***Kinan dan Ludwig memutuskan untuk mengundang kenalan mereka ke kediaman keduanya, Kinan sibuk memasak makanan Jerman terutama untuk Patricia yang sedang ngidam, ia juga menata ruang makan dengan sentuhan lembut.Kinan menata semua hasil masakannya di atas meja, dan ia tersenyum saat semuanya terasa sempurna dan tak sabar menantikan makan malam ini.“Sayang, biarkan Bu Inah yang mengerjakannya, kamu lelah seharian mengerjakan semua ini,” kata Ludwig.Kinan tersenyum dan ia menggelengkan kepalanya, “Aku tidak lelah, Ludwig. Aku sangat senang melakukan semua ini karena ini kulakukan untuk semua orang yang berharga di hidupku.”Ludwig menatap lembut istrinya, “Semuanya selalu terasa menyenangkan bagimu, Sayang. Kamu tidak pernah mengeluh. Apa memang benar hatimu itu tercipta bisa selembut ini?”Kinan setengah tertawa, “Karena terbiasa bersyukur, jadi semua hal di dunia ini tidak terasa melelahkan, tapi aku juga manusia biasa, Ludwig. Aku juga terkadang bisa merasakan lelah.”Ludwig me
*** “Masya Allah, pemahaman anda luar biasa sekali, benar-benar sangat cerdas,” puji Ustadz Fikri. Ludwig tersenyum, “Saya sangat tertarik dengan islam dan segalanya, jadi saya tidak mau melewatkan sedikitpun. Saya ingin mengejar semua hal yang kosong di hidup saya dan saya menemukan isi itu dalam ajaran islam yang meneduhkan, Ustadz. Dan yang membuat saya tertarik dengan islam karena perilaku istri saya yang masya allah sangat luar biasa dan selalu membuat saya jatuh cinta dibuatnya.” Ustadz Fikri mengangguk, “Saya doakan rumah tangga kalian berdua selalu sakinah dan saya yakin kalau anda pasti mampu menjadi imam terbaik untuk istri anda.” “Saya berharap seperti itu dan semoga Allah mudahkan,” harap Ludwig. “Allah pasti akan selalu mudahkan jalan kebaikan, walau ada yang terasa terjal, tapi kalau kita yakin mampu pasti bisa,” balas Ustadz Fikri. Setelah itu keduanya pun larut dalam pembicaraan yang lebih dalam lagi, Ludwig selalu menyimak dengan baik, keduanya berdiskusi tanpa m
***Sore hari, Anggun memasuki rumahnya dengan langkah cepat, ekspresinya penuh dengan kemarahan yang tak terbendung. Wina, ibunya, dan Tony, ayah tirinya, menyambutnya dengan kebingungan melihat gelagat Anggun."Ayah, Ibu, kenapa kalian duduk di sini?" seru Anggun, suaranya bergema di dalam ruangan.“Kami sedang berdiskusi, Nak,” balas Wina, “Kenapa wajahmu ditekuk? Ada masalah di tempat kerjamu?”Anggun menggelengkan kepalanya, ia menghela napas panjang,"Aku bingung dengan apa yang Kinan pikirkan kemarin malam, Dia seolah mengejekku karena mendapatkan suami yang sempurna! Dia seolah pamer dan menunjukkan kebahagiaan rumah tangganya! Tadi malam aku benar-benar kesal padanya!"Wina terkejut melihat betapa kesalnya Anggun, padahal di masa lalu, Anggun tak peduli, hanya akhir-akhir ini saja putrinya kesal karena Kinan.Tony mencoba menenangkan Anggun, "Tenanglah, Nak. Mungkin ini hanya kesalahpahaman. Ayah yakin Kinan tidak bermaksud seperti itu dan kemarin Kinan menyambut kita dengan h
***Ludwig terkejut saat Tony datang ke rumahnya, ia tidak tahu kalau ayah mertuanya akan datang secara tiba-tiba saat Kinan tidak ada di rumah.“Ayah, tapi Kinan sedang di rumah adikku. Jika Ayah mau bertemu dengannya, aku akan menghubunginya sekarang,” ucap Ludwig, saat ini ia sudah jauh lebih santai dan bersahabat berbicara pada Tony.Tony menggelengkan kepalanya dan tersenyum, “Tidak perlu, Nak. Ayah memang sengaja datang ke sini untuk menemuimu dan hanya ingin berbicara padamu.”Ludwig mengangguk, “Ayah ada masalah apa sampai hanya ingin bicara padaku?”Tony tersenyum, “Ayah hanya ingin berbicara padamu karena saat ini dan seterusnya yang bisa menjaga putri Ayah dengan baik hanya kamu, suaminya,” balasnya, ia terdiam dan memikirkan sesuatu dan lalu melanjutkannya, “Ayah hanya ingin Kinan berbahagia dan Ayah masih merasa bersalah atas dosa-dosa yang Ayah lakukan pada Kinan. Ayah ini adalah o
***Keesokan harinya, Kinan dan ayahnya, Tony, menghabiskan hari bersama dengan penuh kehangatan. Meskipun keduanya di masa lalu tidak pernah meluangkan waktu bersama, Tony berusaha keras untuk mengganti semua kesempatan yang telah terlewatkan. Ia ingin memperbaiki yang hilang itu dan ini adalah kesempatan kedua untuk menebus waktu yang berharga di masa lalu. Tony selalu dibayang-bayangi rasa penyesalan luar biasa karena mengabaikan putri semata wayangnya hanya karena di masa lalu ia sangat terpukul dengan kepergian istri pertamanya secara tiba-tiba.Mereka berdua berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, membeli beberapa barang yang menjadi keinginan Kinan. Ketika mereka berada di toko aksesoris, Tony melihat Kinan memandangi jilbab dengan tatapan penuh kagum. Tanpa ragu, Tony langsung membelikan jilbab kesukaan Kinan, dengan senyum bahagia di wajahnya."Terima kasih, Ayah. Aku sangat menyukainya, ini adalah hadiah yang pertama kali Ayah belikan, aku pasti akan men
***Dalam ruang kamar yang hangat, Ludwig dan Kinan duduk di depan koper-koper mereka yang sudah siap untuk perjalanan besok ke Miami. Udara malam memberikan kesan tenang, tapi di dalam hati Ludwig, ada kekhawatiran yang mengganggu.Ludwig menatap kosong ke arah jendela, matanya penuh dengan kegelisahan yang sulit disamarkan. "Aku sedikit takut, Kinan, entah kenapa perasaan itu sesekali selalu ada di hatiku," bisiknya, suaranya rendah.Kinan menyadari ketegangan di wajah suaminya dan dengan lembut mengenggam tangannya. "Takut akan apa, Ludwig? Apakah kamu bermimpi buruk lagi?" tanyanya dengan lembut.Ludwig menghela napas, mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati. "Mimpi buruk itu tak pernah datang lagi, tapi aku takut kalau semua yang kita rasakan sekarang hanya mimpi, dan Allah bisa mencabut semuanya sewaktu-waktu. Takut kalau dunia ini kelam bagiku. Aku hanya takut kembali ke dunia yang kelam itu."Kinan tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang. "Tidak ada yang harus ditakut
***Selama di dalam perjalanan menuju Miami. Ludwig terus saja mengenggam jemari Kinan. Pria itu tahu kalau Kinan sebenarnya agak takut, tapi wanita itu selalu tampak tenang. Kinan di sisinya hanya tersenyum dan selalu mengatakan, dirinya baik-baik saja.Ludwig tersenyum saat melihat Kinan hanya memejamkan matanya saja, ia tahu Kinan mencoba menenangkan dirinya dengan pura-pura tertidur di depannya. Ludwig menatap wajah teduh sang istri dengan perasaan bahagia. Kinan selalu cantik di mata dan hatinya, hanya Kinan yang mampu menggetarkan semua yang ada di dalam dirinya, bahkan di masa lalu ia pernah berpikir kalau Anne adalah segalanya baginya dan ia tak pernah melirik kea rah gadis manapun karena hanya Anne yang selalu ia pikirkan dan tak pernah membayangkan akan hadirnya Kinan dalam hidupnya yang membawanya dalam keajaiban. Kinan membawanya pada kedamaian islam yang mengubah hidupnya yang kelam dan tentu saja ia bersyukur telah melepaskan Anne sepenuhnya di hatinya karena baginya saa
***Kinan duduk tegak di kursi di ruang tunggu klinik, tangannya memegang tasbih di pangkuannya. Dia terus melantunkan doa-doa dalam hatinya, mencari ketenangan dan kekuatan saat menunggu operasi yang akan mengubah hidup Ludwig, pria yang saat ini telah membuatnya jatuh cinta. Meskipun gelisah menghantui pikirannya, Kinan tampak tenang, dia terus tenggelam dalam dzikir, meyakini bahwa doanya akan membawa keberkahan dan kesembuhan bagi Ludwig.Sementara itu, seorang dokter bedah plastik yang merupakan kerabat jauh dari Ludwig mendekatinya dengan langkah-langkah hati-hati. "Ms. Kinan?" panggil dokter itu dengan suara lembut.Kinan mengangkat kepala dari posisi tenggelam dalam dzikirnya dan tersenyum pada dokter tersebut. "Ya, Dokter?"Dokter itu menawarkan tangannya dengan penuh perhatian. "Saya Dokter Richards. Bisakah kita berbicara ke ruang pribadi saya sebentar?"Meskipun agak heran, Kinan mengangguk dan mengikuti dokter itu menuju ruang pribadi. Begitu mereka sampai, Dokter Richard
***Lima bulan berlalu...Kinan sedang memangku bayi mungil di depan rumahnya. Rumah yang beberapa bulan ini ia tempati bersama suaminya, Arthur. Dan tentu saja Tony, ayahnya menemaninya. Ia merasa bahagia karena ayahnya Tony saat ini selalu ada bersamanya dan selalu membantunya mengurus sang buah hati.“Ayah,” ucap Kinan lembut, ia tidak melihat Tony setelah sholat subuh. “Apa Ayah ketiduran, ya?” gumammya.Kinan berjalan pelan menuju kamar ayahnya, pintu sedikit terbuka. Ia melihat Tony sedang dalam posisi sujud. Ia mengernyitkan kening dan tersenyum, melihat betapa khusyuk ayahnya dalam sholat. Tony memang dikenal sebagai sosok yang sangat taat beribadah beberapa bulan terakhir ini, dan Tony mengatakan selalu menemukan ketenangan dalam setiap doanya.Kinan memutuskan untuk duduk di dekat pintu, menunggu ayahnya selesai sholat. Ia membuka ponselnya, mengecek beberapa pesan, lalu memandang kembali ke arah Tony. Setengah jam berlalu, namun posisi Tony tidak berubah sedikit pun."Ayah,
***Waktu cepat berlalu dan sudah empat bulan usia kehamilan Kinan saat ini, dan kebahagiaan yang ia rasakan semakin bertambah saat dokter menyatakan bahwa ia sudah bisa bepergian dengan pesawat udara. Pagi itu, Kinan dengan semangat memberitahukannya pada adik iparnya, Vincent agar membantunya untuk membeli tiket pesawat ke Madinah esok hari, pria itu sangat senang dan ia langsung memesan dua tiket untuk kakak iparnya dan juga Tony. Lalu, Kinan juga mengabarkan berita baik ini kepada ayahnya, Tony."Ayah, dokter bilang aku sudah bisa bepergian dengan pesawat!" seru Kinan penuh antusias saat memasuki kamar ayahnya.Tony yang sedang sibuk membaca laporan kerja dari salah satu karyawannya di gerai mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat putrinya yang berseri-seri. "Benarkah, sayang? Itu berita yang luar biasa, Nak!" jawabnya sambil berdiri dan memeluk Kinan."Aku ingin menyusul Ludwig ke Madinah, Ayah. Aku ingin memberinya kejutan. Dia tidak akan tahu bahwa aku akan datang, aku suda
***Ludwig dan Kinan duduk berdampingan di sofa, wajah mereka berseri-seri memandangi layar ponsel yang menampilkan wajah Patricia yang kelelahan namun bahagia. Di pelukannya, tampak seorang bayi perempuan yang mungil dan menggemaskan, masih dengan selimut rumah sakit membungkus tubuh kecilnya. Patricia tersenyum lebar, jelas bangga dan penuh kasih sayang terhadap putrinya yang baru lahir."Patricia, dia sangat cantik!" seru Kinan dengan suara penuh haru. "Selamat, kamu sudah menjadi ibu dua anak sekarang."Patricia tertawa lembut. "Terima kasih, Kinan. Aku merasa seperti hidupku baru saja dimulai. Lihatlah betapa mungilnya dia. Apalagi aku selalu mengharapkan menggendong bayi perempuan."Ludwig menatap bayi itu dengan mata berbinar. "Dia benar-benar anugerah, Patricia. Selamat sekali lagi. Kami sangat bahagia untukmu."Patricia mengangguk dengan wajah penuh kebahagiaan. "Terima kasih, Ludwig. Kami tidak sabar untuk kalian bertemu dengannya langsung."“Dan kami ada berita bagus untukm
***Ludwig berdiri di depan cermin besar, merapikan dasi hitamnya. Dia melirik jam di pergelangan tangannya, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Malam ini adalah malam istimewa yang telah ia rencanakan dengan seksama. Ia telah menyewa sebuah restoran mahal dan mewah secara privat hanya untuk makan malam romantis bersama sang istri, Kinan. Semuanya telah disiapkan, dari makanan terbaik hingga dekorasi yang indah, semua dirancang untuk membuat Kinan merasa sangat istimewa. Apalagi Kinan yang memintanya dan sang istri akhir-akhir berubah jadi istri yang manja dan mudah cemburuan, perubahan itu membuatnya terkejut, tapi ia sangat menyukainya karena Kinan semakin menggemaskan di matanya.Pintu kamar terbuka, dan Kinan muncul dengan gamis indah berwarna merah yang anggun. Mata Ludwig berbinar melihat kecantikan istrinya. "Sayangku, kamu terlihat menakjubkan," katanya dengan penuh kagum.Kinan tersenyum malu-malu. "Terima kasih, sayang. Suamiku juga terlihat sangat tampan. Apakah ka
***“Sayang, bagaimana sekarang? Kamu sudah tidak pusing lagi?” tanya Ludwig.Kinan menggelengkan kepalanya dan tersenyum, ia menatap suaminya dengan tatapan tak terbaca.Ludwig mengernyitkan keningnya karena merasa ada yang tidak biasa dari diri Kinan, “Ada apa, sayang? Mau bicara sesuatu?” tanyanya.Kinan langsung memeluk suaminya dan hal itu tentu saja membuat Ludwig terkejut karena dari kemarin istrinya itu sangat manja, terlebih lagi Kinan bisa marah saat ia lupa memberi kabar karena kemarin sangat sibuk mengurus segala hal di keluarga Schlossberg.“Sayang, kalau ada salah aku minta maaf. Lebih baik kamu marah saja sama aku daripada mendiamkanku seperti ini. Aku nggak bisa kalau kamu mendiamkanku,” ucap Ludwig.Kinan melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap suaminya, “Mana bisa aku marah sama suamiku, kalau sebal ya paling dikit,” balasnya.“Ada apa?” tanya Ludwig.“Bagaimana urusan kamu dengan Leo? Terus ke depannya, semua yang dimiliki keluarga Schlossberg bena-benar kamu le
***Leonardo duduk sendirian di dalam sel tahanan, tatapan kosongnya terpaku pada dinding dingin yang menyelimutinya. Wajahnya pucat dan lesu, air mata tak terbendung meluncur turun membasahi pipinya. Hati dan pikirannya dipenuhi oleh kesedihan yang tak terperi."Dulu, segala sesuatunya begitu indah," gumam Leonardo dalam diam, suaranya serak oleh rintihan tangisnya yang terdengar. "Keluarga, cinta, kebahagiaan. Semuanya hancur oleh rasa iri dan kebencianku."Ingatan akan masa lalu datang menghantamnya seperti gelombang yang ganas. Dia mengingat senyum kedua orang tua dan juga saudara-saudaranya, kehangatan keluarga yang pernah dirasakannya. Namun, kebencian dan niat jahatnya terhadap Ludwig telah mengubah segalanya."Dosaku terlalu besar," bisik Leonardo dengan suara tercekik oleh air mata. "Aku telah merusak segalanya dengan tangan sendiri. Bagaimana aku bisa begitu buta dan bodoh? Dia kakakku, tapi aku ingin menghancurkannya karena aku terlalu iri dan cemburu padanya."Vincent, adi
***“Kau memintaku meminta maaf padanya? Apa kau juga akan pergi meninggalkanku?” tanya Lenardo.“Aku sangat mencintai kalian dan juga menghormati kalian sebagai kakakku dan panutanku. Tapi, jika kau melakukan kejahatan, aku tidak bisa diam saja. Aku membencinya, aku tidak suka kalau kita menyakiti satu sama lainnya,” balas Vincent.Leonardo terdiam sejenak, pria itu masih terus memikirkan kegagalan rencananya. Dia merasa marah pada dirinya sendiri karena telah membiarkan Ludwig menghancurkan segalanya.“Aku tidak peduli, Vincent. Meski akua da ikatan darah dengannya, aku tidak akan membiarkan dia menghancurkanku,” tukas Leonardo."Apa yang kamu lakukan, Leo?" tanya Vincent agak khawatir.Leonardo menatap Vincent dengan sedikit ketegangan. "Aku hanya berusaha untuk melindungi apa yang milikku, Vincent. Kamu tidak akan mengerti. Selama ini, selama belasan tahun aku yang berjuang untuk keluarga ini, aku tidak mau dia mengambilnya dengan mudah!"Vincent menggeleng, ekspresinya penuh den
***Anne duduk di kursi dengan tubuh yang gemetar, tangisannya tak kunjung reda. Kendrick, suaminya, berdiri di hadapannya dengan ekspresi kecewa yang sulit untuk disembunyikan."Aku minta maaf, Kendrick," bisik Anne di antara tangisannya. "Aku tidak bermaksud melukaimu. Kejadian ini buka mauku, kamu harus percaya padauk."Kendrick hanya mengangguk, wajahnya tetap keras. "Apakah semua ini benar-benar karena ancaman dari Leonardo?" tanyanya, suaranya terdengar rapuh.Anne terkejut saat suaminya mengetahui semuanya, ia menundukkan kepala, "Ya, Kendrick. Aku tidak punya pilihan. Dia mengancam akan menghancurkan segalanya jika aku tidak melakukan apa yang dia katakan."Kendrick menghela napas panjang, mencoba meredakan kekecewaannya. "Jadi, semua ini karena ancaman dari pria itu?"Anne mengangguk, mencoba menatap mata suaminya, tapi ia tidak mampu. "Aku tahu aku telah membuat kesalahan besar, Kendrick. Aku berharap kau bisa memaafkanku."Kendrick tetap diam, merenungkan semua yang telah t
***Ludwig menatap Kinan dengan perasaan bersalah, “Sayang, ,maafkan aku… ““Kenapa kamu meminta maaf?” Kinan bertanya balik.Ludwig duduk di tepi tempat tidur, matanya menatap hampa ke luar jendela, mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan penyesalannya. Kinan berdiri di dekatnya, menatap pria itu dengan tatapan lembut.“Masalah tadi,” balas pria itu, namun ia bingung bagaimana untuk memulainya, ia hanya takut membuat istrinya terluka."Ludwig," panggil Kinan, suaranya lembut dan penuh dengan kehangatan.Ludwig menoleh, ekspresinya terlihat tegang. "Aku benar-benar minta maaf, Kinan. Aku tidak sengaja melihat apa yang seharusnya tidak aku lihat. Aku tidak bermaksud..."Kinan segera mengangkat tangannya untuk membuat Ludwig diam. "Tidak perlu banyak bicara, Ludwig," ujarnya dengan lembut. "Aku mengerti bahwa itu adalah situasi yang sulit."Ludwig menarik napas lega, tetapi rasa bersalah masih menghantuinya. "Aku akan selalu menyesalinya. Aku tidak ingin menyakitimu, Anne… aku