. Tapi Marjan segera tarik diri, lompat mundur dua langkah untuk atur jarak, ia segera lepaskan serangan dengan gunakan kakinya, tapi sebelum hal itu dilakukan, baru satu kaki diangkat, tiba-tiba Baraka sentilkan jarinya dan tenaga seperti kuda terlepas melalui sentilan 'Jari Guntur' itu, tepat kenai dada Marjan.Duuhg...!"Ehhg...!"Wuuuss...! Bruuk...!Marjan terpental bagaikan terbang terhembus badai kencang, ia jatuh terkapar di dekati kaki Kisworo. Matanya sempat terbeliak-beliak sebentar karena rasakan dada sakit dan napas tersumbat seketika. Mulutnya ternganga mencari udara. Kisworo segera menolongnya untuk bangkit tanpa menget

    Huling Na-update : 2025-03-31
  • Pendekar Kera Sakti   1201. Part 12

    "Dungu Dipo! Oh, syukurlah kau lekas datang membantu kami!" ujar Marjan.Baraka membatin, "Siapa lagi orang yang dipanggil Dungu Dipo ini? Melihat keakraban mereka, agaknya Dungu Dipo ini juga orang Muara Singa. Tapi kelihatannya ia punya ilmu lebih tinggi dari Kisworo dan Marjan! Aku harus lebih waspada lagi dengan orang tua itu!"Dungu Dipo memang pantas dikatakan sebagai orang tua, karena rambutnya sudah mulai ditumbuhi uban walau belum begitu banyak. Usianya sekitar lima puluh tahunan. Tubuhnya agak kurus, tulang pipinya bertonjolan, matanya cekung, tapi mempunyai sorot pandangan mata lebih tajam lagi dari Marjan dan Kisworo. Ia tidak berkumis, namun berjenggot tipis. Rambutnya panjang, diikat dengan kain warna merah. Di pinggangnya terselip senjata golok panjang bergagang hitam melengkung.Orang yang beraut muka antara seram dan lucu itu mendekati Baraka dari arah samping, sehingga ia masih bisa berpaling ke arah Marjan dan Kisworo, namun juga bisa memandan

    Huling Na-update : 2025-03-31
  • Pendekar Kera Sakti   1202. Part 13

    Claaap...!Dungu Dipo lepaskan pukulan pelumpuh urat berwarna kuning dari telapak tangannya. Sasarannya ke arah Palupi. Tapi selarik sinar kuning itu dihadang oleh Baraka dengan suling mustikanya.Traaap...! Sinar kuning itu membentur suling mustika, dan membias balik ke arah penyerangnya. Dungu Dipo kaget dan segera lompat bersalto ke belakang. Sinar kuning itu menghantam pohon.Duur...! Pohon berguncang, daunnya banyak yang gugur, tapi tidak mengalami perubahan apa-apa. Dungu Dipo segera berkelebat dalam satu lompatan ke arah Baraka. Lalu dari mulutnya disemburkan napas yang menghentak kuat.Wuuuss...!Hawa panas yang mampu melelehkan besi mendekati Baraka. Dengan cepat Pendekar Kera Sakti kibaskan Suling Naga Krishnanya ke depan.Wuuuss...!Angin deras bagaikan badai topang terhempas dari kibasan Suling Naga Krishna itu, membuat angin panas menyebar balik ke arah Dungu Dipo."Hiaaah...!"Dungu Dipo sentakkan kedua tan

    Huling Na-update : 2025-04-01

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

  • Pendekar Kera Sakti   1246. Part 13

    "Apa bahaya itu?""Mereka terancam oleh orang-orang Lumpur Maut."Baraka berkerut dahi secepatnya. "Raja Tumbal, maksudmu?""Ya. Raja Tumbal bermaksud menaklukkan kedua biara itu, sebab kedua biara itu dianggap perguruan yang berbahaya jika sampai bersatu. Selama ini kedua biara itu tidak bisa bersatu karena ada perbedaan pendapat mengenai aliran kepercayaan mereka. Ancaman dari Raja Tumbal itulah yang membuat mereka harus bisa mendapatkan Pedang Kayu Petir, sebab mereka tahu bahwa Raja Tumbal telah memiliki pusaka Seruling Malaikat.""Bukankah Pedang Kayu Petir sudah ada di tangan Raja Tumbal?"Angin Betina gelengkan kepala dengan tenang."Tidak mungkin, sebab jika Raja Tumbal sudah memiliki pedang yang asli, tentunya kedua biara sudah diserangnya, negeri Muara Singa sudah direbutnya, dan negeri-negeri lain sudah ditumbangkannya. Sampai sekarang Raja Tumbal belum mau bergerak, sebab ia punya firasat munculnya pedang maha sakti itu. Ia harus

  • Pendekar Kera Sakti   1245. Part 12

    Tak ada jawaban. Ilmu ‘Ilmu Menyadap Suara Angin’ digunakan. Ternyata memang tak ada suara siapa-siapa ditempat itu. Akhirnya Baraka duduk di salah satu tepi danau itu."Ke mana anak itu? Jika tak ada di sini, berarti dia berlari dan bersembunyi di tempat lain. Tapi di mana kira-kira? Haruskah kutanyakan kembali kepada Sabani, kakaknya? Ah, capek kalau harus bolak-balik ke sana."Sesaat kemudian di hati Pendekar Kera Sakti timbul kecemasan yang samar-samar. "Jangan-jangan dia terperosok di jurang sebelah timur tadi? Ah, mudah-mudahan tidak demikian. Biarlah kedua pendeta bodoh itu yang terperosok di jalanan tepi jurang timur itu. Kalau tidak terperosok pasti mereka sudah mengejar dan menemukanku di sini. Seandainya mereka menemukanku di sini dan menyerangku, apakah aku harus melumpuhkan mereka?"Pikiran Baraka sempat melayang-layang tak tentu arah. Tapi segera dikembalikan pada pokok persoalannya, ia masih merasa tak habis pikir, mengapa ked

  • Pendekar Kera Sakti   1244. Part 11

    Jaaab...!Tanah keras itu merekah, dari rekahannya keluar asap putih dan cahaya sinar biru membara di dalamnya. Kejap berikutnya tanah itu kembali utuh, namun rumput-rumputnya rontok dan mengering kecoklatan."Mana dia tadi?" Pendeta Jantung Dewa mencari-cari Baraka tanpa menengok kepada kakaknya. Pendeta Mata Lima juga menengok ke sana-sini dan begitu menengok ke belakang terpekik kaget."Hahhh...!"Wajahnya lucu. Wajah tua berkumis dan berwibawa itu membelalakkan mata dan melebarkan mulut karena kaget. Bahkan tubuhnya sempat terlonjak satu tindak ke samping. Tapi wajah itu buru-buru dibuat tenang dan berwibawa, walau yang terlihat adalah wajah menahan rasa malu dan jengkel. Sedangkan Pendeta Jantung Dewa tetap tenang memandangi Baraka yang tersenyum geli melihat kelucuan wajah Pendeta Mata Lima itu."Hebat sekali kau bisa hindari jurus 'Jala Surga'-ku," kata Pendeta Jantung Dewa sambil manggut-manggut."Tapi dapatkah kau tetap bertahan den

  • Pendekar Kera Sakti   1243. Part 10

    Baraka ingin berkecamuk lagi di dalam hatinya, tapi ia batalkan karena kecamuknya akan diketahui oleh Pendeta Mata Lima. Kini ia bahkan berkata dengan tegas dan lebih bersikap berani."Eyang-eyang Pendeta, saya mohon maaf tidak bisa membantu maksud Eyang. Jadi, izinkan saya lewat tanpa ada sikap memaksa!""Tidak bisa!" si Mata Lima berkata dengan tegas juga. "Kami tak bisa lepaskan orang yang tahu tentang pedang itu! Dengan menyesal dan sangat terpaksa, aku harus tunjukkan padamu bahwa kami benar-benar membutuhkannya!""Apa maksud kata-katanya?" pikir Baraka setelah mereka bertiga sama-sama diam. Tapi mata Baraka segera melihat bahwa tasbih hitam yang ada di tangan Pendeta Mata Lima itu diremas-remas semakin kuat.Remasan itu kepulkan asap putih, dan tiba-tiba Baraka rasakan perutnya bagai dipelintir sekuat tenaga, hingga akhirnya ia jatuh terbanting."Uuhg...!"Bruuk...!"Gila! Rupanya dia telah serang diriku dengan kekuatan batinnya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status