Beranda / Pernikahan / Istri Ketiga / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Istri Ketiga: Bab 41 - Bab 50

86 Bab

41. Segalanya dalam Dirimu

***“Aku lelah, Kinan,” ucap Ludwig dengan suara yang parau. Pria itu merasa tubuhnya lelah luar biasa, jiwanya seperti kembali lemah saat kenangan buruk itu menguasai hati dan pikirannya.Ludwig masih tidur di atas pangkuan Kinan dengan mata terpejam, wanita itu mengusap lembut puncak kepala Ludwig, pria itu sudah jauh lebih tenang saat ia memberikan segelas air putih.“Aku pria yang lemah, bukan? Hanya karena telepon dari adikku, aku merasa dunia ini runtuh lagi dan aku tidak bisa berpura-pura kuat, apalagi di depanmu, aku lelah, Kinan,” tambah Ludwig lagi.“Kamu bukan lemah, Ludwig. Tidak apa-apa, begitulah dunia memang tempatnya lelah, manusia pasti merasakan bagaimana itu merasa lelah,” balas Kinan.“Lalu, apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku begitu lemah begini, aku benar-benar sangat lelah bertarung dengan luka di masa laluku,” ucap Ludwig terdengar frustasi.“Ludwig, tidak apa-a
Baca selengkapnya

42. Menemukan Dua Cahaya

***Kinan duduk di depan meja rias dengan penuh konsentrasi, sementara Ludwig duduk santai di kursi di dekatnya, menatap dengan penuh kekaguman saat Kinan merias wajahnya.Kinan tersenyum puas melihat hasil kerjanya. "Selesai," ujarnya dengan bangga, memperhatikan wajah Ludwig yang terlihat sempurna dengan sentuhan make-up yang halus.Ludwig tersenyum lebar, matanya berbinar melihat istrinya dengan penuh kekaguman. "Terima kasih, sayang. Kamu selalu membuatku terlihat lebih baik dari yang seharusnya, aku selalu merepotkanmu jika mau pergi ke luar," ucapnya dengan suara lembut.Kinan juga tersenyum, “Aku senang melakukannya,” balasnya, lalu matanya dipenuhi dengan cinta saat dia menatap suaminya yang sangat tampan. Ludwig, dengan postur tinggi dan gagah, terlihat menawan dengan stelan jas yang me lekat di tubuhnya."Kenapa kamu tersenyum?" tanya Ludwig dengan penuh rasa ingin tahu.Kinan menjawab dengan malu-malu, "Karena suamiku
Baca selengkapnya

43. Istri Ceo

***Suasana hening saat Ludwig selesai berbicara, ia melihat ke arah Kinan dan terkejut mendapati Kinan seperti ada sesuatu yang tidak beres, lalu ia berjalan mendekati Kinan dan menyadari ketegangan yang terjadi. "Ada apa?" tanyanya dengan suara tegas, mencoba untuk mengetahui penyebab kehebohan tersebut."Maaf, Mr. Ludwig," jawab karyawan tersebut dengan gugup, "Ada seorang wanita asing yang bukan bagian dari perusahaan ini yang memotret Anda." Dia menunjukkan ponselnya yang ternyata adalah milik Kinan, istri Ludwig. Ia menatap Kinan dengan sinis.Ekspresi wajah Ludwig tetap tenang, tetapi matanya memancarkan keputusan yang jelas. "Kembalikan ponsel itu," perintahnya dengan tegas kepada karyawan tersebut.Karyawan itu terkejut dan tidak menyangka akan mendapat perintah seperti itu. "A-apa?" balasnya, kebingungan."Kembalikan ponsel itu pada istriku," Ludwig menegaskan sekali lagi, membuat semua yang menyaksikan kejadian itu terperangah.Ka
Baca selengkapnya

44. Und du bist mein Herz (Dan Kamu adalah Hatiku)

***Malam yang hening menyelimuti ruang bawah di kediaman Ludwig. Mereka duduk di sofa, menatap satu sama lain dengan tatapan penuh makna, mereka membaca buku dan sekaligus diskusi tentang agama. Setelah beberapa saat, Ludwig memutuskan untuk mengucapkan kata-katanya."Kinan, aku punya sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Ludwig dengan suara lembut, mencoba menembus keheningan yang menyelimuti mereka.Kinan menatap suaminya dengan rasa penasaran yang jelas terpancar dari matanya. "Ada apa, Ludwig?" tanyanya dengan nada cemas.Ludwig menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku ingin kamu mengundurkan diri dari sekolah," ucapnya tiba-tiba.Ketika mendengar permintaan itu, Kinan terkejut. Matanya memperbesar, mencoba mencerna informasi yang baru saja didengarnya. "Mengundurkan diri? Tapi, mengapa, Ludwig?" tanyanya, mencoba mencari alasan di balik keputusan itu.Ludwig menatap Kinan dengan penuh kasih sayang. "Aku ingin kamu di rumah saja bersamaku," jawabnya dengan l
Baca selengkapnya

45. Lupakan Masa Lalu

***Saat jam istirahat tiba, Kinan mengetuk dan memberi salam pada Bu Endang, kepala sekolah. Dan Bu Endang mempersilakannya untuk masuk. Di ruang kepala sekolah yang tenang, Kinan duduk di hadapan Bu Endang, kepala sekolah yang selama ini selalu memperhatikannya dan menganggap ia seperti putrinya sendiri, Mata mereka bertatapan, mencerminkan perasaan kekhawatiran dan kepedulian.“Ada apa, Bu? Apakah ada masalah tentang anak-anak?” tanta Endang.Kinan menggelengkan kepalanya dan tersenyum,  “Ini bukan tentang masalah anak-anak, Bu,” balasnya.”“Katakan saja, Bu Kinan. Jangan sungkan pada saya,” pinta Endang."Bu Endang, saya ingin mengatakan sesuatu," ucap Kinan dengan suara yang lembut, mencoba menemukan kata-kata yang tepat.Bu Endang mendengarkan dengan penuh perhatian, menunggu apa yang akan diucapkan oleh Kinan."Saya sangat berat sebenarnya membicarakan masalah ini, tapi saya harus
Baca selengkapnya

46. Kehilangan

***Suasana ruang guru di Sekolah menjadi tegang ketika berita tentang Kinan, salah satu guru yang paling disukai anak-anak di sekolah itu, menyebar dengan cepat di antara rekan-rekannya. Mereka berkumpul di ruang guru, wajah-wajah mereka penuh dengan keheranan dan kekhawatiran."Apa benar Bu Kinan akan berhenti mengajar?" bisik seorang guru kepada yang lain, mencoba mencari konfirmasi atas gosip yang beredar."Gosipnya begitu," jawab guru lain dengan nada serius. "Katanya suaminya memaksa Kinan untuk pergi."Semua guru terkejut. Mereka tidak bisa membayangkan bahwa Kinan, yang begitu berbakat dan dicintai oleh semua murid, akan meninggalkan pekerjaannya."Tapi mengapa?" tanya seorang guru wanita dengan suara gemetar. "Dan siapa suaminya? Apa yang kita tahu tentang dia?"Seorang guru lain ikut campur dalam pembicaraan, menyampaikan apa yang dia dengar dari sumber yang tidak diketahui. "Katanya suaminya adalah pria yang kejam. Dia memaksa Kinan untuk pergi dan meninggalkan segalanya. K
Baca selengkapnya

47. Pelukan yang Dirindukan

***Kinan dan Tony duduk saling berhadapan, Kinan menatap ayahnya dengan perasaan yang rumit dan ia pun tersenyum, ia merindukan ayahnya yang dulu, ayahnya yang hangat dan selalu menggendongnya saat ia menunggu kepulangan sang ayah di depan pintu.“Ayah, waktu cepat berlalu. Aku masih merasa selalu jadi anak kecil di depanmu dan sudah lama kita berdua tidak bisa berbicara sesantai ini, tak lama lagi aku akan pergi, entah sampai kapan aku kembali ke sini karena Ludwig tidak memberitahukanku kapan pastinya,” ucap Kinan, ia menjeda ucapannya untuk mengumpulkan kekuatannya, “Ayah,” lanjutnya, “Aku minta maaf kalau selama ini selalu membuat Ayah kecewa dan bukan jadi seorang putri yang Ayah inginkan, aku manusia biasa, aku juga tidak bisa mengabulkan semua hal yang Ayah inginkan karena kemampuan manusia terbatas, aku selama ini sudah bekerja keras agar Ayah bisa bangga padaku, aku belajar terus menerus agar jadi nomor satu di sekolah hanya ingin mendengar kata, ‘Ayah bangga padamu, Nak’ h
Baca selengkapnya

48. Mahar Terindah

***"Ludwig, apa yang kamu maksud?" tanya Kinan dengan tatapan tidak mengerti.Ludwig menatap wajah Kinan dengan tulus. "Kinan, kamu tahu bahwa luka bakar ini telah menghantuiku sejak kejadian itu. Aku tidak lagi bisa menyembunyikannya dengan riasan. Aku memutuskan untuk menjalani prosedur bedah plastik untuk memperbaiki wajahku di The Cleveland Clinic di Miami secepat mungkin, aku ingin wajahku kembali seperti semula sebelum kita ke Jerman. Kamu mengizinkannya, kan?"Kinan terdiam sejenak, mencerna informasi yang dia terima. "Tentu saja, Ludwig. Aku akan mendukungmu sepenuhnya, apapun yang membuatmu bahagia, aku pasti ikut bahagia juga," jawabnya akhirnya, mencoba menenangkan suaminya.Ludwig tersenyum lega, merasakan dukungan dan cinta dari Kinan. "Terima kasih, sayang. Tapi aku ingin kamu ikut bersamaku, setiap langkahku. Aku tidak ingin melakukannya sendirian, setiap detik momen dalam hidupku, aku hanya ingin selalu ada kamu."Kinan tersentak oleh permintaan Ludwig, tetapi dia tah
Baca selengkapnya

49. Memilikimu dalam Hidupku

***Kinan dan Ludwig memutuskan untuk mengundang kenalan mereka ke kediaman keduanya, Kinan sibuk memasak makanan Jerman terutama untuk Patricia yang sedang ngidam, ia juga menata ruang makan dengan sentuhan lembut.Kinan menata semua hasil masakannya di atas meja, dan ia tersenyum saat semuanya terasa sempurna dan tak sabar menantikan makan malam ini.“Sayang, biarkan Bu Inah yang mengerjakannya, kamu lelah seharian mengerjakan semua ini,” kata Ludwig.Kinan tersenyum dan ia menggelengkan kepalanya, “Aku tidak lelah, Ludwig. Aku sangat senang melakukan semua ini karena ini kulakukan untuk semua orang yang berharga di hidupku.”Ludwig menatap lembut istrinya, “Semuanya selalu terasa menyenangkan bagimu, Sayang. Kamu tidak pernah mengeluh. Apa memang benar hatimu itu tercipta bisa selembut ini?”Kinan setengah tertawa, “Karena terbiasa bersyukur, jadi semua hal di dunia ini tidak terasa melelahkan, tapi aku juga manusia biasa, Ludwig. Aku juga terkadang bisa merasakan lelah.”Ludwig me
Baca selengkapnya

50. Membawa Cahaya itu Kembali

*** “Masya Allah, pemahaman anda luar biasa sekali, benar-benar sangat cerdas,” puji Ustadz Fikri. Ludwig tersenyum, “Saya sangat tertarik dengan islam dan segalanya, jadi saya tidak mau melewatkan sedikitpun. Saya ingin mengejar semua hal yang kosong di hidup saya dan saya menemukan isi itu dalam ajaran islam yang meneduhkan, Ustadz. Dan yang membuat saya tertarik dengan islam karena perilaku istri saya yang masya allah sangat luar biasa dan selalu membuat saya jatuh cinta dibuatnya.” Ustadz Fikri mengangguk, “Saya doakan rumah tangga kalian berdua selalu sakinah dan saya yakin kalau anda pasti mampu menjadi imam terbaik untuk istri anda.” “Saya berharap seperti itu dan semoga Allah mudahkan,” harap Ludwig. “Allah pasti akan selalu mudahkan jalan kebaikan, walau ada yang terasa terjal, tapi kalau kita yakin mampu pasti bisa,” balas Ustadz Fikri. Setelah itu keduanya pun larut dalam pembicaraan yang lebih dalam lagi, Ludwig selalu menyimak dengan baik, keduanya berdiskusi tanpa m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status