Home / Romansa / Kekhilafan Satu Malam / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Kekhilafan Satu Malam: Chapter 141 - Chapter 150

171 Chapters

Bab 141: Memastikan

  Chelsi terlonjak bangun saat merasakan silau matahari menyinari wajahnya. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekitar dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.  "Kok aku bisa di sini?" Alis gadis itu bertaut mendapati dirinya di sebuah sofa panjang di dalam ruang rawat kelas VIP. Tubuhnya pun terbalut oleh sebuah jas putih. Tampak jas kedokteran. Punya siapa?  Pandangan Chelsi lantas tertuju pada seseorang yang terbaring di ranjang depan sana. Ibunya. Sang ibu terbaring masih tak sadarkan diri dengan beberapa selang yang melilit di lengannya. Chelsi segera bangkit, memperhatikannya dengan baik. Memastikan kondisi ibunya baik-baik saja.  Suara deritan pintu di arah jam sembilan, mengalihkan perhatian gadis itu. Berdiri di sana, seorang perawat yang hendak mengecek perkembangan kondisi ibunya Chelsi.  "Permisi, Mbak," sapa perawat itu sopan. 
Read more

Bab 142: Di Antara Dua Pria Hebat

 Affandi yang panik dengan gadis manis di hadapannya yang tiba-tiba tersedak, segera bangkit dari kursi sambil meraih gelas minum. Memberikannya ke Chelsi.  "Terima kasih," ucap Chelsi setelah meminum air yang diberikan Affandi hingga tandas. Lantas, dia menatap ayah atasan songongnya itu dengan melongo. Pertanyaan macam apa tadi?  "Emm, pertanyaanku salah?" tanya Affandi polos.  Chelsi tak habis pikir dengan kedua orang tua Abimanyu--pria yang terkenal garang itu. Ibunya begitu lemah lembut, sedangkan ayahnya agak tengil. Pertanyaan konyol seperti apa tadi.  "Boro-boro mau mempermainkan Pak Abimanyu, Pak. Setiap hari saja kendali hidupku ada di tangannya." Chelsi meringis. Berpikir, kemarin saja Abimanyu selalu memaksa agar mengikuti apa perintahnya. Apalagi sekarang, Chelsi punya utang ke dia, utang uang juga utang jasa. Pasti Chelsi sekarang tak ubahnya boneka di t
Read more

Bab 143: Cincin Berlian

 Dress brokat berwarna merah muda dengan lengan dan dada transparan, membalut pas di tubuh indah Chelsi. Gadis itu sedikit tercengang dengan hasil tangan para perias yang memoles wajahnya begitu sangat cantik hingga kelihatan berseri-seri. Rambut panjang Chelsi dikepang sedikit di kedua bagian pinggir rambut, lalu dibawa ke belakang dijepit.  Chelsi kini sudah siap untuk datang ke perayaan acara ulang tahun Abimanyu, sekaligus penyambutan dia sebagai CEO baru Group Adipati. Gadis itu duduk di bangku sofa salon ternama yang mengajaknya tadi, menanti Abimanyu untuk menjemputnya.  Ya, Chelsi lebih memilih untuk pergi bersama Abimanyu ketimbang Angkasa. Jangan tanyakan bagaimana kondisi hati pria lembut tersebut, tentunya kecewa dan sakit, sebab merasa kalah lagi dari sang abang sepupu.  "Malam, Pak Abimanyu, Anda sudah datang?" Suara karyawan salon di ambang pintu, membuat Chelsi di samping kanan
Read more

Bab 144: Sakit Hati! 

  "Lepas!" Chelsi menepis tangan Friska, sedikit membuat wanita itu terhuyung.  "Berani banget lo!" Mata Friska melotot tajam.  "Masalahmu apa dengan saya?" Chelsi meringis sambil membersihkan dada dress mahalnya yang cantik. Dibersihkan malah tambah kotor. Bagaimana sekarang?  "Lo nggak usah kege'eran Abi ngasih cincin itu! Dia itu cuman mainin lo aja, bukannya ngelamar sungguhan." Sambil melipat tangan di dada, Friska melontarkan raut mengejek.  Alis Chelsi mengernyit mendengar kalimat ambigu wanita di hadapannya. Dia menoleh ke kanan-kiri. Walaupun posisi mereka sekarang sedikit jauh dari keramaian, tapi tetap saja, ada orang yang berlalu-lalang menuju ke ruang acara. Dia merasa malu.  "Lo dengerin gue nggak, sih?" kesal Friska, merasa tak ditanggapi. "Gue itu kasihan sama lo, karena cuman dimainin sama Abi." 
Read more

Bab 145: Informasi Ambar

 Gadis yang mengenakan kaus lengan panjang berwarna putih dan dipadukan dengan celana jins hitam itu, perlahan memasuki rumah besar keluarga Adipati. Seorang ART berusia lanjut menyambut kehadirannya di pintu.  "Owh, Nak Chelsi. Ayo, Nak. Bu Binar dari kemarin kangen sama situ." ART tersebut langsung menarik gadis berambut panjang itu yang dibiarkan tergerai. Menuju ke ruang keluarga. Tepatnya ke meja makan.  Sesampainya di sana, Chelsi terpaku. Tepat, pandangannya langsung bersirobok dengan seorang pria yang mengenakan kaus oblong putih. Segera Chelsi memutuskan kontak mata, dan beralih pada pria muda lainnya.  "Chelsi," sapa pria tersebut, yang tak lain adalah Angkasa.  "Anda di sini, Pak?" Chelsi ikutan menyapa. Lantas, tersenyum hormat pada Binar yang duduk di samping Abimanyu.  "Ayo, Nak Chelsi, makan dulu." Binar segera bangkit dari kur
Read more

Bab 146: Ungkapan Rasa

  Chelsi meronta, memukul lengan kekar yang masih menggengam pergelangan tangannya. Pria yang tak lain adalah Abimanyu itu, mendorong tubuh Chelsi ke dinding, menguncinya dengan kedua lengan berototnya yang menekan di dinding. Tatapan keduanya saling beradu tajam, dengan emosi yang membumbung tinggi di dada sang gadis, dan ... perasaan bersalah di hati sang pria.  "Minggir!" Chelsi berucap geram.  Abimanyu tak mengindahkan. Menatap wajah manis Chelsi dalam jarak yang dekat begini, mampu membuat akal sehat pria itu hilang.  "Saya bilang minggir, Pak!" Chelsi membentak, mencoba mendorong dada bidang Abimanyu. Sang pria hanya tertolak sedikit, lalu kembali mengunci si gadis.  Chelsi benar-benar kesal. Dia melayangkan tamparan di pipi Abimanyu. Kepala sang pria langsung tertoleh ke samping dengan pipi yang memanas. Namun, belum juga menjauh dari Chelsi. Tetap
Read more

Bab 147: Dicium 

 Hening ..., begitu lamban sang pria berbaju kaus oblong dan dibalut jaket hitam itu, melajukan mobil. Tak ada suara yang keluar dari bibir kedua sejoli tersebut. Semua mengatup mulut dengan rapat. Tangan Abimanyu fokus pada setir, sedangkan tangan Chelsi fokus merogoh tas selempang-nya. Jaga-jaga jika Abimanyu kurang ajar, maka Chelsi akan menghadiahi sang pria semprotan cabai tanpa aba-aba.  "Setakut itukah?" gumam sang pria, sedikit melirik ke gadis.  Chelsi yang mendengar gumaman Abimanyu juga melirik sekilas, lalu membuang pandangan. Hening kembali menyelimuti.  Lampu merah mengambil alih jalanan. Tampak seorang ibu tua dengan daster usang membalut tubuh agak tambun itu, berdiri di luar pintu samping Abimanyu. Di tangan sang ibu memegang sebuah mangkuk plastik. Wajah yang tampak berisi itu, dibuat sendu.  "Sedekahnya, Tuan, Nyonya. Saya lapar, sejak kemarin nggak
Read more

Bab 148: Aib yang Dikubur, Diangkat! 

 Susan tersentak dengan ucapannya sendiri. Mulut tuanya itu memang suka sekali mencerocos lepas jika menyangkut Binar dan putranya. Kemarahan juga keirian selalu membayang-bayangi wanita tua itu. Binar, yang pernah merusak kebahagiaan putrinya. Dan sekarang, putra Binar menjadi penghalang kesuksesan bagi sang cucu kesayangan--Angkasa. Jika bukan dirinya, siapa lagi yang akan memperingati anak dan cucunya. Menurut Susan, Syeira dan Angkasa sama saja. Mereka terlalu naif, gampang berbuat baik pada setiap orang dan selalu berpikiran bodoh. Jika bukan dirinya, siapa lagi yang akan menyadarkan anak dan cucunya, jika tak semua orang itu harus diperlakukan baik. Terutama, Binar dan keturunannya.  "Jawab Kasa, Nin!" Angkasa meraih lengan Susan yang terbalut dress berlengan panjang.  Sangat kentara Angkasa lihat raut kepanikan di wajah tua neneknya itu.  "Bukan apa-apa, Kasa. Nini tadi cuman ..., cuman
Read more

Bab 149: Putri Affandi?

Chelsi mengernyit melihat respon Binar dan Affandi yang melihat ibunya. Sementara sang ibu sendiri, berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Namun, masih bisa ditangkap oleh Affandi raut cemas di wajah tua mantan pacarnya dulu. Benarlah dugaan Affandi, jika ibunya Chelsi adalah Venuska. Dia telah mengganti identitasnya menjadi Vena. "Mama kenal sama Bu Binar?" Chelsi memastikan, menatap wanita yang satu-satunya sumber kebahagiaannya itu. Tampak Vena meremas punggung tangan, dengan pandangan yang lari ke sana kemari. Dia tak pernah menyangka, jika sang puteri bekerja di bawah pimpinan keluarga Affandi. Vena juga tidak banyak tahu tentang keluarga Affandi dulu. Yang Vena tahu, Affandi seorang dokter manis, humoris, romantis, dan loyal banget. Vena tak menyangka, jika putrinya sekarang terjebak di tengah-tengah keluarga yang sangat ingin dia hindari dalam hidupnya. "Ti-tidak," jawabnya gugup, sekilas menatap sang putri, lalu ke Affandi, Binar, dan men
Read more

Bab 150: Haus Jabatan

Langkah sepatu bertumit pendek itu, menyusuri pinggir trotoar dengan tangan yang memegang surat lamaran kerja. Ya, Chelsi menyanggupi permintaan ibunya agar berhenti bekerja dan berhenti mendekat dengan keluarga Abimanyu. Walaupun begitu sulit mencari pekerjaan di tengah gempuran haus jabatan, Chelsi tetap berusaha masuk ke gedung satu, ke gedung lainnnya. Berharap salah satu gedung itu, memberinya pekerjaan. Namun, sudah hampir sore pun, gadis manis dengan baju blouse biru itu belum juga diterima kerja di mana pun. Chelsi merasa putus asa. Sudah hampir seminggu dia mencoba mencari pekerjaan baru, tetapi tak ada satu perusahaan pun yang mau menerimanya. "Maaf, lowongan pekerjaan di sini sudah penuh.""Pengalaman bekerja Anda masih kurang untuk hal ini.""Kami sedang tak membutuhkan bidang di bagian itu."Ada saja alasan yang harus diterima gadis itu agar menelan pahit kenyataan, bahwa sampai sekarang dia belum juga mendapat pekerja
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status